Miliarder Penasihat Danantara Bilang Trump Bawa AS Kembali ke Era Otoriter

8 hours ago 7

Liputan6.com, Jakarta - Miliarder, Ray Dalio, mengingatkan bahwa Amerika Serikat (AS) tengah meluncur ke arah politik otoriter seperti era 1930-an. 

“Saya pikir apa yang terjadi sekarang secara politik dan sosial serupa dengan yang terjadi di dunia pada periode 1930-1940,” ujar pendiri Bridgewater Associates—salah satu hedge fund terbesar di dunia dikutip dari CNN, Rabu (3/9/2025).

Menurut Dalio, intervensi negara dalam sektor swasta, seperti keputusan pemerintahan Donald Trump baru-baru ini untuk mengambil 10 persen saham di perusahaan chip yang tengah kesulitan, Intel, mencerminkan jenis “kepemimpinan otoriter kuat yang lahir dari keinginan mengendalikan situasi keuangan dan ekonomi.”

Dalio memang kerap mengkritik kebijakan Presiden Trump. Pada Juni lalu, ia menolak agenda kebijakan domestik Trump yang dikenal sebagai “One Big Beautiful Bill Act”, dengan alasan utang pemerintah AS mendekati titik kritis yang dapat mengancam stabilitas ekonomi terbesar dunia.

Untuk diketahui, Ray Dalio masuk sebagai Dewan Penasihat Danantara. Di luar nama miliarder tersebut ada mantan Perdana Menteri Thailand Thaksin Shinawatra, Helman Sitohang, Jeffrey Sachs dan Chapman Taylor sebagai penasihat Danantara.

Jurang Kekayaan dan Pudarnya Kepercayaan

Dalam wawancara bersama Financial Times, Dalio menyoroti kesenjangan kekayaan dan nilai, serta runtuhnya kepercayaan yang mendorong lahirnya kebijakan “lebih ekstrem” di AS.

“Pada masa seperti ini, kebanyakan orang memilih diam karena takut akan pembalasan jika mereka mengkritik,” katanya.

Ia menegaskan, secara klasik, “jurang kekayaan dan nilai yang semakin lebar menyebabkan populisme kanan maupun kiri meningkat, melahirkan perbedaan tak terdamaikan di antara keduanya yang tak bisa diselesaikan lewat proses demokratis.

Maka demokrasi melemah, dan kepemimpinan otoriter meningkat karena sebagian besar masyarakat ingin pemimpin pemerintah mengendalikan sistem agar berjalan sesuai kepentingan mereka.”

Ancaman Terhadap Independensi The Fed

Dalio juga memperingatkan bahaya jika Federal Reserve kehilangan independensi-nya. Jika bank sentral tunduk pada tekanan politik untuk menjaga suku bunga tetap rendah, hal itu “akan merusak kepercayaan terhadap kemampuan The Fed mempertahankan nilai uang dan membuat aset utang dalam denominasi dolar menjadi kurang menarik.”

Ia mencatat, investor internasional sudah mulai beralih dari surat utang AS (obligasi) ke emas.

Sebagai catatan, Ketua The Fed, Jerome Powell—beberapa bulan terakhir memang mendapat serangan terbuka dari Presiden Trump karena enggan menurunkan suku bunga demi memerangi inflasi. Trump bahkan berupaya memecat salah satu gubernur The Fed, Lisa Cook.

Komentar Dalio terkait independensi The Fed selaras dengan peringatan bankir sentral tertinggi Eropa. Presiden Bank Sentral Eropa (ECB) Christine Lagarde menilai, jika Trump berhasil memengaruhi keputusan The Fed soal suku bunga, itu akan menimbulkan “bahaya yang sangat serius” bagi ekonomi Amerika maupun global.

“Jika kebijakan moneter AS tidak lagi independen dan bergantung pada perintah seseorang, maka saya percaya keseimbangan ekonomi Amerika—akan sangat mengkhawatirkan,” kata Lagarde dalam wawancara radio yang disiarkan pada hari Senin.

Ia menekankan, dampaknya juga akan dirasakan secara global mengingat AS adalah ekonomi terbesar di dunia.

Read Entire Article
Kaltim | Portal Aceh| | |