Bosch Bangun Pabrik Modular Pertama di Cikarang, Indonesia Masuk Era Emas Manufaktur

3 hours ago 6

Liputan6.com, Jakarta - Suasana penuh optimisme menyelimuti kawasan industri Deltamas, Cikarang, saat Bosch resmi memulai pembangunan fasilitas manufaktur terbarunya. Bagi perusahaan teknologi global asal Jerman itu, hari ini bukan sekadar seremoni groundbreaking biasa, tetapi menjadi penanda tonggak sejarah Bosch memilih Indonesia sebagai lokasi pabrik modular pertama di dunia.

Langkah ini mencerminkan keyakinan perusahaan terhadap potensi besar Indonesia, baik sebagai pasar, pusat produksi, maupun mitra jangka panjang dalam transformasi industri.

Bosch mulai hadir di Indonesia melalui jaringan mitra dan distributor, dengan "Trading Company van Rijn" di Surabaya sebagai mitra pertama.

Dalam kurun waktu tersebut, perusahaan terus memperkuat pijakannya di Indonesia, mulai dari pembukaan kantor perwakilan pada 2008 di Jakarta, hingga kini investasi besar melalui fasilitas modular yang mengintegrasikan beragam lini bisnis dalam satu atap.

“Dan hari ini kita kembali mencatat sebuah tonggak sejarah baru bagi BOSCH yang sekaligus menjadi konfirmasi atas komitmen jangka panjang kami terhadap Indonesia,” ujar President of Bosch Asia Pacific South Vijay Radnaparkhe, Rabu (19/11/2025).

Langkah Bosch hadir di momen yang tepat. Indonesia saat ini berada di persimpangan penting transformasi industri, ditopang ekonomi yang solid dengan pertumbuhan stabil sekitar 5 persen, tenaga kerja muda yang kompetitif, serta ekosistem bisnis yang semakin terbuka bagi teknologi canggih.

Pemerintah pun menyambut langkah Bosch ini sebagai sinyal bahwa Indonesia sedang memasuki era emas manufaktur, di mana investasi global bukan hanya hadir, tetapi berkembang secara berkelanjutan.

Pabrik Modular Pertama Bosch di Dunia

Fasilitas terbaru BOSCH hadir dengan mengusung konsep modular manufacturing, sebuah pendekatan manufaktur yang memungkinkan berbagai unit bisnis beroperasi di satu lokasi tetapi tetap memiliki fleksibilitas penuh.

Konsep ini dirancang oleh tim real estate global Bosch dan menjadikan Indonesia sebagai negara pertama yang menerapkannya.

"Untuk fase ekspansi berikutnya di Indonesia, kami memiliki dua fokus utama. Pertama, kami akan memperkenalkan teknologi manufaktur mutakhir yang sejalan dengan visi nasional Making Indonesia 4.0. Kedua, kami ingin meningkatkan kompetensi lokal, baik melalui pengembangan rantai pasok maupun ekosistem talenta," ujar Vijay.

Dengan model ini, setiap lini bisnis dapat berbagi sumber daya inti seperti infrastruktur, utilitas, dan teknologi industri 4.0, namun tetap mampu menyesuaikan kebutuhan produksinya masing-masing.

Hasilnya, pabrik dapat meningkatkan kapasitas dengan cepat, mempercepat waktu produksi, serta merespons permintaan pasar secara real time.

Fasilitas ini juga mengadopsi standar global Bosch yang terhubung melalui cloud internasional perusahaan, memungkinkan seluruh mesin, data, dan proses dipantau sekaligus dioptimalisasi dari mana saja. Sistem ini membuka peluang terciptanya ekosistem manufaktur yang lebih adaptif, efisien, dan berkelanjutan.

"Fasilitas baru juga akan menerapkan teknologi BOSCH berbasis standar Industri 4.0 di setiap lini produksi," tutur Vijay.

Teknologi Canggih dan Produk Bernilai Tinggi: Dari ECU hingga Battery Management System

Vijay menegaskan pada fase awal, pabrik akan memproduksi berbagai komponen otomotif penting "Mereka akan menangani produksi unit elektronik, unit kontrol elektronik, dan kipas pendingin mesin sebagai komponen untuk bisnis mobilitas, serta produk teknologi lainnya," tegas Vijay.

Ke depan, Bosch menargetkan fasilitas ini mampu memproduksi Battery Management System (BMS)—teknologi vital dalam kendaraan listrik modern.

Dengan masuknya BMS ke lini produksi lokal, Indonesia tidak hanya menjadi pasar, melainkan pusat pengembangan teknologi elektrifikasi yang bernilai tinggi. Kehadiran teknologi ini sekaligus mendukung agenda industri otomotif Indonesia dalam transisi menuju kendaraan rendah emisi dan elektrifikasi total.

Pemerintah: “Bosch Tidak Salah Pilih Indonesia”

Dalam sambutannya, Dirjen ILMATE Kemenperin Setia Diarta, menegaskan bahwa performa industri manufaktur Indonesia menunjukkan tren yang sangat positif meskipun dunia menghadapi tekanan ekonomi dan geopolitik.

"Sektor industri manufaKtur Indonesia terus menunjukkan kinerja yang positif di tengah tantangan-tantangan geo-ekonomi dan geo-politik dunia," ujar Setia.

Setia menyebut pada triwulan ke tiga tahun 2025, perekonomian Indonesia mengalami peningkatan sebesar 5,64 persen year on year dibanding pada triwulan ke dua 2025.

"Pada triwulan ketiga tahun 2025 ini, perekonomian Indonesia tumbuh sebesar 5,64 persen year on year, sementara itu sektor industri pengolahan non-megas mencatat pertumbuhan sebesar 5,54 persen," sebut Setia.

"Ini pertumbuhan industri pengolahan non-migas kembali melampaui perumahan ekonomi nasional dan pada periode yang sama, kontribusi industri pengolahan non-migas terhadap produk domestik bruto juga meningkat menjadi 17,39 persen atau naik sekitar 0,47 persen dibandingkan pada triwulan ke 2 tahun 2025," tambahnya.

Dengan meningkatnya pertumbuhan dan utilisasi sektor industri pengolahan non-migas, Setia optimis masih terbukanya ruang untuk optimalisasi kapasitas produksi nasional.

"Selain itu tingkat utilisasi industri pengolahan non-migas saat ini berada di angka 59,28 persen yang menunjukkan pada kita masih terbukanya ruang untuk optimalisasi kapasitas produksi nasional," tuturnya.

Ia juga menyebut industri pengolahan non-migas menjadi motor utama pertumbuhan ekonomi sepanjang triwulan ketiga tahun 2025 "Tentu saja sebagai penggerak utama pertumbuhan ekonomi sepanjang triwulan ketiga tahun 2025 investasi industri pengolahan non-migas telah mencapai Rp 185,4 triliun atau 37,73 persen dari investasi nasional," tutur Setia.

Indonesia kini menempati peringkat 13 dunia dalam Manufacturing Value Added (MVA) dan menjadi yang terbesar di ASEAN, mengungguli Thailand, Vietnam, Malaysia, dan Singapura.

“Dengan kapasitas produksi nasional yang besar dan pasar domestik kuat, Bosch tidak salah memilih Indonesia sebagai basis ekspansi,” tegasnya.

Penyerapan Tenaga Kerja dan Kontribusi Produk Manufaktur di Indonesia

Setia menegaskan penyerapan tenaga kerja per Agustus 2025 mencapai 20,31 juta orang, sekitar 13 persen dari total tenaga kerja nasional.

"Penyerapan tenaga kerja mencapai 20,31 jua orang per Agustus 2025 atau sekitar 13 persen dari total tenaga kerja di Indonesia," tuturnya.

Sementara itu, ekspor produk manufaktur Indonesia pada triwulan ketiga pada tahun 2025 telah berkontribusi sebesar USD 60,25 miliar, sekitar Rp 1.005 triliun (kurs USD 1 = Rp 16.690) atau 81 persen terhadap total ekspor nasional.

"Ekspor produk manufaktur Indonesia pada triwulan ketiga tahun 2025 mencapai angka USD 60,25 miliar atau berkontribusi setidaknya 81 persen terhadap total ekspor nasional," sebutnya.

Dorong Kendaraan Rendah Emisi dan Kemandirian Rantai Pasok

Setia menambahkan, pembangunan pabrik BOSCH di Cikarang akan memberi dampak langsung pada ekosistem Low Carbon Emission Vehicles (LCEV).

Program yang diinisiasi Kemenperin ini telah menarik investasi lebih dari Rp 22,37 triliun, memproduksi 878 ribu unit kendaraan LCEV, dan melibatkan 274 industri komponen lokal.

"Menciptakan tambahan investasi sebesar Rp22,37 triliun. Secara kumulatif, total produksi kendaraan LCEV pada periode 2022 hingga September 2025 telah mencapai 878 ribu unit dengan melibatkan 274 industri komponen lokal," tutur Setia.

Produksi BMS dan komponen elektrifikasi Bosch akan mempercepat lokalisasi teknologi tinggi, sekaligus meningkatkan nilai tambah komponen “made in Indonesia”.

Komitmen Jangka Panjang Bosch untuk Talenta Lokal dan Industri Nasional

Bosch memastikan pabrik ini akan sepenuhnya dijalankan oleh talenta lokal. Tim dari pabrik existing akan memimpin produksi awal untuk menjaga konsistensi kualitas. Setelah pabrik beroperasi penuh, Bosch akan membuka program peningkatan kompetensi melalui pelatihan teknologi, sertifikasi, serta penguatan kapasitas pemasok lokal.

"Pada fase pertama, tim dari pabrik yang sudah ada dan sudah terlatih akan membantu proses awal produksi," jelas Vijay.

Pabrik baru ini berdiri di kawasan seluas 82.000 m² yang dapat dikembangkan lebih jauh sesuai kebutuhan industri masa depan.

Arah Baru Industri Manufaktur Indonesia

Investasi Bosch dipandang sebagai katalis penguatan struktur industri nasional, mulai dari hulu hingga hilir. Kehadirannya diharapkan mempercepat transformasi Indonesia menuju industri berstandar global, hijau, digital, dan kompetitif.

“Kami meyakini bahwa berdirinya pabrik baru ini akan menjadi milestone penguatan ekosistem industri otomotif nasional khususnya dalam mendukung pengembangan kendaraan rendah emisi dan percepatan transformasi menuju industri hijau dan berdaya saing global," ujar Setia.

"Kami berharap pembangunan pabrik ini dapat berjalan lancar dan selesai tepat waktu serta mampu memberikan manfaat nyata bagi peningkatan kapasitas industri dalam negeri, penyerapan tenaga kerja, dan pertumbuhan ekonomi nasional,” tutupnya.

Read Entire Article
Kaltim | Portal Aceh| | |