AS Pangkas 10% Penerbangan Imbas Shutdown Pemerintah

2 hours ago 4

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah Amerika Serikat (AS) akan mengurangi kapasitas penerbangan sebesar 10% di 40 bandara utama mulai Jumat pagi, 7 November 2025. Hal itu akan berdampak sekitar 3.500-4.000 penerbangan per hari.

Namun, belum jelas bandara mana yang akan terdampak. Hal itu disampaikan Menteri Perhubungan Sean Duffy saat konferensi pers, demikian mengutip CNBC, Kamis (6/11/2025). "Ini proaktif,” ujar Duffy.

Sementara itu, Federal Aviation Administration Administrator (FAA) atau Badan Penerbangan Federal Byran Bedford menuturkan, langkah-langkah tambahan dapat diambil setelah pengurangan awal.

"Seiring kami mengurai data secara lebih terperinci, kami melihat tekanan meningkat sedemikian rupa sehingga kami rasa, jika dibiarkan begitu saja, tidak akan memungkinkan kami untuk terus memberi tahu publik kalau kami mengoperasikan sistem penerbangan teraman di dunia,” ujar Bedford.

Bedford menambahkan, pihak FAA akan bertemu dengan komunitas maskapai untuk memutuskan bagaimana melanjutkan penerapan pengurangan itu. Hal ini seiring belum pernah terjadi sebelumnya selama ia berkecimpung di industri penerbangan.

Duffy memperkirakan ada lebih banyak lagi pembatalan akibat pengurangan itu yang tidak memiliki batas waktu yang pasti.

"Kami pikir 10% adalah angka yang tepat berdasarkan tekanan yang kami alami,” ia menambahkan.

Langkah ini diambil karena pengendali lalu lintas udara kehilangan gaji mereka akibat penutupan pemerintah atau shutdown. Penutupan pemerintah yang memasuki hari ke-36 pada Rabu, 5 November 2025 menjadi yang terpanjang dalam sejarah Amerika Serikat (AS).

Pengendali lalu lintas udara dan petugas pemeriksa Administrasi Keamanan Transportasi (TSA) termasuk di antara pegawai pemerintah penting yang diwajibkan bekerja selama penutupan.

Dampak Shutdown ke Sektor Penerbangan

FAA menyatakan, penutupan ini juga menimbulkan kekhawatiran tentang kekurangan staf di antara pengendali lalu lintas udara. Kekurangan staf di beberapa fasilitas FAA telah mengganggu beberapa penerbangan sejak 1 Oktober.

Awal pekan ini, Duffy mengatakan kepada acara "Squawk Box" di CNBC, ia dapat "menutup seluruh wilayah udara" jika penutupan berlarut-larut.

Pada Rabu pagi, Presiden Asosiasi Pengendali Lalu Lintas Udara Nasional, Nick Daniels menuuturkan, pemulihan dari dampak penutupan pemerintah terhadap para pengendali lalu lintas udara bisa memakan waktu "berminggu-minggu".

Shutdown Pemerintahan AS Ancam Industri Penerbangan, CEO United Airlines Peringatkan Bahayanya

Sebelumnya, CEO United Airlines, Scott Kirby, mengingatkan potensi dampak serius dari berlarutnya shutdown pemerintahan Amerika Serikat (AS) terhadap industri penerbangan. Ia menilai, kebuntuan politik di Kongres dapat menekan permintaan tiket pesawat jika tidak segera diselesaikan.

Shutdown pemerintahan AS dimulai pada 1 Oktober setelah parlemen gagal menyetujui rancangan undang-undang pendanaan. Walau belum berdampak langsung terhadap bisnis United Airlines, Kirby menilai risiko kerugian bisa meningkat seiring bertambahnya waktu.

“Pada dua minggu pertama, banyak orang mengira kondisi ini akan cepat teratasi, jadi aktivitas masih normal,” ujarnya dikutip CNBC, Jumat (17/10/2025).

“Namun semakin lama masyarakat membaca berita bahwa situasi ini belum juga berakhir, kepercayaan terhadap pemerintah mulai turun. Itu bisa memengaruhi keputusan mereka untuk memesan penerbangan," tambah dia. 

Kirby juga menambahkan, belum ada kepastian kapan dampaknya terasa. Namun, jika situasi berlarut-larut, tekanan terhadap ekonomi AS dapat semakin besar.

Kekhawatiran Baru

Peringatan Kirby sejalan dengan pandangan CEO Delta Air Lines, Ed Bastian, yang sebelumnya juga menyuarakan kekhawatiran serupa. Ia menilai, shutdown berkepanjangan bisa mengganggu stabilitas sektor penerbangan secara keseluruhan, meskipun operasional Delta masih berjalan normal sejauh ini.

Penutupan sebagian layanan pemerintahan membuat sejumlah pegawai federal vital seperti petugas Administrasi Keamanan Transportasi (TSA) dan pengatur lalu lintas udara (air traffic controller) harus tetap bekerja tanpa gaji. Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran baru di tengah keterbatasan jumlah tenaga penerbangan.

Badan Penerbangan Federal (FAA) juga melaporkan adanya kekurangan staf di beberapa fasilitas penting, yang sempat menyebabkan gangguan jadwal di bandara Nashville, Tennessee, serta Burbank, California.

Read Entire Article
Kaltim | Portal Aceh| | |