Harga Emas Hari Ini Tergelincir, Didukung AS dan Uni Eropa Menuju Kesepakatan Tarif

1 day ago 8

Liputan6.com, Jakarta - Harga emas melanjutkan koreksi pada perdagangan Rabu, 23 Juli 2025. Koreksi harga emas ini terjadi seiring laporan Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa hampir mencapai kesepakatan tarif 15% yang mengurangi permintaan aset safe haven.

Mengutip CNBC, Kamis (24/7/2025), harga emas spot turun 1,3% menjadi USD 3.387,67 per ounce setelah mencapai titik tertinggi sejak 16 Juni 2025. Harga emas berjangka Amerika Serikat (AS) tergelincir 1,4% menjadi USD 3.396,9.

"Jadi kita melihat adanya kesepakatan perdagangan dengan Jepang dan Uni Eropa. Pada akhirnya ini berarti tidak ada tarif pembalasan besar dari Uni Eropa yang mendukung selera risiko. Pasar saham berkinerja cukup baik," ujar Head of Commodity Strategiest TD Securities, Bart Melek.

Uni Eropa dan Amerika Serikat sedang bergerak menuju kesepakatan perdagangan yang akan mengenakan tarif sebesar 15% yang luas atas barang-barang Uni Eropa yang diimpor ke Amerika Serikat, demikian disampaikan dua diplomat.

Hal ini terjadi ketika Presiden AS Donald Trump juga mencapai kesepakatan perdagangan dengan Jepang pada hari yang sama untuk menurunkan tarif impor otomotif yang menawarkan tanda kemajuan yang menggembirakan dalam negosiasi tarif lebih luas di berbagai bidang.

Emas batangan cenderung menguat di masa ketidakpastian dan juga di lingkungan suku bunga rendah karena biaya peluang untuk memegang aset yang tidak memberikan imbal hasil berkurang.

Harga Perak

Pasar tidak memperkirakan penurunan suku bunga dari Federal Reserve (the Fed) AS pada Juli, tetapi independensi The Fed tampaknya terancam oleh meningkatnya campur tangan politik, menurut mayoritas ekonom yang disurvei oleh Reuters.

Di sisi lain, harga perak sebelumnya mencapai level tertinggi sejak September 2011. Harga perak turun 0,3% menjadi USD 39,16 per ounce setelah mencapai level tertinggi hampir 14 tahun, pada awal sesi perdagangan.

“Reli perak baru-baru ini didorong oleh kombinasi permintaan industri yang kuat, defisit pasokan yang terus menerus dan meningkatnya minat investor,” ujar Metals Trader, Heraeus Metals Company, Alexaner Zumpfe.

Ia menuturkan, dorongan signifikan melewati USD 40 dapat berasal dari kenaikan harga emas lebih lanjut, dan koreksi dolar Amerika Serikat (AS) yang kembali terjadi atau tanda-tanda ketatnya pasokan yang lebih dalam, terutama jika premi fisik mulai naik lagi di pasar utama Asia.

Harga platinum susut 2,2% menjadi USD 1.410,56 dan paladiun  melemah 0,9% menjadi USD 1.263,57.

Harga Emas Menguat 2 Hari Beruntun

Sebelumnya, harga emas dunia kembali mencatat kenaikan pada perdagangan Selasa (22/7/2025), memperpanjang penguatan selama dua hari berturut-turut. Momentum positif ini terjadi di tengah pelemahan Dolar Amerika Serikat (AS) serta turunnya imbal hasil obligasi pemerintah AS.

Analis Dupoin Futures Indonesia Andy Nugraha menjelaskan, tren ini sejalan dengan meningkatnya minat investor terhadap aset safe haven. Ketidakpastian global, baik dari sisi geopolitik maupun arah kebijakan moneter AS, membuat emas kembali menjadi primadona di pasar.

Saat berita ini ditulis pada Rabu (23/7/2025), harga emas diperdagangkan di kisaran USD 3.427, setelah sempat menyentuh level terendah harian di USD 3.383.

Sinyal Teknikal Masih Menyokong Tren Bullish

Secara teknikal, pergerakan harga emas menunjukkan pola bullish yang solid. Andy menjelaskan bahwa formasi candlestick dan indikator Moving Average mengindikasikan kecenderungan harga untuk terus membentuk higher high dan higher low.

"Jika tekanan beli tetap kuat, harga berpotensi menembus resistance kunci di level USD 3.436," ujarnya dalam keterangan tertulis, Rabu (23/7/2025).

Namun bila terjadi koreksi, support terdekat berada di USD 3.406, sebelum kemungkinan konsolidasi jangka pendek.

Faktor Fundamental: Emas Jadi Pelindung di Tengah Ketidakpastian

Di balik penguatan ini, berbagai faktor fundamental turut berperan. Ketidakpastian menjelang tenggat negosiasi dagang antara Uni Eropa dan Amerika Serikat memicu kekhawatiran pasar global, mendorong investor mencari perlindungan pada emas.

Selain itu, dinamika dalam negeri AS juga turut memengaruhi sentimen pasar. Komentar Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, yang mengusulkan evaluasi menyeluruh terhadap peran non-moneter The Fed, termasuk pembengkakan anggaran dan potensi penyimpangan misi, menciptakan kekhawatiran akan intervensi politik.

Situasi makin panas usai Presiden Donald Trump kembali melontarkan kritik terhadap Ketua The Fed Jerome Powell. Ia bahkan menyiratkan kemungkinan mengganti posisi Powell, memperkuat ketidakpastian arah kebijakan moneter ke depan.

Imbal Hasil Turun, Dolar AS Melemah

Pasar obligasi turut mencerminkan tekanan. Imbal hasil obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun turun lebih dari lima basis poin ke 4,332%, sementara imbal hasil riil berada di 1,932%. Penurunan ini mendorong pelemahan Dolar AS, yang tercermin dari turunnya Indeks Dolar (DXY) sebesar 0,44% ke posisi 97,43. Kondisi ini memperkuat daya tarik emas, khususnya bagi investor global non-AS.

Meski didukung oleh berbagai sentimen positif, Andy Nugraha tetap mengingatkan pentingnya kewaspadaan.

"Meskipun tren jangka pendek XAU/USD masih bullish, volatilitas tetap tinggi. Sentimen pasar bisa berubah sewaktu-waktu, terutama jika ada perkembangan positif dari sektor perdagangan global," ujarnya.

Ia menegaskan bahwa level USD 3.436 menjadi titik krusial untuk mengukur kekuatan lanjutan tren naik emas dalam waktu dekat.

Read Entire Article
Kaltim | Portal Aceh| | |