Dari Dapur hingga Pasar Global, Intip Kisah Pelita Lumpang Mas yang Semakin Bertumbuh Berkat Pemberdayaan BRI

11 hours ago 5

Liputan6.com, Jakarta Perjalanan Pelita Lumpang Mas dari bisnis rumahan menjadi merek lokal yang diperhitungkan secara nasional adalah bukti nyata bahwa inovasi, konsistensi, dan dukungan yang tepat bisa membawa produk tradisional ke level yang lebih tinggi.

Usaha sambal pecel khas Pacitan ini dirintis oleh Sri Suharto pada awal 1990-an. Saat itu, semuanya dikerjakan secara manual: dari produksi hingga pengemasan sederhana dengan plastik dan label fotokopi. Namun, pada awal 2000-an, putrinya, Sri Kustamaji, mengambil alih kendali dan melakukan transformasi besar-besaran. Ia memperbarui desain kemasan, menciptakan logo baru, dan mengembangkan variasi produk agar lebih relevan dengan selera pasar masa kini.

Perubahan tersebut membawa hasil signifikan. Pelita Lumpang Mas kini dikenal sebagai salah satu produk sambal unggulan dari Pacitan dengan daya saing tinggi. Bahkan, omzet bulanannya sudah menyentuh angka ratusan juta rupiah.

“Kami ingin membawa kekhasan sambal pecel Pacitan ke seluruh Indonesia,” ujar Sri Kustamaji.

Ciri khas utama sambal ini terletak pada penggunaan jeruk purut sebagai bahan utama, menggantikan kencur yang biasa digunakan di daerah lain. Jeruk purut tidak hanya memberikan aroma yang lebih segar, tapi juga menghasilkan warna yang cerah dan menarik.

Tak hanya dari sisi bahan, proses produksi pun menjadi perhatian utama. Pelita Lumpang Mas memang memadukan teknologi dan sentuhan tradisional. Salah satu contohnya adalah proses pengolahan kacang tanah yang tidak digoreng, melainkan dioven. Hasilnya, sambal pecel menjadi lebih sehat, rendah minyak, dan dapat bertahan hingga satu tahun tanpa bahan pengawet.

"Beberapa proses tetap kami lakukan secara manual untuk menjaga kualitas rasa. Misalnya, proses pencampuran bumbu yang masih menggunakan lumpang, sesuai dengan filosofi nama merek kami," jelas Sri.

Pemberdayaan BRI Dukung Usahanya Bertumbuh

Perjalanan usaha ini juga tak lepas dari peran penting BRI. Sejak tahun 2020, Sri aktif mengikuti program pemberdayaan UMKM yang diinisiasi BRI. Ia terlibat dalam berbagai pelatihan, termasuk expo yang mempertemukan pelaku usaha lokal dengan buyer internasional. Puncaknya adalah saat Pelita Lumpang Mas meraih juara dua di ajang BRI UMKM EXPO(RT) 2025, yang berdampak pada peningkatan permintaan secara signifikan.

“Program pemberdayaan BRI benar-benar membuka banyak peluang bagi pelaku UMKM seperti kami. Harapan saya, program ini terus diperkuat dan menjangkau lebih banyak pelaku usaha di seluruh Indonesia,” tutup Sri Kustamaji penuh semangat.

Kini, setiap bulan, Pelita Lumpang Mas memproduksi hingga 20.000 kemasan sambal pecel dengan harga rata-rata Rp45.000.- per unit. Selain di Pacitan, Sri juga telah membuka kantor di Jakarta dan sedang menjajaki ekspansi produksi ke wilayah lain di Indonesia.

“Langkah ini tak hanya efisien dari sisi logistik, tapi juga berdampak positif terhadap perekonomian lokal, terutama dalam penyerapan tenaga kerja dan pemberdayaan petani bahan baku,” tambah Sri.

Pada kesempatan berbeda, Corporate Secretary BRI Agustya Hendy Bernadi menyampaikan bahwa pencapaian Pelita Lumpang Mas merupakan bukti nyata dari kontribusi program pemberdayaan yang dijalankan BRI untuk mendorong UMKM naik kelas.

“BRI terus berkomitmen menjadi mitra pertumbuhan bagi pelaku UMKM di seluruh Indonesia. Melalui pembiayaan serta berbagai program pelatihan, pendampingan, hingga akses pasar melalui expo dan pameran, kami ingin memastikan UMKM seperti Pelita Lumpang Mas tidak hanya bertahan, tapi juga berkembang dan bersaing di pasar nasional bahkan global,” ujar Agustya.

Melalui berbagai inisiatif pemberdayaan, BRI membuktikan komitmennya dalam menciptakan dampak nyata dan berkelanjutan bagi UMKM, yang selama ini menjadi tulang punggung perekonomian nasional.

Read Entire Article
Kaltim | Portal Aceh| | |