Liputan6.com, Jakarta - Presiden Prabowo Subianto telah memberi perintah untuk tidak impor pada 4 komoditas; beras, jagung, gula konsumsi, dan garam konsumsi. Kementerian Koordinator Bidang Pangan menyambut dengan perlunya dipastikan target itu dicapai.
Staf Ahli Bidang Transformasi Digital dan Hubungan Antar Lembaga, Kemenko Pangan, Bara Krishna Hasibuan menjelaskan, dalam rapat kabinet di awal kepemimpinannya, Prabowo memutuskan tak impor 4 komoditas tadi.
"Di rapat kabinet, di bawah kepemimpinan Presiden, langsung diputuskan, kita harus memaksa diri. Kita mulai dengan 4 basic food, basic commodity. Satu, beras. Kedua, jagung. Ketiga, gula. Dan keempat, garam. Gula untuk konsumsi, dan garam untuk konsumsi, bukan untuk yang dikonsumsi oleh industri," ungkap Bara dalam Indonesia Connect by Liputan6, di SCTV Tower, Jakarta, Jumat (20/6/2025).
Langkah pertama yang dilakukan adalah dengan mengejar target tak impor beras. Caranya dengan meningkatkan produksi dan menjaga setiap faktor pendukungnya tetap positif.
"Kita putuskan tahun ini, kita harus memaksakan, kita coba, kita tidak impor. Kita mulai dengan beras. Apa yang harus dilakukan? Nah di sinilah fungsi dari Kemenkopan. Kita melakukan koordinasi, tentu kuncinya the key adalah, kita harus bisa melakukan boost the production," ungkapnya.
Badan Pusat Statistik (BPS) sendiri telah mencatat produksi beras nasional naik 54 persen dari 2024. Cadangan Beras Pemerintah (CBP) pun telah mencapai 4 juta ton yang dikuasai Bulog.
CBP Cuma 10 Persen Total Produksi
Diberitakan sebelumnya, Wakil Menteri Pertanian Sudaryono memamerkan jumlah cadangan beras pemerintah (CBP) sebesar 4 juta ton yang dikuasai Perum Bulog. Namun, angka itu tak berarti menggambarkan seluruh hasil panen lokal.
Dia menjelaskan, Bulog hanya menyerap 10 persen dari total hasil panen beras dalam negeri. Bisa dibilang, jumlah panen beras RI 10 kali lipat lebih besar dari cadangan yang dimiliki Bulog.
"Jangan dipikir beras 4 juta (ton) itu adalah total semua panenan rakyat kita, salah. Bulog hanya membeli 10 persen, kemungkinan dari total panenan ini yang diserap oleh Bulog hanya 10 persen saja," kata Sudaryono dalam Indonesia Connect by Liputan6, di SCTV Tower, Jakarta, Jumat (20/6/2025).
Tugas Bulog
Dia menuturkan, Bulog ditugaskan untuk menyerap hasil panen petani yang tidak berhasil dibeli oleh pengusaha swasta. Harga yang berlaku untuk menyerap gabah kering panen (GKP) sebesar Rp 6.500 per kilogram (kg).
"Hanya untuk yang tidak bisa diserap pasar, tidak dibeli dengan Rp 6.500, diserap oleh Bulog. Sehingga paninan kita ini sebetulnya, kalau kita nyerap sudah 2,5 juta, artinya sebetulnya panenan itu 25 juta ton," ujarnya.
"Jadi ini untuk menjadi, kadang-kadang orang mikirnya bahwa semua panenan itu dibeli Bulog, bukan. Bulog hanya membeli kira-kira 10 persen di daerah-daerah yang sulit, di daerah-daerah yang dimana pasar tidak bisa membeli. Pedagang beras tidak bisa beli, disitu Bulog (hadir)," sambung Sudaryono.
Stok Beras Bulog Tembus 4 Juta Ton
Sebelumnya, Menteri Pertanian (Mentan) Amran Sulaiman mengungkapkan bahwa stok beras nasional saat ini telah mencapai lebih dari 4 juta ton. Amran menyampaikan stok beras saat ini merupakan capaian tertinggi selama 57 tahun.
"Tertinggi selama 57 tahun dan pernah kita capai 3 juta ton, yaitu tahun 1984," jelas Amran dikutip dari siaran pers, Selasa (3/6/2025).
Dia optimisme swasembada beras akan tercapai dari target yang ditetapkan Presiden Prabowo Subianto yakni, tahun 2027. Amran juga meyakini Indonesia tak impor beras untuk tahun ini karena stok yang melimpah.
"Target dari Bapak Presiden, awal rencana kita swasembada empat tahun, kemudian tiga tahun. Mudah-mudahan tahun ini tidak ada impor," ujar dia.