Liputan6.com, Jakarta Rupiah (IDR) melanjutkan penguatannya terhadap Dolar AS (USD) pada Kamis, 22 Mei 2025.Rupiah ditutup menguat 71 point terhadap Dolar AS, setelah sebelumnya sempat menguat 90 point di level Rp16.327 dari penutupan sebelumnya di level Rp16.396.
“Sedangkan untuk perdagangan besok, mata uang Rupiah fluktuatif namun ditutup menguat direntang Rp16.240 - Rp16.330,” ungkap pengamat mata uang, Ibrahim Assuaibi dalam keterangannya di Jakarta, Kamis (22/5/2025).
Ibrahim menjelaskan, Dolar AS tetap lemah di tengah kekhawatiran atas penumpukan utang AS, sementara investor menunggu hasil pemungutan suara penuh atas RUU pemotongan pajak Presiden Donald Trump di hari selanjutnya.
“Pasar bersikap hati-hati karena RUU yang diusulkan, jika disahkan, akan semakin meningkatkan pengeluaran pemerintah AS dan memperlebar defisit fiskal,” bebernya. Pelemahan Dolar AS juga mengikuti penurunan peringkat kredit negara bagian AS dari "Aaa" menjadi "Aa1" oleh lembaga pemeringkat Moody's baru-baru ini, akibat meningkatnya tingkat utang.
Di waktu yang sama, Dewan Perwakilan Rakyat AS bersiap untuk memberikan suara pada RUU pemotongan pajak yang diusulkan Presiden Donald Trump pada hari Kamis. Selain itu, investor juga memantau perkembangan pertemuan menteri keuangan G7 di Kanada, di mana diskusi diharapkan akan membahas stabilitas ekonomi global dan volatilitas pasar mata uang.
Transaksi Berjalan RI Menyusut ke USD 0,2 Miliar pada Kuartal I 2025
Pada hari Rabu (21/5) kemarin, Menteri Keuangan AS Scott Bessent dan Menteri Keuangan Jepang Katsunobu Kato sepakat bahwa nilai tukar dolar-yen mencerminkan fundamental saat ini, menurut keterangan Departemen Keuangan AS.
“Selain itu, kegagalan gencatan senjata antara Rusia dan Ukraina, membuat ukraina akan meminta UE minggu depan untuk mempertimbangkan langkah-langkah baru yang besar untuk mengisolasi Moskow, menurut sebuah buku putih, termasuk menyita aset-aset Rusia dan memberikan sanksi bagi beberapa pembeli minyak Rusia,” Ibrahim menyoroti.
Di dalam negeri, Bank Indonesia mencatat defisit transaksi berjalan atau current account deficit/CAD melanjutkan tren penyusutan ke angka USD 0,2 miliar pada kuartal I/2025
Pada dua kuartal terakhir, pada kuartal IV/2024 CAD tercatat senilai USD 1,1 miliar sementara pada kuartal III/2024 di level USD 2 miliar. Posisi defisit yang mencakup 0,1% dari produk domestik bruto (PDB) atau lebih rendah dari kuartal sebelumnya yang sebesar 0,3% dari PDB akibat surplus perdagangan barang yang meningkat. Surplus neraca perdagangan barang meningkat, terutama disumbang oleh kenaikan surplus neraca perdagangan nonmigas.
CAD Adalah
“Pada dasarnya, CAD adalah pengukuran perdagangan suatu negara di mana nilai barang dan jasa yang diimpor melebihi nilai produk yang diekspor. Dalam hal ini, terjadi kenaikan surplus neraca perdagangan nonmigas akibat ekspor nonmigas menurun seiring dengan perlambatan ekonomi global dan harga komoditas sementara impor nonmigas turun lebih dalam khususnya pada kelompok bahan baku dan penolong,” papar Ibrahim. HALAMAN IIIInvestasi Langsung Tetap Surplus
Sementara itu, investasi langsung tetap membukukan surplus sebagai cerminan dari persepsi positif investor terhadap prospek perekonomian dan iklim investasi domestik yang tetap terjaga.
Investasi portofolio juga meningkat, terutama dipengaruhi aliran masuk modal asing pada surat utang domestik. Adapun minerja Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada kuartal I/2025 yang mencatat defisit senilai USD 0,8 miliar dan posisi cadangan devisa pada akhir Maret 2025 tercatat tetap tinggi sebesar USD 157,1 miliar.
Setara dengan pembiayaan 6,5 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.