Jeff Bezos Luncurkan Startup AI Baru, Elon Musk Sebut ‘Copycat’

Liputan6.com, Jakarta - Jeff Bezos kembali menjadi sorotan setelah dilaporkan mendirikan startup kecerdasan buatan (AI) bernama Project Prometheus. Menurut laporan, pendiri Amazon tersebut akan menjabat sebagai co-CEO bersama eksekutif teknologi Vik Bajaj.

Startup ini langsung menarik perhatian karena sudah mengantongi pendanaan sebesar USD 6,2 miliar dan mempekerjakan sekitar 100 karyawan. Sebagian dari mereka bahkan direkrut dari perusahaan teknologi besar seperti Google DeepMind, Meta, hingga OpenAI.

Dikutip dari AOL, Rabu (19/11/2025), kabar ini juga memancing reaksi dari Elon Musk. Lewat platform X, bos Tesla dan pendiri xAI itu menyebut Bezos sebagai “copycat”, lengkap dengan emoji tertawa. Musk sendiri sebelumnya mendirikan xAI sebagai pesaing OpenAI.

Bezos mundur dari posisi CEO Amazon pada 2021, setelah 27 tahun memimpin perusahaan raksasa e-commerce tersebut. Sejak saat itu, ia belum mengambil peran kepemimpinan besar, meski tetap terlibat dalam Amazon dan perusahaan roketnya, Blue Origin.

Dengan Project Prometheus, Bezos kembali ke panggung teknologi global dan siap bersaing dalam industri AI yang tengah berkembang pesat.

Menurut laporan New York Times, Project Prometheus akan fokus mengembangkan kecerdasan buatan untuk mendukung proses rekayasa dan manufaktur di sektor antariksa, otomotif, serta komputer. Meski detail resminya masih terbatas, sejumlah indikasi menunjukkan startup ini berpotensi bekerja erat dengan Blue Origin, perusahaan antariksa milik Bezos.

Dalam ajang Italian Tech Week 2025 bulan lalu, Bezos menegaskan bahwa AI dan robotika canggih akan memiliki peran penting dalam eksplorasi luar angkasa. Ia bahkan memperkirakan bahwa dalam dua dekade mendatang akan ada jutaan orang yang tinggal di luar angkasa.

“Jika perlu melakukan pekerjaan di permukaan bulan atau lokasi lainnya, kita bisa mengirim robot. Itu jauh lebih efisien dan murah dibandingkan mengirim manusia,” ujar Bezos.

Visi tersebut menjadi pondasi kuat bagi pengembangan Project Prometheus.

Pada konferensi yang sama, Bezos sempat menyinggung munculnya “gelembung AI”. Namun ia menilai kekhawatiran itu tidak berlebihan karena manfaat kecerdasan buatan dianggap jauh lebih besar. “Ini nyata. Manfaat AI bagi masyarakat akan sangat besar. AI itu nyata dan akan mengubah setiap industri,” tegasnya.

Nama Project Prometheus sendiri terinspirasi dari mitologi Yunani, merujuk pada sosok yang mencuri api dari para dewa untuk diberikan kepada manusia—simbol inovasi dan pengetahuan.

Fenomena penggunaan nama ini juga muncul di Meta. Mark Zuckerberg menamai pusat data multi-gigawatt barunya “Prometheus”, fasilitas raksasa yang ditujukan untuk membangun AI superintelligence. Fasilitas tersebut akan berdiri di Ohio dengan luas setara Pulau Manhattan, dan satu lagi direncanakan di Louisiana sebelum akhir dekade.

Kehadiran Project Prometheus menambah panas persaingan para miliarder teknologi dalam membangun dominasi AI global.