The Fed Bakal Pangkas Suku Bunga 25 bps

3 hours ago 3

Liputan6.com, Jakarta - Bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (the Fed) akan memangkas suku bunga 25 basis poin (bps) pada pertemuan dua hari 16-17 September 2025.

Penurunan suku bunga acuan itu akan membawa suku bunga acuan the Fed di kisaran 4%-4,25%, level terendah sejak akhir 2022.

Mengutip laman BBC, Rabu (17/9/2025), langkah pemangkasan suku bunga pertama sejak Desember lalu akan memicu serangkaian pemangkasan tambahan dalam beberapa bulan mendatang. Hal ini akan membantu menurunkan biaya pinjaman di seluruh Amerika Serikat (AS).

Namun, the Fed membawa peringatan tentang ekonomi yang mencerminkan meningkatnya konsensus di the Fed kalau pasar tenaga kerja yang stagnan membutuhkan dorongan dalam bentuk suku bunga lebih rendah.

The Fed juga kemungkinan besar tidak akan memuaskan presiden yang telah menyerukan pemotongan suku bunga lebih besar.

Dalam banyak hal, tidak mengherankan the Fed yang menetapkan kebijakan suku bunga secara independen dari Gedung Putih, akan memangkas suku bunga.

Inflasi yang terjadi setelah pandemi COVID-19 dan mendorong bank untuk menaikkan suku bunga pada 2022 telah turun signifikan.

Negara Lain Telah Pangkas Suku Bunga

Di Inggris, Eropa, Kanada dan negara-negara lain, bank sentral telah merespons dengan suku bunga lebih rendah. Sementara itu, pembuat kebijakan the Fed telah mengatakan selama berbulan-bulan memperkirakan menurunkan biaya pinjaman 50 basis poin pada 2025.

Pada rapat terakhir The Fed, dua anggota dewan bahkan mendukung pemotongan.

Mereka kalah suara, karena anggota lain tetap khawatir bahwa kebijakan ekonomi Trump, termasuk pemotongan pajak, tarif, dan penahanan massal pekerja migran, dapat menyebabkan inflasi kembali melonjak.

Memang benar inflasi di AS dalam beberapa bulan terakhir sedikit meningkat. Harga naik 2,9% selama 12 bulan hingga Agustus, laju tercepat sejak Januari, dan masih di atas target The Fed sebesar 2%.

Data Ekonomi AS Melemah

Namun, dalam beberapa minggu terakhir, kekhawatiran tersebut telah dikalahkan oleh melemahnya pasar tenaga kerja. AS melaporkan sedikit penambahan lapangan kerja pada Agustus dan Juli, dan penurunan tajam pada Juni, penurunan pertama sejak 2020.

"Ini benar-benar bergantung pada apa yang telah kita lihat di pasar tenaga kerja - kemerosotan yang telah kita lihat selama beberapa bulan terakhir," kata Ekonom senior di Wells Fargo Sarah House.

Ia memperkirakan suku bunga turun sebesar 0,75 poin persentase pada akhir tahun.

"The Fed tahu bahwa ketika pasar tenaga kerja berbalik, ia berbalik dengan sangat cepat, jadi mereka ingin memastikan bahwa mereka tidak menginjak rem ekonomi di saat yang sama ketika pasar tenaga kerja telah melambat."

Tekanan Trump

Trump meski telah menepis kekhawatiran tentang pelemahan ekonomi, penurunan suku bunga seharusnya tidak disambut buruk olehnya. Ia telah menghabiskan waktu berbulan-bulan mengecam keraguan The Fed untuk menurunkan suku bunga, yang menurut dia seharusnya 1%.

Di media sosial, ia menyebut Ketua Federal Reserve Jerome Powell sebagai "orang bodoh", menuduhnya menahan ekonomi dengan membiarkan suku bunga terlalu tinggi terlalu lama.

"Terlambat" HARUS MEMOTONG SUKU BUNGA, SEKARANG, DAN LEBIH BESAR DARI YANG DIINGINKANNYA. PERUMAHAN AKAN MELONJAK!!!" tulis Trump dalam unggahan media sosial minggu ini, merujuk pada Powell.

Tekanan Trump bukan sekadar retorika. Ia bergerak cepat untuk mengangkat ketua Dewan Penasihat Ekonominya, Stephen Miran, di The Fed tepat waktu untuk pertemuan minggu ini setelah lowongan jangka pendek dibuka bulan lalu.

Langkah Trump Dikritik

Pemerintahannya juga telah mengancam Powell dengan pemecatan dan penyelidikan, dan terkunci dalam pertempuran hukum atas upayanya untuk memecat ekonom Lisa Cook, anggota dewan lainnya.

Bagi para kritikus, langkah Trump merupakan serangan terhadap independensi The Fed yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah baru-baru ini.

Namun, terlepas dari kecanggungan yang terjadi pada pertemuan The Fed minggu ini, para analis mengatakan mereka yakin keputusan The Fed untuk memangkas suku bunga akan tetap diambil terlepas dari kampanyenya.

"Kebijakan presiden tentu saja menyebabkan aktivitas ekonomi yang memaksa The Fed untuk bertindak," kata Kepala Strategi pasar di B. Riley Wealth, Art Hogan.

"Saya pikir desakan presiden kepada The Fed untuk menurunkan suku bunga tidak ada dampak apa pun," ia menambahkan.

Read Entire Article
Kaltim | Portal Aceh| | |