Liputan6.com, Jakarta Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) mengambil langkah strategis dengan menggandeng Indonesian Palm Oil Strategic Studies (IPOSS) dalam upaya memperkuat posisi dan citra industri sawit Indonesia di kancah global.
Kolaborasi ini, diharapkan dapat menjawab berbagai tantangan keberlanjutan dan mengubah persepsi negatif terhadap industri sawit di Indonesia.
Hal itu disampaikan Ketua Umum GAPKI, Eddy Martono dalam penanda tanganan Nota Kesepahaman (MoU) Antara GAPKI dan IPOSS di Kantor Pusat GAPKI, Sudirman, Jakarta. Eddy Martono menegaskan pentingnya sinergi lintas lembaga dalam menghadapi isu-isu global.
"Seiring meningkatnya tantangan global terhadap keberlanjutan dan citra industri sawit, GAPKI menyadari pentingnya kolaborasi lintas lembaga untuk memperkuat posisi dan kontribusi sawit Indonesia, baik di dalam maupun luar negeri," ujar Eddy Martono.
Eddy Martono menilai IPOSS, sebagai lembaga kajian strategis dengan kapasitas riset, advokasi, dan komunikasi yang kuat, merupakan mitra yang sangat tepat untuk menjawab tantangan tersebut.
Nota Kesepahaman yang ditandatangani kedua belah pihak mencakup tiga area krusial yakni pengembangan basis data industri sawit, strategi komunikasi industri, serta riset dan advokasi kebijakan.
"Ini adalah ruang lingkup yang sangat krusial dalam mendorong satu narasi tunggal dan data yang akurat, guna mendukung pengambilan keputusan serta memperkuat pemahaman publik terhadap peran strategis kelapa sawit," jelas Eddy Martono.
Peningkatan SDM
GAPKI meyakini bahwa sinergi dengan IPOSS akan memberikan kontribusi nyata pada penguatan kapasitas kelembagaan, peningkatan sumber daya manusia (SDM) petani, serta fasilitasi kemitraan usaha perkebunan sawit yang lebih inklusif dan berkelanjutan.
Dengan kerja sama ini, diharapkan industri sawit Indonesia dapat terus menjadi motor penggerak perekonomian nasional dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, khususnya di wilayah sentra produksi sawit.
Kolaborasi ini juga menjadi langkah proaktif dalam membangun narasi positif dan berbasis data yang kuat untuk membela sawit di mata dunia.
Sementara itu, Perkumpulan Pusat Kajian Strategis Kelapa Sawit Indonesia (IPOSS) menyambut baik kerja sama strategis dengan Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI).
Ketua Pengurus IPOSS, Nanang Hendarsah, menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya kepada Ketua Umum GAPKI beserta jajaran atas kepercayaan dan komitmen yang terjalin dalam kesepakatan ini.
Perkuat Industri Sawit Nasional
Menurut Nanang, penandatanganan ini bukan sekadar bentuk formal dari sebuah kesepakatan, melainkan penanda semangat bersama dalam memperkuat industri sawit nasional.
Fokus utama kerja sama ini adalah peningkatan kapasitas kelembagaan dan sumber daya manusia (SDM) petani sawit, serta penguatan kemitraan usaha perkebunan yang berkelanjutan dan berpihak pada petani.
Nanang Hendarsah menyoroti bahwa sebagai komoditas unggulan Indonesia, kelapa sawit menghadapi tantangan yang tidak ringan.
"Mulai dari regulasi global seperti EUDR, kebutuhan hilirisasi, hingga produktivitas yang perlu terus ditingkatkan," paparnya.
Di sinilah, lanjutnya, pentingnya kolaborasi berbasis riset, advokasi, dan komunikasi. Tujuannya adalah untuk menghadirkan kebijakan dan praktik industri yang kuat, tangguh, dan berdaya saing global. IPOSS berharap kemitraan ini tidak berhenti pada seremoni.
"Tetapi menjadi langkah awal dari gerakan bersama yang lebih konkret di lapangan—memberdayakan petani, memperkuat data, dan menjaga keberlanjutan industri sawit Indonesia," pungkas Nanang.