Liputan6.com, Jakarta Harga emas dunia dalam perdagangan Kamis sore (22/5) mengalami koreksi. Saat ini, harga emas dunia berdiri di angka USD 3.298. Pengamat mata uang, Ibrahim Assuaibi memperkirakan bahwa penurunan hanya akan terjadi dalam skala kecil, yaitu di kisaran USD 3.275.
“(Harga emas dunia) Itu adalah level terendah, setelahnya akan terbang kembali ke USD 3.361,” ungkap Ibrahim dalam keterangannya di Jakarta, Kamis (22/5/2025).
“Kalau seandainya (harga emas dunia) tembus di level USD 3.361, ada kemungkinan besar akan kembali ke USD 3.400,” lanjutnya.
Ibrahim melihat, harga emas dunia di level USD 3.400 tengah menjadi penantian investor. Pasalnya, pasar saat ini sedang memantau perkembangan dari hasil pemungutan suara DPR AS untik meloloskan atas atas utang 3-5 triliun.
“Kalau seandainya menerima ini akan membuat harga emas terbang tinggi,” sambung Ibrahim.
Sementara itu, kenaikan harga emas pada Kamis (22/5) terjadi ketika pasar menunggu rilis data ekonomi tentang angka pengangguran, kemudian Manufaktur PMI yang diperkirakan akan terkontraksi.
Di sisi lain pun juga kondisi geopolitik baik di Eropa maupun Timur Tengah yang ikut mewarnai kondisi ekonomi global. Terutama dimana Rusia tidak melanjutkan kembali perjanjian genjatan senjata dengan Ukraina.
Ketagangan di Timur Tengah Berpeluang Kerek Harga Emas Dunia
Adapun ketegangan di Timur Tengah di mana pasukan Israel terus memasuki wilayah Jalur Gaza, yang menuai kecaman dari PBB.
Jadi (ketegangan) di Jalur Gaza ini yang membuat harga emas dunia kedepannya ini masih akan kinclong,” ungkap Ibrahim.
Diwartakan sebelumnya, harga emas spot naik 0,7% menjadi USD 3.312,77 per ons, seperti dikutip dari CNBC.
Sementara kontrak berjangka emas AS ditutup 0,9% lebih tinggi di USD 3.313,50. Dolar AS juga turun 0,6% terhadap sejumlah mata uang utama, membuat emas menjadi lebih murah bagi pemegang mata uang asing.
Ketidakpastian Ekonomi dan Geopolitik Dongkrak Permintaan Emas
Menurut Daniel Pavilonis, ahli strategi pasar senior di RJO Futures, pasar saat ini berada dalam posisi menunggu antara titik tertinggi dan terendah terakhir, menanti sinyal dari kesepakatan dagang dan tarif.
Survei Reuters terhadap ekonom menunjukkan bahwa prospek ekonomi AS tetap lemah meskipun ketegangan perang dagang dengan China sempat mereda.
Sementara itu, CNN melaporkan bahwa intelijen baru menunjukkan Israel tengah bersiap menyerang fasilitas nuklir Iran, meskipun pemerintahan Trump masih dalam pembicaraan dengan Iran mengenai program pengayaan uranium. Ketegangan ini turut meningkatkan daya tarik emas sebagai aset lindung nilai di masa ketidakpastian.