Perdagangan China Anjlok, Amerika Serikat Ikut Terpukul

4 hours ago 6

Liputan6.com, Jakarta - Pasar pengiriman barang di Amerika Serikat (AS) kembali dilanda tekanan berat, memunculkan kekhawatiran baru mengenai apa yang disebut para analis sebagai “resesi barang struktural”, seiring menukiknya perdagangan dari China dan dampak berkelanjutan dari kebijakan tarif Presiden AS Donald Trump.

Setelah mencatat rekor impor pada awal tahun, sektor logistik dan transportasi kini menghadapi penurunan signifikan yang menjalar ke seluruh mata rantai pasokan.

Dikutip dari CNBC, Jumat (21/11/2025),  turunnya permintaan konsumen, sektor manufaktur yang melemah, hingga biaya energi yang menanjak membuat para pengirim barang beralih menguras inventaris yang sudah ditimbun sejak awal tahun untuk menghindari tarif tinggi.

Akibatnya, kondisi yang biasanya menjadi puncak musim pengiriman liburan pada Oktober hingga Desember justru sepi, memukul industri angkutan darat dan laut sekaligus.

Data terbaru menunjukkan volume angkutan truk van, berpendingin, hingga truk bak terbuka kompak anjlok, baik secara bulanan maupun tahunan. Sementara di pelabuhan utama seperti Long Beach dan Los Angeles, arus kontainer dari Tiongkok turun drastis hingga dua digit.

Para pelaku industri menilai tren ini tidak lagi bersifat sementara, melainkan mengindikasikan perubahan besar dalam pola perdagangan global yang terdampak perang dagang berkepanjangan, pergeseran rantai pasokan, serta percepatan impor pada awal tahun.

Dengan prediksi penurunan impor AS hingga 16,6 persen pada Desember, para pemangku kepentingan waspada terhadap potensi penurunan pendapatan yang lebih dalam jika belanja konsumen tetap melemah.

Volume Angkutan Truk AS Kompak Turun Sepanjang Oktober

Sektor angkutan darat menjadi salah satu yang paling merasakan dampak perlambatan perdagangan. Indeks Volume Truk DAT mencatat pada Oktober 2025, untuk pertama kalinya tarif muatan van, truk datar, dan truk berpendingin turun secara bersamaan baik month-to-month maupun year-on-year.

Kepala Analis DAT, Ken Adamo menuturkan, penurunan ini sejalan dengan melemahnya ekonomi barang nasional.

"Volume pengiriman pada kuartal ketiga dan Oktober mencerminkan apa yang kami lihat dalam ekonomi barang secara umum, dengan para pengirim barang memanfaatkan inventaris yang telah dibangun di awal tahun untuk mengurangi paparan mereka terhadap tarif dan melemahnya permintaan konsumen,” kata Ken Adamo.

"Akibatnya, puncak musim pengiriman liburan yang biasanya terjadi tahun ini tampaknya hampir tidak ada,” ia menambahkan.

Muatan van anjlok 3 persen dibanding September dan 11 persen secara tahunan. Muatan berpendingin turun 2 persen secara bulanan dan 7 persen secara tahunan, sedangkan truk bak terbuka merosot 4 persen secara bulanan dan 3 persen secara tahunan.

Impor AS Anjlok, Defisit Perdagangan Turun 23 Persen

Menurut laporan terbaru Biro Sensus AS, impor pada Agustus turun USD 18,4 miliar atau Rp 307,46 triliun (asumsi kurs dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran 16.709) dibanding Juli setelah tarif tambahan mulai berlaku. Penurunan tajam ini turut menggerus defisit perdagangan nasional hingga lebih dari 23 persen.

Sementara itu, data kontainer dari Pelabuhan Long Beach, pelabuhan tersibuk kedua di AS, menunjukkan tren sama. “Anda melihat penurunan 16 persen impor Tiongkok yang masuk ke Amerika Serikat,” kata Mario Cordero, CEO Pelabuhan Long Beach. “Penurunan ini terjadi secara menyeluruh,” kata Cordero.

Pelabuhan Los Angeles juga mencatat penurunan signifikan pada Oktober, terutama pada kategori elektronik, furnitur, dan mainan yang merupakan tulang punggung impor Tiongkok ke AS.

Frontloading Berakhir, Pengiriman Mulai Mengering

Setelah periode frontloading besar-besaran di awal tahun, saat pelaku usaha mempercepat impor sebelum tenggat tarif, arus kontainer kini berbalik melemah. Vizion mencatat kontainer global ke Pantai Barat sempat naik 10 persen secara tahunan, namun kontainer asal Tiongkok kini justru turun.

Di Pantai Timur, pelabuhan seperti Houston masih mencatat kenaikan 2 persen, namun kontainer asal Tiongkok merosot hingga 12 persen.

"Kabar baiknya adalah kita masih untung," kata Cordero.

Meskipun ia mengatakan penurunan pada kuartal keempat sudah diperkirakan, apa yang akan terjadi selanjutnya sangatlah penting.

"Masih harus dilihat, ketahanan konsumen Amerika dan aktivitas belanja mereka, dan dua bulan ke depan akan benar-benar menunjukkan penurunan pertumbuhan tersebut," ujarnya.

Impor AS Diproyeksikan Turun 16,6 Persen pada Desember

VP Strategic Business Development di Vizion, Ben Tracy menyampaikan prediksi suram. "Kami sekarang memperkirakan penurunan impor AS hampir 16,6 persen year-on-year pada bulan Desember, setelah penurunan 12 persen pada kuartal ketiga," kata Ben Tracy,

"Tidak ada tanda-tanda pemulihan,” tambahnya.

Tren ini juga memukul negara lain. Global Trade Research Initiative melaporkan bahwa ekspor India ke AS jatuh 37,5 persen antara Mei–September 2025, setelah dikenakan tarif 50 persen.

Read Entire Article
Kaltim | Portal Aceh| | |