Inggris dan AS Bersatu, Siap Gelontorkan Triliunan Rupiah untuk Proyek Nuklir

3 hours ago 4

Liputan6.com, Jakarta - Inggris dan Amerika Serikat (AS) akan menandatangani perjanjian baru yang bertujuan mempercepat pengembangan energi nuklir. Kesepakatan ini diharapkan dapat menciptakan ribuan lapangan kerja dan memperkuat pasokan energi di Inggris.

Penandatanganan perjanjian yang berjuluk Kemitraan Atlantik untuk Energi Nuklir Maju ini akan dilakukan selama kunjungan kenegaraan Presiden AS Donald Trump pekan ini. Dikutip dari BBC, Senin (15/9/2025) kedua negara berharap kemitraan ini dapat menarik investasi swasta senilai miliaran dolar.

Menurut Perdana Menteri Inggris, Sir Keir Starmer, kerja sama ini menandai awal dari "zaman keemasan nuklir." Ia yakin kolaborasi ini akan menempatkan Inggris dan AS sebagai pemimpin inovasi global.

Pemerintah Inggris meyakini bahwa peningkatan penggunaan tenaga nuklir dapat membantu menurunkan biaya listrik, membuka lapangan kerja baru, meningkatkan ketahanan energi, dan berkontribusi dalam upaya melawan perubahan iklim.

Salah satu poin utama dalam perjanjian ini adalah penyederhanaan regulasi. Dengan aturan baru ini, proses perizinan proyek nuklir yang sebelumnya memakan waktu rata-rata empat tahun dapat dipangkas menjadi hanya dua tahun.

Kebangkitan Nuklir

Kesepakatan ini bertujuan memperkuat kolaborasi bisnis antara perusahaan Inggris dan Amerika. Sejumlah proyek besar akan segera diumumkan, salah satunya adalah rencana ambisius dari perusahaan nuklir AS X-Energy dan perusahaan energi Inggris Centrica.

Keduanya berencana membangun hingga 12 reaktor nuklir modular canggih di Hartlepool. Proyek ini diproyeksikan dapat memasok listrik untuk 1,5 juta rumah dan menciptakan sekitar 2.500 lapangan kerja. Secara keseluruhan, program ini diperkirakan bernilai hingga £40 miliar (sekitar Rp888,9 triliun), dengan fokus investasi sebesar £12 miliar (Rp265,7 triliun) di wilayah timur laut Inggris.

Selain itu, kemitraan ini juga mencakup proyek lain seperti:

  • Pembangunan Reaktor Mikro-Modular: Perusahaan multinasional Last Energy dan DP World akan bekerja sama membangun reaktor mikro-modular di pelabuhan London Gateway, didukung oleh investasi swasta senilai £80 juta (sekitar Rp1,7 triliun).
  • Transformasi Pembangkit Listrik: Perusahaan Holtec, EDF, dan Tritax berencana mengubah bekas pembangkit listrik tenaga batu bara Cottam di Nottinghamshire menjadi pusat data yang ditenagai oleh energi nuklir. Proyek ini diperkirakan bernilai £11 miliar (sekitar Rp244,3 triliun) dan berpotensi menciptakan ribuan lapangan kerja baru.

Nilai Proyek hingga Rp 244,3 Triliun

Proyek tersebut diperkirakan bernilai £11 miliar atau sekitar Rp 244,3 triliun, dengan potensi menciptakan ribuan pekerjaan konstruksi berketerampilan tinggi, serta lapangan kerja permanen untuk operasional jangka panjang.

Selain pembangunan pembangkit listrik, kemitraan baru ini juga mencakup kerja sama riset energi fusi dan target untuk menghentikan ketergantungan Inggris serta AS pada bahan nuklir dari Rusia pada tahun 2028.

Menteri Energi Inggris, Ed Miliband, mengatakan tenaga nuklir akan menjadi sumber listrik bersih yang diproduksi di dalam negeri. Ia menambahkan, sektor swasta yang membangunnya akan mendorong pertumbuhan ekonomi sekaligus menciptakan lapangan kerja dengan gaji tinggi dan keterampilan khusus.

Menteri Energi AS, Chris Wright, menyebut kesepakatan ini sebagai bentuk "kebangkitan nuklir". Menurutnya, langkah tersebut akan memperkuat keamanan energi dan menjawab kebutuhan listrik global yang terus meningkat, terutama karena pertumbuhan AI dan infrastruktur data.

Ambisi Perdana Menteri Inggris

Sebelumnya, Perdana Menteri Sir Keir Starmer juga menegaskan ambisinya untuk menjadikan Inggris kembali sebagai salah satu pemimpin dunia di bidang nuklir.

Pada 1990-an, tenaga nuklir menyumbang sekitar 25% listrik di Inggris. Namun kini angkanya turun menjadi sekitar 15%, karena tidak ada pembangkit baru yang dibangun sejak saat itu dan banyak reaktor lama akan dipensiunkan dalam dekade mendatang.

Pada November 2024, Inggris bersama 30 negara lain menandatangani komitmen global untuk menggandakan kapasitas nuklir mereka pada tahun 2050.

Awal 2025, pemerintah Inggris juga mengumumkan kesepakatan dengan investor swasta untuk membangun pembangkit nuklir Sizewell C di Suffolk. Selain itu, program nuklir Inggris mencakup pembangunan reaktor modular kecil (SMR) pertama oleh perusahaan Rolls Royce. 

Read Entire Article
Kaltim | Portal Aceh| | |