Liputan6.com, Jakarta Sejak berdiri pada tahun 2018, FUNDtastic, platform menabung online, telah menjalin kemitraan strategis dengan lebih dari 10 Manajer Investasi dan lebih dari 5 institusi perbankan besar di Indonesia.
Di antara mitra yang telah bergabung dalam ekosistem FUNDtastic Group adalah Bank Muamalat, blu by BCA Digital, MNC Bank, Manajer Investasi KB Valbury, hingga Maucash by AstraFinancial.
Langkah kerja sama ini bukan hanya bagian dari strategi pertumbuhan, tetapi juga cerminan dari misi FUNDtastic sebagai wealth platform, yang di dalamnya termasuk FUNDtastic+ sebagai Agen Penjual Efek Reksa Dana (APERD) yang ingin memperluas akses masyarakat terhadap produk finansial yang terpercaya dan mudah dijangkau secara digital.
Memasuki tahun 2025, FUNDtastic mengambil langkah baru dengan menggandeng BPR Indomitra Pertiwi sebagai mitra terbaru. Kemitraan ini ditegaskan langsung ole hdua pendiri FUNDtastic, Harry Hartono dan Franky Chandra, yang menyebutkan bahwa kolaborasi ini merupakan bagian dari strategi ekspansi kesegmen perbankan mikro dan regional.
“Kerja sama dengan BPR Indomitra Pertiwi menjadi titik awal dari langkah kami di tahun ini untuk menghadirkan wajah baru FUNDtastic di industri financial technology. Kami ingin menjangkau lebih banyak lapisan masyarakat dengan produk yang tepat dan relevan,” ujar Chief Investment Officer FUNDtastic Franky Chandra dikutip Kamis (22/5/2025).
Deposito
Selain penguatan kemitraan, FUNDtastic juga tengah mempersiapkan peluncuran produk finansial terbaru berupa Deposito, yang ditujukan untuk mendukung pertumbuhan tabungan dan portofolio nasabah secara berkelanjutan.
Produk inidirancang agar tetap selaras dengan visi FUNDtastic yaitu memberikan akses pada produkkeuangan yang stabil, aman, dan tumbuh.
Di tengah tantangan ekonomi global, FUNDtastic menegaskan pentingnya pemilihan produk keuangan yang sesuai dengan tujuan masing-masing individu.
“Kami mendorong masyarakat untuk semakin bijak dalam memilih produk tabungan dan investasi. Stabilitas, transparansi, dan pertumbuhan jangka panjang adalah fokus utama kami,” kata Harry Hartono selaku CEO FUNDtastic.
Dengan komitmen untuk terus tumbuh bersama nasabah, FUNDtastic siap melangkahlebih jauh sebagai salah satu pelopor platform keuangan digital terpercaya di Indonesia.
Pemulihan Ekonomi Asia Pasifik, Apakah Reksa Dana Saham Jadi Pilihan Menarik?
PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) menilai pasar saham di kawasan Asia Pasifik ex Jepang (Asia Pasifik tidak termasuk Jepang) memiliki potensi pertumbuhan yang menarik seiring berlangsungnya pemulihan ekonomi di kawasan ini.
Inflasi yang terkendali, terbukanya peluang pemangkasan suku bunga oleh bank sentral di negara-negara Asia, serta berbagai kebijakan pemerintah yang tepat sasaran mampu mendorong pertumbuhan ekonomi di kawasan ini.
Chief Economist & Investment Strategist Manulife Aset Manajemen Indonesia Katarina Setiawan mengatakan, dibandingkan Amerika Serikat (AS) dan Eropa, inflasi di Asia tidak terlalu intens. Dalam empat tahun terakhir, sejak akhir Juni 2019 hingga akhir Juni 2023, inflasi di AS dan Eropa meningkat jauh di atas tren sebelum pandemi, yaitu dari 2,1 persen ke 5,3 persen dan dari 1,3 persen ke 5,4 persen secara berurutan.
"Sedangkan inflasi di Asia masih dalam tren yang sama dengan masa sebelum pandemi, terkini angkanya sedikit di atas 2 persen. Inflasi inti di semua negara kawasan Asia juga terlihat menurun, kecuali Jepang,” ujar dia.
Inflasi
Ia mengatakan, walaupun inflasi global telah mencapai puncaknya, tetapi terlalu prematur untuk mengharapkan penurunan suku bunga global pada 2023, karena inflasi inti masih tetap tinggi.
Senior Portfolio Manager, Equity MAMI Samuel Kesuma mengatakan, reksa dana saham offshore dengan exposure di kawasan Asia Pasifik memiliki potensi pertumbuhan yang menarik. Saat ini, saham-saham di Asia Pasifik ex Jepang diperdagangkan dengan valuasi yang lebih menarik dibandingkan saham-saham di negara maju.
"Sebagai gambaran, rasio PE (Price Earning) indeks MSCI Asia Pasifik ex Jepang lebih murah 20 persen dibandingkan kawasan negara maju,” kata dia.
Baru-baru ini Morgan Stanley menurunkan peringkat saham-saham Cina karena masalah perlambatan ekonomi dan kegagalan sektoral, sehingga saat ini indeks MSCI Cina diperdagangkan di bawah rata-rata perkiraan PE 10 tahun. Merespons masalah di atas, pemerintah China mengeluarkan enam kebijakan yang spesifik dan ditargetkan untuk tepat sasaran untuk mendorong pertumbuhan ekonominya.