Liputan6.com, Jakarta Kementerian Perdagangan kembali menyoroti perjanjian ekonomi komprehensif antara Indonesia dan Eropa. Molornya perundingan itu tak sebatas bicara mengenai penetapan tarif ekspor-impor antar kedua pihak.
Kepala Pusat Kebijakan Perdagangan Internasional Kemendag, Olvy Andrianita menyampaikan perundingan Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (I-EU CEPA) buka hanya perkara naik-turunnya tarif.
"Debatable EU, bukan cuma tarif turun, tarif naik, tarif turun, tarif naik, enggak, bukan di situ. TSD, Trade and Sustainable Development, itu masih menjadi debatable sampai hari ini," kata Olvy dalam Peluncuran Laporan Perdagangan dan Investasi Berkelanjutan Indonesia 2025, di Auditorium CSIS, Jakarta, Jumat (20/6/2025).
Olvy mengatakan isu keberlanjutan itu menjadi bahasan serius. Menurutnya, Uni Eropa sendiri tidak benar-benar menjalankan prinsip itu dengan maksimal. Dia enggan jika ada standar ganda yang diberlakukan ke Indonesia.
Dia menegaskan kembali, kalau panjangnya perundingan tersebut bukan merupakan perdebatan pada satu aspek. Tapi, ada kepentingan yang sama-sama perlu menjadi perhatian.
"Bukan perdebatan, artinya kita itu sama-sama concern di hal yang sama. Jadi perdagangan itu kan bukan cuma dagang, bukan cuma tarif, tetapi ada juga aspek lain yang kita harus disepakati bersama. Nah trade and sustainable, ini development, ini menjadi salah satu isu bahasan penting di dalam perundingan dengan EU," tutur dia.
Perundingan IEU CEPA Paling Sibuk
Olvy menyampaikan, perhatian serupa juga dilakukan dalam perundingan dagang Indonesia dengan negara lain. Misalnya dengan Jepang serta Kanada yang saat ini masih proses.
Dia mengakui perundingan IEU CEPA menjadi yang paling sibuk dibandingkan dengan lainnya. "Contoh lain banyak sih, dengan Jepang juga kan kita juga ada environment-nya, dengan.. kalau gak salah dengan Kanada juga ada. Tapi yang paling hectic memang dengan EU," ujarnya.
Perlu diketahui, perundingan IEU CEPA sudah berjalan sekitar 9 tahun. Pertama kali, bahasan ini dilakukan pada 2016 lalu dengan target implementasi pada 2026 mendatang.
Hampir Final
Diberitakan sebelumnya, Pemerintah Indonesia terus memperkuat kerja sama ekonomi dengan mitra dagang strategisnya di Eropa. Salah satunya melalui perjanjian dagang komprehensif Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU-CEPA) yang kini telah memasuki tahap akhir penyusunan.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyebut, lebih dari 90% isi dokumen perjanjian IEU-CEPA telah disepakati. Hanya tersisa beberapa isu teknis yang masih dibahas di tingkat Chief Negotiator dan kelompok kerja terkait.
"Proses perundingan substansi IEU-CEPA ini sudah masuk tahap terakhir. Hampir seluruh substansi telah disepakati," kata Airlangga dalam Diseminasi Perundingan IEU-CEPA di Jakarta, dikutip dari keterangan tertulis, Sabtu (14/6/2025).
Target Teken September, Siap Masuki Proses Legislasi
Lebih lanjut, Airlangga mengungkapkan bahwa Uni Eropa telah menyetujui hasil pertemuan terakhir di Brussels, dan kedua belah pihak menargetkan perjanjian dapat diumumkan bersama oleh Presiden Prabowo dan Presiden Uni Eropa dalam waktu dekat.
Menurut rencana, Komisioner Perdagangan dan Keamanan Ekonomi Uni Eropa, Maroš Šefčovič, akan datang ke Indonesia pada September 2025 untuk menandatangani nota kesepahaman. Setelah itu, proses hukum akan dilanjutkan dengan ratifikasi oleh 27 negara anggota Uni Eropa dan juga oleh parlemen Indonesia.
Adapun perjanjian ini diyakini membuka peluang besar bagi peningkatan ekspor Indonesia, khususnya komoditas unggulan seperti kelapa sawit dan turunannya, bijih tembaga, produk oleokimia, alas kaki, tekstil, besi baja, ikan kaleng (tuna), dan mesin industri