Petrokimia Gresik Operasikan 36 Pabrik, Kapasitas Capai 11 Juta Ton Pupuk dan Nonpupuk

3 hours ago 4

Liputan6.com, Jakarta Petrokimia Gresik berkomiten dalam mendukung upaya dekarbonisasi global yaitu pengurangan emisi karbon melalui penerapan strategi Ekonomi Sirkular. Solusi inovatif ini merupakan langkah nyata perusahaan menuju keberlanjutan lingkungan, dan disampaikan dalam forum internasional Conference of the Parties 30 (COP30) di Belém, Brazil, baru-baru ini.

Direktur Utama Petrokimia Gresik, Daconi Khotob menjelaskan bahwa Petrokimia Gresik mengoperasikan 36 pabrik dengan total kapasitas produksi tahunan mencapai 11 juta ton, mencakup produk pupuk dan nonpupuk.

Ekosistem produksi yang masif ini tentu memiliki dampak lingkungan. Oleh karena itu, sejak tahun 2021, Petrokimia Gresik telah aktif menjalankan berbagai inisiatif dekarbonisasi yang didukung oleh strategi Ekonomi Sirkular.

"Penerapan Ekonomi Sirkular di Petrokimia Gresik berfokus pada pemanfaatan produk samping (byproduct) menjadi produk bernilai tambah," ujar Rabu (19/11/2025).

"Yang awalnya merupakan cost center sebagai bagian dari komitmen kami mengurangi emisi karbon, kini berhasil menciptakan nilai tambah sekaligus menawarkan solusi konkret dalam menjaga kelestarian lingkungan perusahaan," ungkap dia. 

Peningkatan Kualitas Lingkungan

Ia menambahkan, dampak positif yang dihasilkan dari strategi ini meliputi peningkatan kualitas lingkungan, penurunan potensi risiko kesehatan dan keselamatan kerja, serta terciptanya lingkungan kerja yang lebih nyaman dan kondusif.

Sementara itu, SVP Teknologi, Bambang Ariwibowo, merincikan implementasi strategi tersebut, antara lain melalui Optimalisasi Gipsum, produk samping dari proses produksi, untuk diolah lebih lanjut; Pemanfaatan Fly Ash Bottom Ash (FABA); Pemanfaatan Karbon Dioksida (CO2) untuk produksi dry ice dan lainnya.

"Kami memaksimalkan seluruh potensi produk samping agar tidak terbuang, melainkan diubah menjadi bahan baku atau energi alternatif yang mendukung efisiensi dan keberlanjutan operasional kami," jelas Bambang.

Salah satu inovasi signifikan adalah pemanfaatan FABA sebagai bahan baku pengisi (filler) pupuk NPK, menggantikan clay (tanah liat). Berdasarkan hasil uji coba, penggunaan FABA sebagai pengganti clay dalam pupuk NPK terbukti tetap memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI). Aplikasi pupuk NPK dengan FABA pada tanaman padi juga menunjukkan kualitas hasil yang setara dengan pupuk NPK tanpa FABA.

Bahan Baku Filler Pupuk NPK

Bahan baku filler pupuk NPK umumnya adalah white clay yang didapatkan melalui proses penambangan. Dengan memanfaatkan FABA yang merupakan limbah padat, Petrokimia Gresik tidak hanya mengurangi ketergantungan pada bahan tambang baru, tetapi juga meningkatkan efisiensi produksi secara berkelanjutan.

"FABA memiliki karakteristik dan kandungan yang setara dengan clay. Inovasi ini secara langsung meningkatkan daya saing pupuk NPK yang kami produksi, sehingga manfaatnya juga optimal dirasakan oleh petani sebagai konsumen utama kami," tutup Bambang.

COP30 merupakan pertemuan global paling krusial mengenai perubahan iklim. Indonesia menjadi salah satu negara yang berpartisipasi aktif dalam gelaran COP30 di Brazil, yang dihadiri oleh perwakilan berbagai negara dan diperkirakan diramaikan sekitar 50.000 pengunjung.

Dalam forum bergengsi ini, Petrokimia Gresik hadir sebagai salah satu wakil industri pupuk dari Indonesia yang mampu menunjukkan implementasi nyata transisi hijau di Tanah Air.

Read Entire Article
Kaltim | Portal Aceh| | |