Daftar 5 Miliarder Terkaya Asia Tenggara: Ada yang Berusia 102 Tahun

5 hours ago 6

Liputan6.com, Jakarta - Lima miliarder terkaya di Asia Tenggara terus menjadi sorotan berkat kekayaan fantastis yang mereka kumpulkan dari berbagai sektor, mulai dari energi, komoditas, hingga properti.

Berdasarkan Bloomberg Billionaire Index per 21 November 2025, total kekayaan lima nama teratas ini mencapai USD 132,6 miliar. Menariknya, tiga dari lima posisi tersebut ditempati oleh miliarder asal Indonesia.

Mereka membangun kerajaan bisnis dari latar belakang yang berbeda-beda—ada yang memulai dari usaha kecil keluarga, bekerja serabutan, hingga merintis perusahaan dari luar negeri.

Meski menempuh jalan yang berbeda, kesamaan mereka adalah kemampuan melihat peluang besar di sektor-sektor strategis seperti batubara, petrokimia, properti, hingga energi terbarukan.

Berikut rangkuman profil dan perjalanan bisnis lima miliarder tersebut, mulai dari Prajogo Pangestu hingga Pham Nhat Vuong, yang kini berada di puncak daftar orang terkaya Asia Tenggara, dikutip dari VN Express, Rabu (26/11/2025):

Prajogo Pangestu – Barito Pacific (Indonesia)

Prajogo Pangestu merupakan miliarder dengan kekayaan terbesar di Asia Tenggara. Sebagai pendiri dan ketua Barito Pacific, kelompok usaha petrokimia terbesar di Indonesia, kekayaannya melonjak USD 16,6 miliar pada tahun ini, mencapai USD 46,3 miliar—dua kali lipat lebih besar dari para miliarder lain di daftar ini.

Lahir di Sambas dari ayah seorang penyadap karet, Prajogo menjalani masa muda penuh perjuangan. Ia sempat bekerja sebagai sopir hingga berdagang terasi dan ikan asin sebelum akhirnya masuk ke bisnis kayu. Reputasinya sebagai “Raja Kayu” mulai terbentuk ketika mendirikan Barito Pacific Timber pada 1979.

Perusahaan itu kemudian berkembang ke berbagai sektor, termasuk pulp, kertas, dan perhotelan. Pada 2007, Barito Pacific mengakuisisi mayoritas saham Chandra Asri Petrochemical, yang kini menjadi tulang punggung bisnis. Pada usia 81 tahun, ia menjadi orang terkaya di Indonesia dan peringkat ke-37 dunia.

Low Tuck Kwong – Bayan Resources (Indonesia)

Low Tuck Kwong, miliarder kelahiran Singapura yang kemudian menjadi warga negara Indonesia, memulai karier sejak usia 14 tahun dengan membantu bisnis konstruksi milik ayahnya. Namun, alih-alih meneruskan usaha keluarga, ia memilih pindah ke Indonesia, yang saat itu masih minim pengusaha asal Singapura.

Proyek pertamanya adalah pekerjaan konstruksi untuk pabrik es krim di kawasan Ancol pada 1973. Ia kemudian mendirikan Jaya Sumpiles Indonesia dan mulai merambah jasa tambang batubara pada 1988. Aturan pembatasan kepemilikan asing membuat Low mengubah kewarganegaraan menjadi WNI pada 1992, lalu membeli tambang pertamanya pada 1997.

Pada 2004, ia mendirikan Bayan Resources yang sukses melantai di bursa pada 2008. Meski kekayaannya turun USD 3,44 miliar tahun ini menjadi USD 24,4 miliar, Low tetap masuk jajaran 100 orang terkaya dunia.

Sukanto Tanoto – Royal Golden Eagle (Indonesia)

Sukanto Tanoto, 75 tahun, adalah pendiri Royal Golden Eagle (RGE), grup manufaktur berbasis sumber daya alam yang berpusat di Singapura. Grup ini memiliki bisnis di sektor energi, tekstil, kelapa sawit, hingga kehutanan, dengan berbagai unit besar seperti Sateri, April, Asia Symbol, Apical, dan Vinda.

Lahir dari keluarga imigran Fujian, China, Tanoto terjun ke bisnis ayahnya sejak usia 17 tahun setelah sekolah Tionghoanya ditutup. Perusahaannya berkembang pesat pada era 1970-an saat harga minyak dunia melonjak. Ia kemudian memperluas bisnis ke perkebunan sawit setelah melihat kesuksesan Malaysia di industri tersebut.

Kini, kekayaannya mencapai USD 20,8 miliar, meningkat USD 449 juta sepanjang tahun. Ia menempati posisi ke-116 dalam daftar orang terkaya dunia.

Robert Kuok – Kuok Group (Malaysia) 

Robert Kuok, 102 tahun, telah menjadi orang terkaya Malaysia selama lebih dari seperlima hidupnya. Kekayaannya tahun ini naik USD 3,35 miliar menjadi USD 20,7 miliar. Dikenal sebagai “Raja Gula Asia”, Kuok pernah menguasai sekitar 10 persen pasar gula dunia pada masa kejayaannya.

Lahir di Johor pada 1923, Kuok mewarisi bisnis distribusi beras keluarga dan kemudian memperluas usahanya ke komoditas lain seperti gula dan tepung.

Perusahaannya berkembang pesat dan melahirkan kerajaan bisnis raksasa Kuok Group, yang menaungi Wilmar International—produsen minyak sawit rafinasi terbesar di dunia—serta jaringan hotel Shangri-La.

Aset-asetnya tersebar melalui berbagai perusahaan di Singapura, Malaysia, hingga Hong Kong.

Pham Nhat Vuong – Vingroup (Vietnam) 

Pham Nhat Vuong, lahir pada 1968 di Hanoi, mengawali perjalanan bisnisnya setelah mendapatkan beasiswa ke Rusia dan pindah ke Ukraina. Di sana ia mendirikan Technocom, produsen mi instan Mivina yang sempat menguasai 97 persen pasar makanan instan Ukraina sebelum dijual ke Nestlé senilai USD 150 juta.

Memasuki 2000-an, Vuong kembali berinvestasi di Vietnam melalui Vincom dan Vinpearl, sebelum menggabungkannya menjadi Vingroup pada 2009. Di bawah payung Vingroup, lahirlah berbagai bisnis besar seperti Vinhomes, Vinmec, Vinschool, hingga produsen kendaraan listrik VinFast.

Kekayaan Vuong melonjak USD 15 miliar tahun ini menjadi USD 20,4 miliar, menjadikannya orang terkaya Vietnam dan peringkat 119 dunia.

Read Entire Article
Kaltim | Portal Aceh| | |