Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah resmi meluncurkan uji coba sistem All Indonesia, sebuah inovasi digital yang mengintegrasikan seluruh layanan kedatangan internasional ke dalam satu aplikasi terpadu. Melalui aplikasi ini, penumpang hanya perlu mengisi data sekali untuk keperluan imigrasi, bea cukai, karantina, dan kesehatan.
Langkah ini menjadi bagian dari transformasi layanan publik di sektor transportasi udara, dengan tujuan meningkatkan efisiensi dan kenyamanan pengalaman bandara.
Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), meninjau langsung pelaksanaan kick-off uji coba sistem ini di Bandara Internasional Soekarno–Hatta, Tangerang, pada Kamis (24/7/2025).
Uji coba serentak juga digelar di Bandara Juanda, Surabaya, dan Bandara I Gusti Ngurah Rai, Denpasar.
“Inovasi ini adalah hasil kerja bersama lintas kementerian/lembaga. Kita ingin mengintegrasikan sejumlah aplikasi yang selama ini terpisah, dan harus diisi oleh para wisatawan maupun penumpang—baik WNI maupun WNA—khususnya penumpang internasional yang masuk ke Indonesia,” ujar Menko AHY dalam keterangan tertulis, Jumat (25/7/2025).
Aplikasi All Indonesia menyatukan empat sistem layanan utama: aplikasi imigrasi (All Indonesia), sistem bea cukai dari Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, aplikasi karantina dari Badan Karantina Indonesia, serta Satu Sehat dari Kementerian Kesehatan.
Selama masa uji coba, seluruh sistem ini masih berjalan terpisah, namun ke depannya akan diintegrasikan penuh jika hasil uji coba dinilai sukses.
osialisasi dan Edukasi
Uji coba tahap awal difokuskan pada penerbangan internasional maskapai Garuda Indonesia. Penumpang dapat mulai mengisi data secara daring sejak tiga hari sebelum keberangkatan, dengan waktu pengisian hanya sekitar 2,5 menit untuk 33 kolom isian, mulai dari informasi pribadi, rincian perjalanan, moda transportasi, hingga pernyataan barang bawaan dan kondisi kesehatan.
“Secara bertahap akan dilakukan sosialisasi, edukasi, uji coba lanjutan, dan penyempurnaan sistem. Sehingga pada waktunya, sistem ini dapat diterapkan secara resmi dan menyeluruh. Tujuannya adalah menghadirkan efisiensi. Waktu yang dibutuhkan untuk mengisi aplikasi ini jauh lebih cepat dibandingkan sistem yang berlaku saat ini,” jelas AHY.
Ia menegaskan, kemudahan ini tidak serta-merta mengurangi aspek keamanan. Justru, pengawasan dan perlindungan data pribadi menjadi perhatian utama pemerintah.
“Namun ini bukan berarti proses masuk menjadi longgar. Tetap harus ada pemeriksaan yang ketat, karena menyangkut security dan national security. Tadi juga sudah kami bahas, bahwa security dan privacy data adalah hal yang mutlak dijaga. Data tidak boleh disalahgunakan,” tegasnya.
Destinasi Wisata Unggulan Dunia
Menurut Menko AHY, sistem All Indonesia merupakan bagian dari upaya menjadikan Indonesia sebagai destinasi wisata unggulan dunia. Ia menyebut bahwa peningkatan layanan bandara harus dilakukan agar wisatawan merasa nyaman dan terlayani dengan baik.
“Ini sejalan dengan arahan Bapak Presiden Prabowo Subianto: Indonesia adalah negara besar dan sangat potensial menjadi destinasi wisata dunia—bukan hanya Bali dan Jakarta, tapi juga daerah-daerah lainnya,” lanjutnya.
Berdasarkan data tahun 2024, jumlah penumpang internasional yang masuk melalui tiga bandara utama sangat signifikan: 14 juta orang di Bandara Ngurah Rai, 2,7 juta di Soekarno–Hatta, dan 1,5 juta di Bandara Juanda. Melihat potensi tersebut, pemerintah menilai pentingnya penguatan layanan kedatangan untuk mendukung pariwisata dan pertumbuhan ekonomi nasional.
Siap Mendapat Masukan
“Uji coba hari ini adalah salah satu upaya untuk memastikan semuanya berjalan baik. Jika masih ada kekurangan, tentu akan terus kami perbaiki. Kami juga terbuka terhadap masukan dari masyarakat,” tutup AHY.
Turut hadir dalam peninjauan ini antara lain Menteri Imigrasi dan Pemasyarakatan Agus Andrianto, Deputi Kemenko Infrastruktur Odo R. M. Manuhutu, Deputi Infrastruktur Dasar Muhammad Rachmat Kaimuddin, serta staf khusus Agust Jovan Latuconsina dan Sigit Raditya.