Harga Emas Dunia Melonjak di Tengah Keyakinan Berakhirnya Shutdown Pemerintahan AS

2 weeks ago 23

Liputan6.com, Jakarta - Harga emas dunia melonjak tajam seiring dengan semakin dekatnya kesepakatan anggota parlemen Amerika Serikat (AS) untuk mengakhiri untuk mengakhiri shutdown pemerintah AS terpanjang dalam sejarah. Langkah ini dinilai dapat mengembalikan kejelasan arah kebijakan bank sentral AS atau Federal Reserve (The Fed) terkait suku bunga dan likuiditas pasar.

Dikutip dari Yahoo Finance, Selasa (11/11/2025), harga emas batangan naik hingga 2,9% dan sempat diperdagangkan di atas USD 4.115 per ounce.

Gedung Putih pada Senin waktu setempat menyatakan dukungan terhadap kesepakatan bipartisan untuk mengakhiri penutupan pemerintahan. Hal ini menjadi sebuah perkembangan penting yang meningkatkan peluang pemerintah untuk kembali beroperasi dalam beberapa hari ke depan.

Kepala riset logam mulia di MKS Pamp SA, Nicky Shiels mengatakan, The Fed kemungkinan akan menambah pasokan uang ke sistem keuangan untuk menutupi penurunan likuiditas selama penutupan pemerintahan. Ia juga menyinggung pernyataan Presiden The Fed New York, John Williams yang menyebut bank sentral mungkin perlu segera memperluas neraca keuangan guna memenuhi kebutuhan likuiditas. 

Shiels menuturkan, logam mulia antara lain emas dan perak cenderung merespons positif saat pasar mendapat tambahan likuiditas atau ketika harga aset lain mengalami kenaikan.

Sementara itu, berakhirnya shutdown pemerintahan akan memberikan kejelasan baru bagi investor terhadap data ekonomi penting seperti data inflasi dan pasar tenaga kerja.

Menurut Ole Hansen, seorang analis dari Saxo Bank, pemulihan aktivitas pemerintahan AS berpotensi membangkitkan kembali ekspektasi terhadap pemangkasan suku bunga pada Desember. Ia menilai, perhatian pasar kini mulai tertuju pada tantangan fiskal AS yang kian memburuk.

Pergerakan Harga Emas pada Proses Akhir Shutdown

Dalam laporannya, Hansen menyebut, kenaikan imbal hasil yang dipicu karena kekhawatiran fiskal dan bukan karena kekuatan ekonomi, secara historis justru mendukung harga logam investasi.

Saat ini, masih belum ada kepastian kapan shutdown benar-benar berakhir. Prosesnya diperkirakan masih bergantung pada kesepakatan penuh dari Senat AS. Dilansir dari Yahoo Finance, penolakan dari satu anggota senat bisa menunda proses pengesahan selama berhari-hari.

Sementara itu, Ketua DPR Mike Johnson mengatakan akan memberi waktu dua hari bagi anggota dewan untuk kembali ke Washington sebelum pemungutan suara dilakukan.

Dilansir dari Yahoo Finance, harga emas sebelumnya sempat terkoreksi sekitar 6% sejak mencapai rekor tertingginya pada pertengahan Oktober, dengan kisaran harga di atas USD 4.380 per ounce. Meski demikian, emas tercatat mengalami penguatan hingga 56% sepanjang tahun ini. Berbagai faktor pendorong relipun masih bertahan, mulai dari ketidakpastian ekonomi global, gejolak geopolitik, dan pembelian besar oleh bank sentral. 

Pada perdagangan New York pukul 14.04 waktu setempat, harga emas spot naik 2,7% menjadi USD 4.108,96 per ounce. Sementara, harga perak tercatat melonjak 4,4%, seiring dengan platinum dan paladium yang juga menguat.

Harga Emas Hari Ini Terbang Tinggi Lagi

Sebelumnya, harga emas naik lebih dari 2% pada Senin (Selasa waktu Jakarta) hingga mencapai titik tertinggi dalam dua minggu karena data ekonomi yang lemah dari Amerika Serikat (AS) memperkuat ekspektasi bahwa Bank Sentral AS, Federal Reserve (The Fed) akan memangkas suku bunga, sehingga meningkatkan permintaan untuk aset yang tidak memberikan imbal hasil.

Dikutip dari CNBC, Selasa (11/11/2025), harga emas spot naik 2,3% menjadi $4.090,96 per ons pada pukul 11.43 ET setelah mencapai level tertinggi sejak 27 Oktober di awal sesi. Harga emas berjangka AS untuk pengiriman Desember naik 2,2% menjadi $4.099,20 per ons.

“Beberapa data yang lemah minggu lalu membuat pasar sedikit lebih dovish dalam ekspektasi mereka terhadap The Fed. ... Kita masih bisa melihat penurunan suku bunga pada bulan Desember,” kata Wakil Presiden dan Ahli Strategi Logam Senior Zaner Metals, Peter Grant.

Data pekan lalu menunjukkan ekonomi AS kehilangan lapangan kerja pada Oktober, dengan kerugian di sektor pemerintah dan ritel. Selain itu, sentimen konsumen AS  merosot  pada awal November karena kekhawatiran rumah tangga terhadap dampak ekonomi, data pada hari Jumat menunjukkan.

Pasar sekarang melihat peluang sebesar 67% terjadinya penurunan suku bunga pada Desember, dengan peluang naik menjadi sekitar 80% pada Januari, menurut alat FedWatch CME Group.

Emas yang tidak menghasilkan imbal hasil cenderung berkinerja baik dalam lingkungan suku bunga rendah dan selama masa ketidakpastian ekonomi.

Read Entire Article
Kaltim | Portal Aceh| | |