Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup menguat pada perdagangan Kamis sore ini, mencatat kenaikan sebesar 71 poin ke level Rp 16.327 per dolar AS, setelah sebelumnya sempat menguat hingga 90 poin. Posisi ini menguat dibandingkan penutupan sebelumnya di level Rp 16.396.
Pengamat Mata Uang dan Komoditas Ibrahim Assuaibi memproyeksikan, untuk perdagangan besok, rupiah tetap fluktuatif namun cenderung menguat di rentang Rp 16.240 hingga Rp 16.330.
“Pada perdagangan sore ini, mata uang rupiah ditutup menguat 71 point sebelumnya sempat menguat 90 point dilevel Rp16.327 dari penutupan sebelumnya di level Rp16.396.Sedangkan untuk perdagangan besok, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup menguat direntang Rp16.240 - Rp.16.330,” kata Ibrahim di Jakarta, Kamis (22/5/2025).
Ibrahim menyampaikan bahwa pergerakan rupiah dipengaruhi oleh dua faktor utama, yakni faktor eksternal dan internal.
Untuk faktor ekternalnya, yakni dollar AS mengalami pelemahan di tengah kekhawatiran pasar atas meningkatnya utang pemerintah AS. Investor bersikap hati-hati menjelang pemungutan suara atas RUU pemotongan pajak yang diusulkan oleh Presiden Donald Trump.
“Pasar bersikap hati-hati karena RUU yang diusulkan, jika disahkan, akan semakin meningkatkan pengeluaran pemerintah AS dan memperlebar defisit fiskal,” ujarnya.
Menurutnya, penurunan ini mengikuti penurunan peringkat kredit negara bagian AS dari "Aaa" menjadi "Aa1" oleh Moody's baru-baru ini, dengan alasan meningkatnya tingkat utang. Bersamaan dengan itu, Dewan Perwakilan Rakyat AS bersiap untuk memberikan suara pada RUU pemotongan pajak yang diusulkan Presiden Donald Trump pada hari Kamis.
Adapun Undang-undang tersebut bertujuan untuk memperpanjang pemotongan pajak tahun 2017 dan memperkenalkan keringanan pajak baru. Namun, para kritikus berpendapat bahwa RUU tersebut dapat menambah antara USD3 triliun hingga USD5 triliun pada utang nasional selama dekade berikutnya, yang memperburuk defisit fiskal.
Pertemuan Menteri Keuangan G7 di Kanada
Di sisi lain, investor juga memantau dengan seksama pertemuan menteri keuangan G7 di Kanada, di mana diskusi diharapkan akan membahas stabilitas ekonomi global dan volatilitas pasar mata uang.
“Menteri Keuangan AS Scott Bessent dan Menteri Keuangan Jepang Katsunobu Kato sepakat pada hari Rabu bahwa nilai tukar dolar-yen mencerminkan fundamental saat ini, kata Departemen Keuangan AS pada hari Rabu,” ujarnya.
Selain itu, kegagalan gencatan senjata antara Rusia dan Ukraina, membuat ukraina akan meminta UE minggu depan untuk mempertimbangkan langkah-langkah baru yang besar untuk mengisolasi Moskow, menurut sebuah buku putih, termasuk menyita aset-aset Rusia dan memberikan sanksi bagi beberapa pembeli minyak Rusia.
Faktor Internal yang Mempengaruhi Nilai tukar Rupiah
Dari internal yang mempengaruhi nilai tukar rupiah adalah Bank Indonesia mencatat defisit transaksi berjalan atau current account deficit/CAD melanjutkan tren penyusutan ke angka USD0,2 miliar pada kuartal I/2025. Membandingkan dengan dua kuartal terakhir, pada kuartal IV/2024 CAD tercatat senilai USD1,1 miliar sementara pada kuartal III/2024 di level USD2 miliar.
Posisi defisit yang mencakup 0,1% dari produk domestik bruto (PDB) atau lebih rendah dari kuartal sebelumnya yang sebesar 0,3% dari PDB akibat surplus perdagangan barang yang meningkat. Surplus neraca perdagangan barang meningkat, terutama disumbang oleh kenaikan surplus neraca perdagangan nonmigas.
Pada dasarnya, CAD adalah pengukuran perdagangan suatu negara di mana nilai barang dan jasa yang diimpor melebihi nilai produk yang diekspor.
“Dalam hal ini, terjadi kenaikan surplus neraca perdagangan nonmigas akibat ekspor nonmigas menurun seiring dengan perlambatan ekonomi global dan harga komoditas sementara impor nonmigas turun lebih dalam khususnya pada kelompok bahan baku dan penolong,” ujarnya.
Investasi Langsung Bukukan Surplus
Adapun investasi langsung tetap membukukan surplus sebagai cerminan dari persepsi positif investor terhadap prospek perekonomian dan iklim investasi domestik yang tetap terjaga.
“Investasi portofolio juga meningkat, terutama dipengaruhi aliran masuk modal asing pada surat utang domestik,” ujar Ibrahim.
Lebih lanjut, kinerja Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada kuartal I-2025 mencatat defisit USD0,8 miliar dan posisi cadangan devisa pada akhir Maret 2025 tercatat tetap tinggi sebesar USD157,1 miliar. Setara dengan pembiayaan 6,5 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.