Rupiah Makin Perkasa Seiring Pernyataan Dovish Pejabat Fed

5 hours ago 4

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat pada pembukaan perdagangan di awal pekan ini. Penguatan rupiah ini dipengaruhi sentimen eksternal yaitu potensi pemangkasan suku bunga Bank Sentral AS atau Federal Reserve (Fed).

Pada Senin (11/8/2025), nilai tukar rupiah pada pembukaan perdagangan di Jakarta menguat sebesar 42 poin atau 0,26 persen menjadi Rp 16.251 per dolar AS dari sebelumnya Rp 16.293 per dolar AS.

Analis mata uang Doo Financial Futures Lukman Leong menjelaskan, rupiah berpotensi menguat seiring pernyataan dovish pejabat Fed Michelle Bowman.

“Rupiah berpotensi menguat terhadap dolar AS yang masih dalam tekanan dari prospek pemangkasan suku bunga oleh The Fed menyusul pernyataan dovish The Fed Bowman yang mendukung tiga kali pemangkasan hingga akhir tahun,” katanya dikutip dari Antara. 

Data ketenagakerjaan Nonfarm Payrolls (NFP) Amerika Serikat (AS) yang sangat melemah pada pekan lalu menjadi faktor utama Bowman memberikan dukungan pemotongan suku bunga Fed.

Tercatat, NFP AS mencapai 73 ribu lapangan kerja pada Juli 2025, jauh di bawah ekspektasi pasar yang sebesar 106 ribu. Data pekerjaan dua bulan sebelumnya juga direvisi turun secara total menjadi lebih dari 250 ribu, yakni dari 147 ribu menjadi 14 ribu pada Juni dan 144 ribu menjadi 19 ribu pada Mei.

Menurut Lukman, revisi besar tersebut memicu keraguan atas data-data pekerjaan AS yang selama ini telah dipublikasikan.

Sentimen Dalam Negeri

Di sisi lain, penguatan rupiah turut dipengaruhi prediksi kenaikan data penjualan ritel Indonesia yang akan diumumkan siang nanti.

“Penjualan ritel Indonesia diperkirakan akan meningkat 1,7 persen pada bulan Juli,” kata Lukman.

Pada bulan lalu, Bank Indonesia memaparkan bahwa kinerja penjualan eceran diprakirakan meningkat pada Juni 2025. Indeks Penjualan Riil (IPR) Juni 2025 diprakirakan tumbuh sebesar 2,0% (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada bulan sebelumnya, sehingga mencapai level 233,7.

Peningkatan tersebut terutama bersumber dari Kelompok Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, Suku Cadang dan Aksesori, serta Subkelompok Sandang.

Berdasarkan faktor-faktor tersebut, kurs rupiah diperkirakan berkisar Rp 16.200-Rp 16.300 per dolar AS.

Hilirisasi Serius Dijalankan, Mentan Sebut Rupiah Bisa Sentuh 1.000 per Dolar AS

Sebelumnya, dolar Amerika Serikat (AS) dapat berpeluang ke posisi Rp 1.000 jika hilirisasi komoditas ekspor dapat digarap secara serius sejak kini.

Demikian disampaikan Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman saat berbincang dalam Rapat Koordinasi Pengendalian (Rakordal) Pembangunan Daerah Triwulan II Pemda DIY di Gedhong Pracimasono, Kepatihan, Yogyakarta, Selasa (29/7/2025) seperti dikutip dari Antara.

"Dolar AS bisa Rp 1.000 ke depan. Tapi ini harus dikerjakan dari sekarang," kata Amran.

Amran menuturkan, potensi kelapa bulat yang kini hanya diekspor mentah dengan nilai Rp 20 triliun, jika diolah di dalam negeri. Nilai tambahnya dapat meningkat 100 kali lipat.

"Sekarang ini ekspor kita nilainya Rp 20 triliun untuk kelapa, kali 100, itu Rp 2.000 triliun,” kata dia.

"Kalau seluruh komoditas ekspor kita yang kita kirim ke luar negeri itu kita hilirisasi katakanlah Rp 20.000 sampai Rp 50.000 triliun," Amran menambahkan.

Anggaran Hilirisasi Komoditas

Dia menuturkan, Presiden Prabowo Subianto telah menyetujui anggaran sebesar Rp 371 triliun untuk mendukung hilirisasi komoditas nasional. Dari total itu, Amran  mengatakan sebanyak Rp 40 triliun telah siap dipakai termasuk Rp 8 triliun yang baru ia tandatangani.

"Hari ini saya tanda tangan. Turun (cair) anggarannya Rp 8 triliun, total Rp 40 triliun. Hari ini ada anggaran pertanian Rp 40 triliun," kata Mentan Amran Sulaiman.

Amran menuturkan, komoditas dengan permintaan tinggi antara lain kakao, mete dan kopi akan menjadi prioritas hilirisasi. Kementerian juga telah menyiapkan anggaran tambahan sebesar Rp 4 triliun-Rp 7 triliun untuk membangun fasilitas pengolahan di dalam negeri.

Amran mengatakan, selama ini Indonesia dirugikan karena komoditas seperti kakao diekspor dalam bentuk mentah ke luar negeri, lalu diolah di negara tujuan dan dijual Kembali dengan harga berlipat.

Read Entire Article
Kaltim | Portal Aceh| | |