Liputan6.com, Jakarta - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menyampaikan, perusahaan migas raksasa asal Kuwait, Kuwait Foreign Petroleum Exploration Company (KUFPEC) akan menggarap Blok Natuna D-Alpha. Dengan menggandeng PT Pertamina (Persero) dan MedcoEnergi.
Blok Natuna D-Alpha merupakan blok migas terbesar yang merupakan bagian dari Blok East Natuna. Pengembangannya menjadi tantangan, lantaran punya kandungan karbon dioksida (CO2) hingga 72 persen.
Kepala SKK Migas Djoko Siswanto mengatakan, KUFPEC telah menyelesaikan penelitian bersama (joint study) di Blok Natuna D-Alpha, dengan mengajak empat perusahaan mitra.
"Joint study-nya udah selesai. Dia lagi cari partner. Paling enggak empat partner yang nanti diajak sama KUFPEC," ujar Djoko di sela acara IPA Convex 2025 di ICE BSD, Kabupaten Tangerang, Banten, Selasa (20/5/2025).
Adapun dua mitra di antaranya yakni Pertamina dan MedcoEnergi. Sayangnya, Djoko tidak menyebutkan siapa dua partner lain yang akan masuk ke dalam Blok Natuna D-Alpha.
"Salah satunya adalah Pertamina, kemudian Medco," ucap dia.
KUFPEC Kantongi Izin POD Lapangan Anambas
Sebelumnya, pemerintah juga telah menyetujui rencana pengembangan (Plan of Development/POD) Lapangan Anambas, yang terletak di lepas pantai Laut Natuna Barat dari. Dalam hal ini, KUFPEC melalui anak usahanya, KUFPEC Indonesia (Anambas) BV (KUFPEC Indonesia) jadi perusahaan yang mengantongi izin.
Dukungan dari Pemerintah
KUFPEC menggelontorkan investasi POD-I blok Anambas mencapai sekitar USD 1,54 miliar atau sekitar Rp 24,8 triliun. Lapangan ini direncanakan bisa onstream di tahun 2028 dengan perkiraan produksi gas mencapai sekitar 55 MMSCFD.
Kepala SKK Migas Djoko Siswanto mengatakan, persetujuan POD tersebut menunjukkan dukungan dari Pemerintah agar blok tersebut dapat segera diproduksikan untuk memperkuat neraca gas nasional dan mendukung program ketahanan energi.
Target Onstream Kuartal IV 2027
"Kami akan mendorong KUFPEC untuk dapat merealisasikan agar proyek tersebut dapat onstream maksimal di kuartal IV tahun 2027 dan akan dilakukan upaya percepatan agar bisa onstream lebih cepat dari target waktu yang telah ditetapkan”, kata Djoko beberapa waktu lalu.
Persetujuan POD tersebut diberikan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia pada 25 April 2025. Pencapaian ini dinilai menandai keberhasilan penting dalam hal regulasi dan merupakan langkah krusial menuju keputusan investasi akhir (Final Investment Decision/FID) proyek ini.
Lapangan tersebut berada di dalam Cekungan Natuna yang kaya akan sumber daya, dan merupakan aset utama dalam portofolio KUFPEC di kawasan Asia Tenggara. POD yang disetujui menggambarkan strategi bertahap untuk membuka potensi gas dan kondensat dari lapangan tersebut.
25 Raksasa Migas Dunia Lirik Investasi di Indonesia, Chevron hingga Shell
Sebelumnya, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) melaporkan, sebanyak 25 perusahaan raksasa migas dunia menaruh minat untuk menanamkan investasi di Indonesia.
Kepala SKK Migas Djoko Siswanto mengatakan, beberapa perusahaan migas besar dunia yang mau kembali ke Indonesia, antara lain Chevron, Shell, dan TotalEnergies.
Ada 25, ada Total, Chevron juga sudah komitmen untuk datang, dia lihat yang besar-besar. Shell juga, Alhamdulillah," kata Djoko Siswanto saat ditemui di sela kegiatan The 49th IPA Convex 2025 di ICE BSD, Kabupaten Tangerang, Banten, Selasa (20/5/2025).
Djoko mengutarakan, perusahaan-perusahaan tersebut akan fokus berinvestasi di Indonesia untuk melakukan eksplorasi di hulu migas. "Ada yang sudah join study, ada yang mau tinggal jalan, dia tinggal cari," sambungnya.
Menurut dia, industri hulu migas di Indonesia masih sangat menarik bagi para raksasa migas global. Lantaran, masih banyaknya potensi migas yang ada di Tanah Air.
Di sisi lain, pemerintah juga diklaim telah memiliki data dan teknologi yang mumpuni untuk disajikan kepada calon investor. "Mereka (investor) punya alat untuk melihat itu. Sehingga mereka tertarik (investasi lagi di Indonesia)," sebut dia.
Siap Didukung Kebijakan Fiskal
Dikatakan Djoko, pemerintah turut mendukung iklim investasi dengan menyediakan data, teknologi, konektivitas yang bagus, serta mulai ada regulasi untuk open data.
Dari sisi kebijakan fiskal, saat ini disebutnya juga sangat fleksibel. Untuk mendukung pengembangan industri hulu migas, serta pemerintah juga mendukung dari sisi kemudahan perizinan.
"Kita juga jelas targetnya untuk menaikkan produksi (migas) serta welcome untuk semua teknologi untuk menaikkan produksi. Nah itu yang membuat mereka tertarik," pungkas Djoko.
Tiga wilayah kerja minyak dan gas bumi (migas) dilelang yang terletak di Sumatera Selatan, Jawa Timur, dan Sulawesi Tenggara.