Pakar dan Investor EBT Global Kumpul di Indonesia November 2025, Bidik Peluang Investasi Energi Bersih

10 hours ago 6

Liputan6.com, Jakarta - Sejumlah pakar dan investor energi baru terbarukan (EBT) global akan berkumpul di Indonesia pada November 2025 mendatang. Forum ini akan membidik peluang investasi EBT hingga konservasi energi.

Ketua III Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia (METI), Widi Kuncoro, menyampaikan bahwa forum IndoEBKE ConEx 2025 akan meramu kerja sama publik dan swasta dalam sektor energi bersih.

"Kami mendorong sinergi antara sektor publik, swasta nasional, dan mitra internasional. Kita ingin membangun ekosistem energi bersih yang terkoneksi secara global, inklusif, dan tangguh,” kata Widi dalam keterangannya, Sabtu (26/7/2025).

Indonesia memiliki potensi EBT yang sangat besar, di antaranya sekitar 40 persen potensi panas bumi dunia (24 GW), energi surya 3.286 GW, angin 155 GW, hidroelektrik 95 GW, bioenergi 57 GW, dan energi laut 20 GW.

Selain itu, Indonesia menguasai 42 persen cadangan nikel global yang penting untuk produksi baterai dan sistem penyimpanan energi. Dengan keunggulan strategis dalam seluruh rantai pasok teknologi energi bersih global, Indonesia memiliki fondasi kuat sebagai hub energi terbarukan regional di ASEAN.

"Tidak hanya sumber daya alam, keunggulan geografis dan geopolitik Indonesia sebagai negara dengan pengaruh kuat di ASEAN juga memberikan kemampuan untuk memfasilitasi kerja sama energi antarnegara dan menjadi hub yang strategis untuk perdagangan energi bersih di kawasan ini," tuturnya.

Kejar Target EBT Nasional

METI dan asosiasi EBT lainnya sepakat, forum ini akan berfokus pada pencapaian penting bagi energi bersih nasional, antara lain:

  • Peran Aktif Sektor Swasta: Mendorong sektor swasta untuk aktif mendukung implementasi Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) hijau, mengingat pencapaian target energi terbarukan memerlukan sinergi kuat antara pemerintah dan pelaku swasta.
  • Identifikasi Peluang Regional: Mengidentifikasi peluang regional yang dapat memperkuat peran dan posisi Indonesia dalam era integrasi ekonomi ASEAN yang semakin erat.
  • Analisis Hambatan: Menganalisis hambatan utama yang mungkin menghalangi kemajuan transisi energi beserta strategi mengatasinya.

"Acara ini diharapkan dapat membawa dampak jangka panjang terhadap percepatan transisi energi Indonesia dan penguatan peran sebagai pemimpin regional energi bersih," tandasnya.

Target EBT 100 Persen di 2035

Diberitakan sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, buka suara soal target Presiden Prabowo Subianto dalam mencapai bauran energi baru terbarukan (EBT) hingga 100 persen pada 2035 mendatang.

Bahlil mengatakan, Kementerian ESDM telah memiliki Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025-2034 untuk kebutuhan 10 tahun ke depan, termasuk yang berasal dari EBT.

"Oh gini, sampai dengan 2040 kemarin, di dalam pertemuan dengan Presiden Brasil, itu rencana pemerintah ke depan, 2040 kita menambah kurang lebih sekitar 100 gigawatt. Tapi sekarang kan sudah sekitar 70 gigawatt, di 2025 sampai dengan 2034," jelasnya di Kompleks DPR RI, Jakarta, Senin (14/7/2025).

Untuk eksekusi, pemerintah menyiapkan sumber daya EBT yang berasal dari pembangkit listrik tenaga surya (PLTS). Itu nantinya akan disalurkan hingga ke pelosok desa yang belum tersambung listrik.

"Ini salah satu di antaranya adalah kita penetrasi untuk masuk solar cell, di daerah-daerah desa-desa yang belum ada listriknya. Kita akan memastikan arahan dari Presiden, untuk desa-desa itu segera kita harus pasang listriknya, sambung listriknya ke rumah," ungkap Bahlil.

Target 10 Tahun ke Depan

Pernyataan itu diberikan Bahlil setelah Prabowo menegaskan komitmen Indonesia untuk mencapai 100 persen EBT dalam 10 tahun ke depan.

Hal itu disampaikan Prabowo dalam pernyataan pers bersama usai melakukan pertemuan bilateral dengan Presiden Brasil Luiz Inácio Lula da Silva di Istana Planalto, Brasilia, Rabu (9/7/2025).

"Targetnya tentu saja 2040, tetapi para ahli saya mengatakan bahwa kita dapat mencapainya jauh lebih cepat. Sekali lagi, kami melihat keberhasilan Brasil dalam mengembangkan biofuel. Dan saya pikir kami bertekad untuk mengejar kemajuan yang telah Brasil capai," ujar Bahlil.

Read Entire Article
Kaltim | Portal Aceh| | |