Mengurai Kemacetan di Tanjung Priok, Ini Solusi Jitunya

3 hours ago 3

Liputan6.com, Jakarta Pelabuhan Tanjung Priok memegang peran vital sebagai pintu gerbang utama arus barang ekspor-impor Indonesia serta pusat distribusi logistik nasional. Kelancaran akses menuju dan dari pelabuhan menjadi kunci untuk menjaga efisiensi rantai pasok dan mendukung pertumbuhan ekonomi. Namun, ketika akses terganggu, dampaknya bisa meluas.

Salah satunya terlihat pada April 2025, ketika kemacetan parah terjadi di pintu masuk New Priok Container Terminal One (NPCT1). Lonjakan volume truk kontainer pasca arus balik Lebaran diperparah oleh mahalnya tarif Jalan Tol Cibitung-Cilincing, yang membuat armada logistik memilih jalur alternatif seperti JORR-1 dan tol pelabuhan. Konsentrasi lalu lintas di jalur-jalur tersebut pun tak terhindarkan, memicu penumpukan kendaraan dan kemacetan berkepanjangan.

Menurut Senior Consultant Supply Chain Indonesia (SCI) Sugi Purnoto kemacetan di Pelabuhan Tanjung Priok tidak hanya menghambat lalu lintas. Tetapi juga menimbulkan kerugian signifikan mulai dari hilangnya waktu produktif, lonjakan biaya operasional, hingga gangguan rantai pasok dan percepatan kerusakan armada logistik.

“Terlepas dari kapasitas volume dan lonjakan jumlah truk yang masuk ke terminal pelabuhan, kemacetan tersebut bisa diminimalisir. Salah satunya, dengan membuka akses jalur alternatif dan mengintegrasikan jalan tol eksisting menuju ke Pelabuhan Tanjung Priok sebagai solusi strategis untuk mengurai kemacetan dan meningkatkan efisiensi distribusi logistik,” jelas Sugi dalam keterangan tertulis di Jakarta, Kamis (22/5/2025).

Lebih lanjut, Sugi menyebutkan bahwa integrasi jalur akses menuju Pelabuhan dengan Jalan Tol Cibitung-Cilincing dapat menjadi solusi ideal.

“Integrasi tarif Jalan Tol Cibitung-Cilincing sebagai salah satu akses dari dan menuju Pelabuhan Tanjung Priok, dengan sistem jaringan jalan tol lain di Jabodetabek akan menekan perbedaan tarif yang selama ini terjadi. Konektivitas dan tarif jalan tol yang lebih ekonomis, selalu menjadi pertimbangan pelaku usaha dalam pemilihan jalur logistik mereka. Karenanya, integrasi Jalan Tol Cibitung-Cilincing dengan sistem jaringan jalan tol lainnya akan mendorong distribusi lalu lintas yang lebih merata. Serta, membantu mengurangi kemacetan di ruas-ruas tol lainnya, terutama yang menuju pelabuhan,” jelas Sugi 

Integrasi Tarif Jalan Tol Cibitung-Cilincing

Di tingkat makro, integrasi tarif Jalan Tol Cibitung-Cilincing tak hanya menjadi solusi untuk mengurai kemacetan, tetapi juga membuka peluang pengembangan wilayah yang lebih luas. Penyesuaian tarif ini berpotensi mendorong pemanfaatan penuh infrastruktur jalan tol, sekaligus mempercepat pembangunan fasilitas pendukung di sepanjang koridor Jalan Tol Cibitung-Cilincing, seperti rest area yang berfungsi sebagai titik transit antar moda, depo kontainer, hingga hub logistik. Akses logistik yang lancar juga berpotensi menarik investasi dan menciptakan efek berganda terhadap pertumbuhan ekonomi di wilayah timur Jakarta dan sekitarnya.

“Integrasi sistem jalan tol dapat mendorong pengembangan, misalnya melalui pembangunan hub logistik di ruas Jalan Tol Cibitung–Cilincing. Kehadiran hub logistik ini dapat menjadi solusi integrasi konektivitas antara kawasan industri dan pelabuhan. Keberadaan hub logistik ini juga akan membantu memecah arus kendaraan logistik yang selama ini terpusat ke pelabuhan utama, serta memaksimalkan proses bongkar muat dari arah timur Jakarta. Keberadaan hub logistik ini dapat mengurangi waktu tunggu barang, sehingga arus lalu lintas menjadi lebih efisien dan mengurai kemacetan di area pelabuhan,” jelas Sugi.

Terminal NPCT1 di Tanjung Priok

Pada kesempatan yang berbeda, Arif Suhartono, Direktur Utama Pelindo, menjelaskan hasil evaluasi internal menunjukkan Terminal NPCT1 di Tanjung Priok melayani pelanggan melebihi kapasitas ideal operasional sehingga menyebabkan kemacetan.

"Berdasarkan hasil investigasi yang cukup detail, disimpulkan bahwa permasalahan kemacetan di Pelabuhan Tanjung Priok adalah akibat kecerobohan dan ketidakcermatan NPCT1 dalam melakukan perencanaan operasi," kata Arif. 

Ia menambahkan bahwa lonjakan aktivitas tersebut sebagai kombinasi dari adanya tiga kapal yang sandar bersamaan di NPCT1, peningkatan kepadatan lapangan (Yard Occupancy Ratio/YOR) melebihi ambang normal. Pada saat yang sama, alat bongkar muat di lapangan juga harus melayani receiving dan delivery truk peti kemas melebihi kapasitas peralatan.

“Sedangkan untuk solusi jangka panjang, kami telah menyiapkan pembangunan jalan baru yaitu New Priok Eastern Access (NPEA), yang menghubungkan secara langsung New Priok Terminal ke jalan tol pelabuhan sebagai solusi jangka panjang. Jalan ini akan mendukung kelancaran pergerakan barang dari dan menuju kawasan industri, termasuk kawasan industri Cikarang, Cibitung, dan kawasan lainnya, ke Pelabuhan Tanjung Priok,” tutup Arif.

Pelabuhan Kalibaru

Sebagai catatan, NPEA—yang merupakan singkatan dari New Priok Eastern Access—dirancang untuk menghubungkan Pelabuhan Kalibaru (New Priok) dengan Jalan Tol Cibitung–Cilincing. Kehadiran jalur ini diharapkan menjadi solusi strategis untuk mendukung konektivitas pelabuhan dan memperlancar arus logistik dari kawasan industri ke Pelabuhan Tanjung Priok.

Sejalan dengan pernyataan Arif, Sugi kembali menekankan pentingnya konektivitas dengan jalan tol eksisting untuk mempercepat solusi dalam mengurai kemacetan di Pelabuhan Tanjung Priok. Ia berharap pemerintah dan operator jalan tol segera mendorong evaluasi tarif Jalan Tol Cibitung–Cilincing menjadi lebih kompetitif, guna meningkatkan efisiensi dan kelancaran arus logistik nasional.

“Salah satu solusi untuk mengurai kemacetan di ruas tol pelabuhan adalah dengan menekan tarif Tol Cibitung–Cilincing agar lebih ekonomis, sehingga dapat menghubungkan kawasan logistik secara langsung ke pelabuhan,” tutup Sugi.  

Read Entire Article
Kaltim | Portal Aceh| | |