Peternak Panic Selling Gara-Gara Ayam Frozen Murah, Apa Masalahnya?

6 hours ago 5

Liputan6.com, Jakarta Sekretaris Jenderal Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia (Pinsar), Muhlis Wahyudi, menceritakan amblesnya harga ayam ras pedaging (broiler) hidup atau livebird di tingkat peternak. Imbas adanya persaingan dengan ayam beku (frozen) yang lebih murah, hingga ulah pihak perantara alias broker.

Muhlis mengatakan, harga daging ayam fresh dari Rumah Potong Ayam (RPA) di pasaran harus bersaing dengan ayam frozen yang lebih murah.

Sementara stok ayam di kandang secara bobot semakin membesar. Membuat peternak terpaksa melakukan panic selling dengan mengobral harga daging ayam hidup.

"Sebenarnya permintaan ada. Tapi karena faktor kepanikan, panic selling, akhirnya yang tadinya sudah deal, umpamanya kemarin kita menahan harga ayam di atas 2,6 kg Rp 14.500 per kg, pada enggak ngambil. Padahal yang pesen banyak. Berarti ada teman-teman peternak lain yang membanting di bawah Rp 14.000 per kg," ungkapnya kepada Liputan6.com, Selasa (29/4/2025).

Banyak Rumah Potong Tutup

Fenomena panic selling ini utamanya banyak dilakukan peternak non integrator di saat libur Lebaran 2025. Lantaran banyak rumah potong ayam yang tutup cukup lama, membuat bobot ayam di kandang kian membesar namun tak terserap banyak.

"Dari situ, seluruh RPA kan libur panjang kalau yang pabrikan besar waktu Lebaran. Akhirnya ayam yang di kandang itu numpuk, enggak keluar, enggak kejual. Bahkan terpantau di kandang tuh sampai ukuran 50 hari. Sudah bobot 4 kg ada," bebernya.

Obral Ayam

Akhirnya, pihak peternak melakukan aksi obral untuk ayam hidup. Situasi ini turut dipermainkan oleh pihak perantara yang jadi jembatan antara produsen dan konsumen.

"Saya tahu sendiri itu. Karena saya punya ayam waktu itu pagi ditawar Rp 16 ribu per kg. Siang ditawar lagi Rp 15.500 per kg. Sore, Rp 15.000 per kg," kata Muhlis.

Ia berharap serapan ayam peternak bisa membaik pasca Lebaran. Sayangnya, keberadaan ayam frozen dengan harga murah justru semakin menyurutkan proses penyerapan di tingkat peternak.

"Daripada ngambil di peternak, lebih baik beli yang di frozen murah itu. Kalau tidak dapat yang murah (untuk ayam fresh), dia (broker) neken harga, supaya sama dengan yang di frozen tadi. Tambah hari bukan tambah membaik, justru surut, surut, surut," keluhnya.

Surati Pemerintah dan Legislatif

Menindaki situasi ini, Pinsar coba mengirim surat kepada sejumlah instansi pemerintah dan pihak legislatif, mulai dari Kemenko Pangan, Badan Pangan Nasional (Bapanas), Ditjen PKH Kementerian Pertanian, hingga Komisi IV DPR RI. Dengan tujuan agar kemerosotan harga ayam di tingkat peternak bisa lebih terkendali.

"Tanggal 11 April kemarin, kami meeting koordinasi. Saya waktu itu diminta untuk memutuskan harga, waktu itu sudah Rp 13.000-14.000 per kg di wilayah Jawa, dari kandang," ucap Muhlis.

"Putusan itu ternyata dipatok harga malah bablas. Ayam istilahnya ngendon overstock di kandang sampai harga Rp 10.000 per kg untuk ukuran di atas 2,4 kg. Akhirnya saya mohon, (supaya) kalau ini di-lost-in bisa Rp 5.000 (per kg)," sebutnya.

Read Entire Article
Kaltim | Portal Aceh| | |