Mencari Akar Masalah Kelangkaan BBM SPBU Swasta 

2 days ago 9

Liputan6.com, Jakarta - Sudah hampir sepekan ini, Bramantyo kesulitan menemukan Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Shell Super di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) Shell dekat rumahnya di Bintaro, Tangerang Selatan. Akhirnya, ia pun mengisi BBM dengan RON yang sama di SPBU Pertamina.

Bram bercerita, ia adalah pelanggan setia Pertamina, tetapi sejak munculnya isu BBM oplosan di awal tahun ini, ia beralih ke SPBU swasta. Kini, karena sulit menemukan BBM di SPBU swasta, kendaraan Bram kembali mengisi BBM dari Pertamina.

Kelangkaan stok BBM di Shell ini diakui oleh President Director & Managing Director Mobility Shell Indonesia, Ingrid Siburian. Ingrid mengonfirmasi adanya kekosongan produk BBM Shell, tetapi tidak dapat memastikan kapan stok akan terisi kembali.

"Shell Indonesia ingin menginformasikan bahwa produk bahan bakar minyak (BBM) Shell Super, Shell V-Power, dan Shell V-Power Nitro+ tidak tersedia di beberapa jaringan SPBU Shell hingga waktu yang belum dapat dipastikan," kata Ingrid dalam keterangan tertulis.

"Kami terus berkoordinasi dengan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Republik Indonesia untuk memastikan ketersediaan produk BBM di jaringan SPBU Shell. Kami mohon maaf atas ketidaknyamanan yang terjadi," tambahnya.

Kelangkaan ini tidak hanya terjadi di SPBU Shell. Sejumlah pengguna kendaraan bermotor juga menyerbu media sosial BP-AKR untuk menanyakan ketersediaan stok BBM mereka.

Kuota Impor Sudah Ditambah 

Wakil Menteri ESDM, Yuliot Tanjung, menyatakan bahwa SPBU swasta di Indonesia telah mendapatkan alokasi tambahan kuota impor sebesar 10 persen. Dengan demikian, ia berasumsi kuota tersebut mencukupi permintaan.

"Berarti ini asumsi kita, penambahan ini kan mencukupi," ujarnya pada 28 Agustus 2025.

"Jadi, kalau ada kelangkaan, ya kita harus petakan dulu, apa yang menyebabkan kelangkaan tadi," lanjutnya.

Sementara itu, Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), Djoko Siswanto, juga menegaskan bahwa kuota impor dari SPBU swasta sudah ditambah 10 persen.

Menurutnya, jika masih terjadi kekurangan, SPBU swasta bisa membeli dari Pertamina terdekat. "Yang non-Pertamina sudah ditambah 10 persen. Apabila masih kekurangan, maka bisa beli ke Pertamina yang terdekat," ucapnya.

Bahlil Usul Shell dan BP-AKR Beli dari Pertamina 

Menteri ESDM, Bahlil Lahadalia, mempersilakan SPBU swasta, seperti Shell dan BP-AKR, untuk membeli BBM dari Pertamina.

"Kalau ada yang masih kurang, (SPBU swasta) silakan beli di Pertamina," ucap Bahlil pada 29 Agustus 2025.

Sama seperti Wamen ESDM dan SKK Migas, Bahlil menyampaikan bahwa Kementerian ESDM telah memberikan kuota impor BBM tambahan untuk SPBU swasta sebesar 10 persen dibandingkan kuota impor BBM tahun 2024.

Misalnya, jika perusahaan A pada tahun 2024 memperoleh kuota impor BBM sebesar 100 juta kiloliter (KL), maka pada tahun 2025 pemerintah telah meningkatkan kuota impor menjadi 110 juta KL.

Jika SPBU swasta masih kekurangan BBM, Bahlil menyarankan agar mereka membelinya dari Pertamina dan tidak hanya mengandalkan impor.

Kualitas BBM Terjaga?

Menanggapi usul Bahlil, Direktur Eksekutif Pusat Studi Hukum Energi dan Pertambangan (Pushep), Bisman Bhaktiar, menilai opsi itu sangat mungkin terjadi.

"Sangat bisa dilakukan, tergantung kesepakatan jual beli antara pihak SPBU swasta dengan pihak Pertamina," ungkap Bisman saat dihubungi Liputan6.com, Rabu (3/9/2025).

Ia menambahkan, Pertamina harus kembali mengolah strategi bisnis jika terjadi transaksi jual-beli tersebut. Pasalnya, sebagian produksi BBM Pertamina juga berasal dari impor.

"Tetapi jika swasta beli juga bisa, tergantung strategi Pertamina. Sepanjang B to B bagi Pertamina menguntungkan, ya bisa saja," katanya.

Bisman tidak khawatir mengenai isu kualitas jika SPBU swasta membeli BBM dari Pertamina. Menurutnya, hal itu bisa diantisipasi dengan rincian pesanan dari SPBU swasta ke Pertamina.

Read Entire Article
Kaltim | Portal Aceh| | |