Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengumumkan lelang tiga wilayah kerja (WK) minyak dan gas bumi (migas) di The 49th IPA Convex 2025 di ICE BSD, Tangerang, Banten, Selasa (20/5/2025).
Ketiga wilayah kerja migas tersebut, yakni WK Gagah di Sumatera Selatan, WK Perkasa di Jawa Timur, dan WK Lavender yang terletak di Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara. Khusus untuk Wilayah Kerja (WK) Lavender, penawaran spesial diberikan kepada Pertamina.
"(WK-red))Gagah sama Perkasa tunggu sampai tanggal 24 Juli 2025, terbuka untuk umum. Kalau Lavender karena dia joint study-nya itu Pertamina langsung, sendirian," ujar Plt Direktur Jenderal Migas Kementerian ESDM, Tri Winarno
Adapun WK Lavender buka penawaran harga lelang di angka USD 200 ribu. Lokasinya berada di onshore dan offshore Sulsel dan Sultra, dengan potensi gas sekitar 10 triliun kaki kubik (TCF).
Sementara WK Gagah secara estimasi memiliki potensi kekayaan minyak sebesar 173 juta barel (MMBO) atau 1,1 triliun kaki kubik gas (TCF). Open bid untuk WK migas ini dibuka di harga USD 300 ribu.
Sedangkan WK Perkasa dengan potensi sumber daya lebih besar diperkirakan punya cadangan minyak 228 juta barel (MMBO) dan gas 1,3 triliun kaki kubik (TCF). Dengan open bid minimum di angka USD 300 ribu.
25 Raksasa Migas Minat Investasi di RI
Di sisi lain, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) juga melaporkan, sebanyak 25 perusahaan raksasa migas dunia menaruh minat untuk menanamkan investasi di Indonesia.
Kepala SKK Migas Djoko Siswanto mengatakan, beberapa perusahaan migas besar dunia yang mau kembali ke Indonesia, antara lain Chevron, Shell, dan TotalEnergies.
"Ada 25, ada Total, Chevron juga sudah komitmen untuk datang, dia lihat yang besar-besar. Shell juga, Alhamdulillah," kata Djoko Siswanto di sela kegiatan IPA Convex 2025.
Fokus Eksplorasi
Djoko mengutarakan, perusahaan-perusahaan tersebut akan fokus berinvestasi di Indonesia untuk melakukan eksplorasi di hulu migas. "Ada yang sudah join study, ada yang mau tinggal jalan, dia tinggal cari," sambungnya.
Menurut dia, industri hulu migas di Indonesia masih sangat menarik bagi para raksasa migas global. Lantaran, masih banyaknya potensi migas yang ada di Tanah Air.
Di sisi lain, pemerintah juga diklaim telah memiliki data dan teknologi yang mumpuni untuk disajikan kepada calon investor. "Mereka (investor) punya alat untuk melihat itu. Sehingga mereka tertarik (investasi lagi di Indonesia)," sebut dia.
25 Raksasa Migas Dunia Lirik Investasi di Indonesia, Chevron hingga Shell
Sebelumnya, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) melaporkan, sebanyak 25 perusahaan raksasa migas dunia menaruh minat untuk menanamkan investasi di Indonesia.
Kepala SKK Migas Djoko Siswanto mengatakan, beberapa perusahaan migas besar dunia yang mau kembali ke Indonesia, antara lain Chevron, Shell, dan TotalEnergies.
Ada 25, ada Total, Chevron juga sudah komitmen untuk datang, dia lihat yang besar-besar. Shell juga, Alhamdulillah," kata Djoko Siswanto saat ditemui di sela kegiatan The 49th IPA Convex 2025 di ICE BSD, Kabupaten Tangerang, Banten, Selasa (20/5/2025).
Djoko mengutarakan, perusahaan-perusahaan tersebut akan fokus berinvestasi di Indonesia untuk melakukan eksplorasi di hulu migas. "Ada yang sudah join study, ada yang mau tinggal jalan, dia tinggal cari," sambungnya.
Menurut dia, industri hulu migas di Indonesia masih sangat menarik bagi para raksasa migas global. Lantaran, masih banyaknya potensi migas yang ada di Tanah Air.
Di sisi lain, pemerintah juga diklaim telah memiliki data dan teknologi yang mumpuni untuk disajikan kepada calon investor. "Mereka (investor) punya alat untuk melihat itu. Sehingga mereka tertarik (investasi lagi di Indonesia)," sebut dia.
Siap Didukung Kebijakan Fiskal
Dikatakan Djoko, pemerintah turut mendukung iklim investasi dengan menyediakan data, teknologi, konektivitas yang bagus, serta mulai ada regulasi untuk open data.
Dari sisi kebijakan fiskal, saat ini disebutnya juga sangat fleksibel. Untuk mendukung pengembangan industri hulu migas, serta pemerintah juga mendukung dari sisi kemudahan perizinan.
"Kita juga jelas targetnya untuk menaikkan produksi (migas) serta welcome untuk semua teknologi untuk menaikkan produksi. Nah itu yang membuat mereka tertarik," pungkas Djoko.