Indonesia Berpotensi Kebanjiran Barang Impor AS, Begini Cara Menangkalnya

11 hours ago 5

Liputan6.com, Jakarta Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso mengungkapkan strategi pemerintah untuk mengantisipasi potensi banjir impor setelah tercapainya kesepakatan dagang antara Indonesia dan Amerika Serikat, yang menurunkan tarif impor dari 32 persen menjadi 19 persen. 

Penurunan tarif impor ini dianggap sebagai peluang sekaligus tantangan yang harus dihadapi dengan kebijakan yang tepat. Salah satu langkah utama pemerintah adalah memperkuat daya saing produk dalam negeri agar tidak tergeser oleh produk asing yang masuk.

Menurut Budi, peningkatan daya saing dilakukan dengan menggerakkan sektor ekonomi masyarakat dan mendorong penggunaan produk lokal.

Dengan pendekatan ini, pemerintah berharap konsumsi dalam negeri akan tetap didominasi produk lokal, meskipun arus barang impor masuk lebih lancar.

“Yang kita lakukan yang pertama tadi Meningkatkan daya saing Daya saing produk dalam negeri. Yang kedua Menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat seperti ini,” kata Mendag Budi saat ditemui Menghadiri Gerak Bersama 100 UMKM Lisensi Merek Lokal, Cililitan, Jakarta Timur, Rabu (23/7/2025).

Selain itu, pemerintah mendorong ekspansi ke pasar baru melalui perjanjian dagang internasional seperti IEU-CEPA. 

“Ya jadi kan gini ya tadi saya sampaikan Kalau kita menghadapi tarif itu Pertama kan negosiasi. Kemudian yang kedua mencari pasar baru. Pasar baru misalnya dengan Kesepakatan dagang di beberapa negara termasuk kawasan termasuk IEU CEPA,” ujarnya.

Mencari Pasar Alternatif 

Lebih lanjut, Mendag mengatakan langkah ini dianggap penting karena banyak negara juga berupaya mencari pasar alternatif saat ekspor mereka terhambat ke Amerika. Indonesia yang memiliki pasar besar menjadi sasaran potensial, sehingga proteksi dan promosi produk lokal harus berjalan beriringan.  

“Artinya negara lain juga banyak melakukan yang sama pastikan. Ketika dia kecegat ke Amerika kan dia pengen nyari pasar baru. Salah satunya pasarnya ya pasti Indonesia Karena kita kan marketnya besar,” ujarnya.

Budi juga mengungkapkan bahwa banyak investor asing, termasuk dari China, tertarik menanamkan modal di Indonesia untuk produksi barang ekspor. Hal ini didorong oleh akses Indonesia yang makin luas ke pasar Eropa.

“Menarik investasi dan meningkatkan ekspor Karena sekarang ternyata sudah banyak itu yang mau investasi. Bahkan dari China pun Mau investasi ke Indonesia Untuk bisa Melakukan atau memproduksi produk ekspor kita,” ungkap Mendag.

Tarif Sudah Turun, Indonesia Incar Produk Ekspor 0 Persen    

Terkait implementasi kebijakan tarif, Budi menjelaskan pemerintah sedang bernegosiasi agar produk-produk yang tidak diproduksi oleh Amerika bisa dikenakan tarif 0 persen dalam kesepakatan final. Hal ini penting agar ekspor Indonesia tetap kompetitif di pasar AS.

“Nanti di agreementnya. Jadi, gini Kan ini 19% sudah Sampai, ya Kalau pengumuman yang kemarin kan sampai 1 Agustus Kita tunggu  Tapi setelah itu Kita juga sekarang proses negosiasi. Untuk produk yang tidak diproduksi di Amerika Yang kita ekspor kita minta supaya bisa 0%,” ujarnya.

Pemerintah berkomitmen mengawal negosiasi agar hasil akhirnya berpihak pada kepentingan nasional. Pemerintah memastikan akan melindungi sektor-sektor domestik yang rentan dari serbuan produk impor murah.

Read Entire Article
Kaltim | Portal Aceh| | |