Liputan6.com, Jakarta - Sejumlah layanan pos internasional mengumumkan penghentian sementara pengiriman ke Amerika Serikat (AS). Langkah ini diambil setelah berakhirnya pengecualian tarif untuk paket kecil. Kebijakan ini menjadi bukti terbaru dampak dari langkah-langkah perdagangan yang dilakukan oleh Presiden AS Donald Trump, yang secara langsung memengaruhi konsumen dan bisnis di sana.
Dikutip dari CNN, Selasa (26/8/2025), mulai Jumat, 22 Agustus 2025, aturan de minimis yang selama ini membebaskan bea masuk untuk barang bernilai di bawah USD 800 resmi dihapuskan. Aturan ini sebelumnya sering dimanfaatkan oleh raksasa e-commerce untuk mengirimkan produk tanpa beban tarif.
Pada Mei lalu, pemerintahan Trump juga telah menangguhkan aturan serupa khusus untuk paket dari China dan Hong Kong, di mana tarif tinggi 120 persen dipangkas menjadi 54 persen—sebuah pukulan berat bagi penjual produk murah seperti Shein dan Temu.
Dampak Penghapusan Aturan
Penghapusan aturan ini segera memicu respons dari sejumlah layanan pos di Eropa dan Asia. SingPost (Singapura) dan India Post menyatakan akan menghentikan sebagian pengiriman ke AS mulai pekan ini.
DHL mengumumkan 25 Agustus akan menjadi hari terakhir mereka menerima pengiriman ke AS, disusul Austrian Post yang menghentikan layanannya pada 26 Agustus. Austrian Post menyatakan, "Saat ini tidak ada informasi yang cukup tentang prosedur kepabeanan yang akan berlaku. Pengetatan aturan ini menjadi tantangan besar bagi semua perusahaan pos dunia."
Pada Senin, Swiss Post juga mengumumkan penghentian sementara pengiriman barang ke AS mulai Selasa, meskipun dokumen dan paket ekspres masih tetap diperbolehkan.
E-commerce Global Terimbas
Perubahan aturan ini diperkirakan berdampak besar bagi penjual diskon dan platform e-commerce global seperti Amazon Haul, TikTok Shop, Etsy, hingga Shopify yang selama ini menghubungkan konsumen AS dengan bisnis di seluruh dunia.
Data US Customs and Border Protection mencatat lebih dari 1,36 miliar pengiriman de minimis masuk ke AS pada tahun fiskal lalu, atau lebih dari 4 juta paket per hari.
Berdasarkan perintah eksekutif terbaru, tarif baru yang dikenakan adalah USD 80 per item untuk negara dengan tarif di bawah 16%, USD 160 untuk tarif antara 16%-25%, dan USD 200 untuk tarif di atas 25%. AS sendiri telah menetapkan tarif baru per 7 Agustus, dengan Brasil menghadapi tarif tertinggi mencapai 50%.
Berhentinya Para Pelaku Bisnis
Sejumlah bisnis kecil hingga menengah mulai mengambil keputusan pahit. Abbott Atelier Jewelry asal Vancouver, Kanada, misalnya, mengumumkan lewat Instagram bahwa pihaknya akan menghentikan pengiriman ke AS mulai 25 Agustus hingga menemukan solusi.
Korean cosmetics brand Olive Young menyatakan akan mengenakan bea masuk 15% untuk semua pesanan ke AS mulai 27 Agustus, tanpa memandang nilai pembelian. Biaya akan ditampilkan langsung saat checkout agar tidak ada biaya tambahan saat pengiriman.
Wool Warehouse, perusahaan kerajinan asal Inggris, memperkirakan biaya ekspor ke AS bisa melonjak hingga 50%. Karena khawatir konsumen tak sanggup menanggung kenaikan itu, mereka memilih menghentikan pengiriman sejak 21 Agustus.
“Keputusan ini sangat berat, karena AS adalah pasar penting bagi kami,” tulis Wool Warehouse di situs resminya.
Royal Mail juga menghentikan pengiriman ke AS mulai Selasa (26/8/2025), meski hanya selama dua hari, sembari menyesuaikan sistem dengan aturan baru.
Berbenah
Marketplace pun Ikut Berbenah termasuk Platform Etsy menyarankan penjual agar menanggung bea dan biaya tambahan saat membeli label pengiriman. Dengan begitu, harga jual sudah termasuk tarif agar konsumen mendapat pengalaman belanja yang mulus.
Namun, beberapa penjual tetap memutuskan menutup akses bagi pembeli AS. Shed Maid, pembuat perhiasan asal Inggris, mengumumkan akan menutup toko untuk pelanggan AS mulai 29 Agustus. Basis pelanggan dari AS mencapai 50% penjualannya.
“Dampaknya sangat besar bagi bisnis saya. Saya benar-benar tidak tahu harus bagaimana. Saya berharap bisa kembali menjual ke pelanggan AS dalam waktu dekat,” tulisnya di laman TikTok.