Belum Tertib Halal : 62 Juta Pengusaha Belum Akses Sertifikasi Halal

3 hours ago 5

Liputan6.com, Jakarta - Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH) menyoroti jumlah pengusaha yang belum tertib halal, termasuk memiliki sertifikasi halal. Kepala BPJPH, Haikal Hassan mencatat, baru ada 3,2 juta dari total sekitar 66 juta pengusaha yang disebut tertib halal.

Mengacu pada angka tersebut, berarti masih ada sekitar 62 juta pengusaha yang belum akses sertifikasi halal. Menurutnya, jumlah ini penting agar Indonesia bisa memanfaatkan potensi pasar produk halal.

"66 juta pengusaha di Indonesia. Dan hari ini baru sampai 3,2 juta. Jadi PR kita masih banyak. Saya mesti ngeberesin 62 juta pengusaha lainnya. Untuk kita gali kesadarannya, supaya kita menjadi tuan rumah di negeri sendiri," ungkap Haikal, di Menara Kadin, Jakarta, Senin (17/11/2025).

Untuk itu, pria yang akrab disapa Babe Haikal ini meminta Kadin Indonesia turut serta membangun kesadaran pengusaha soal sertifikasi halal produk-produknya. Meski begitu, bukan berarti makanan yang disajikan misalnya, tidak dalam kondisi yang halal.

"Itu yang mesti kita kejar, para pengusaha itu jadi tertib halal. Sorry, bukan berarti makanan yang nggak halal ya, cuman belum tertib halal. Restoran-restoran, cafe-cafe. Kita belum sentuh itu," ungkap Haikal

"Bahkan di pesawat, semua pesawat, makanannya, minumannya, bahkan di (kapal) Pelni misalnya, di logistiknya misalnya, di kereta api misalnya, di semua pesawat, bahkan misalnya di rumah sakit. Semua makanannya, semua menunya. Banyak PR kita. Jadi tentu kesadaran. Dan salah satu strategi yang kami jalankan itu sosialisasi. Iya kan? Bersama Kadin," imbuhnya.

Transaksi Halal di Indonesia Tertinggal China-Brasil

Sebelumnya, Kepala Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH) Haikal Hassan mengungkap jumlah transaksi halal Indonesia masih jauh lebih rendah ketimbang China dan Brazil. Transaksi halal RI baru USD 11 miliar atau sekitar Rp 184 triliun (kurs Rp 16.741).

Padahal, kata dia, Indonesia memiliki populasi muslim terbesar di dunia. Sehingga, potensi untuk transaksi halal terbuka lebar. "Kita baru 11 miliar dolar per tahun 2024 kemarin. China 21,8 miliar dolar," kata Haikal di Menara Kadin, Jakarta, Senin (17/11/2025).

Pria yang akrab disapa Babeh Haikal ini mengungkapkan, transaksi halal di China hampir dua kali lipat dari Indonesia dengan angka USD 21,8 miliar. Kemudian, Brazil juga yang mencapai lebih dsri USD 20 miliar per 2024, tahun lalu.

Kejar Target

"Kita masih jauh di bawah itu, sedangkan (sekitar) 300 juta orang di sini, muslimnya," tegas dia.

Dia menargetkan transaksi halal RI bisa tembus USD 40 miliar. Syaratnya dengan seluruh pengusaha menerapkan prinsip halal, termasuk dengan sertifikasi halal produknya. Selain jumlah penduduk, dia juga menyoroti tingginya jumlah pengusaha Tanah Air.

"Saya jamin bahwa ketika para pengusaha itu sudah tertib halal, kita mencapai 40 miliar dolar. Naik, melewati China. Kenapa? Karena kita punya yang paling banyak," ujarnya.

Bidik Pasar Kosmetik Halal Prancis

Sebelumnya, Kementerian Perdagangan melalui Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (Ditjen PEN) berupaya mendorong ekspor produk unggulan Indonesia di sektor modest fashion dan kosmetik halal. Itu diwujudkan melalui penyelenggaraan kegiatan jejaring bisnis (business networking) calon mitra internasional dari Asia, Eropa, hingga Afrika.

Seperti dilakukan pada Jakarta Muslim Fashion Week (JFMW) pada 6-9 November 2025. Dengan mempertemukan 6 pelaku usaha Indonesia dengan perwakilan kedutaan 4 negara, yakni Pakistan, Iran, Perancis, Nigeria, dan Jepang.

Ragam produk unggulan yang menjadi fokus utama dalam kegiatan ini, meliputi modest fashion, garmen, aksesori, alas kaki dan kosmetik halal. "Melalui kegiatan ini, para eksportir memiliki peluang untuk memamerkan produk unggulan, memperluas jaringan, dan menjajaki potensi transaksi yang kami harap akan memperkuat kinerja ekspor Indonesia," ujar Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso, Sabtu (8/11/2025).

Read Entire Article
Kaltim | Portal Aceh| | |