Gerak Kurs Rupiah Jelang Libur Natal, Melemah atau Perkasa?

2 hours ago 3

Liputan6.com, Jakarta - Ekonom dari Research and Development Indonesia Commodity and Derivatives Exchange ICDX Taufan Dimas Hareva mengatakan nilai tukar rupiah cenderung bergerak fluktuatif dengan kecenderungan stabil.

“Pasar masih mencermati perkembangan sentimen global dan domestik,” ujar dia, dikutip dari Antara, Selasa (23/12/2025).

Nilai tukar rupiah pada penutupan perdagangan di Jakarta, Selasa, bergerak melemah 10 poin atau 0,06 persen menjadi Rp16.787 per dolar AS dari sebelumnya Rp16.777 per dolar AS.

Pergerakan dolar AS masih menjadi faktor utama yang memengaruhi ruang gerak rupiah, khususnya terkait ekspektasi arah kebijakan Federal Reserve atau The Fed dan imbal hasil obligasi AS.

Melihat dari sisi domestik, stabilitas kebijakan Bank Indonesia (BI) dinilai tetap menjadi faktor penahan volatilitas rupiah.

Adapun isu defisit anggaran, lanjutnya, kekhawatiran tersebut memang dapat memberikan sentimen terhadap pasar, terutama dalam jangka pendek. Namun, dampaknya terhadap rupiah sejauh ini dianggap masih relatif terbatas.

“Selama pemerintah menjaga kredibilitas kebijakan fiskal dan koordinasi dengan otoritas moneter tetap terjaga, tekanan terhadap rupiah diperkirakan tidak akan berlangsung signifikan,” kata Taufan.

Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada hari ini juga bergerak melemah di level Rp16.790 per dolar AS dari sebelumnya Rp16.773 per dolar AS.

Kurs USD IDR Hari ini, Rupiah Menguat Tipis ke Rp 16.768

Sebelumnya, pada Selasa, 23 Desember 2025, nilai tukar rupiah menunjukkan penguatan signifikan terhadap dolar Amerika Serikat (AS), membuka perdagangan dengan kenaikan yang menjanjikan.

Mata uang Garuda berhasil menanjak 9 poin atau menguat 0,05 persen, mencapai posisi Rp16.768 per dolar AS di pasar spot. Penguatan nilai tukar USD IDR ini menjadi sorotan utama di tengah dinamika pasar keuangan global.

Kenaikan tersebut melanjutkan tren positif setelah pada penutupan perdagangan hari sebelumnya, rupiah masih berada di level Rp16.777 per dolar AS. Analis mata uang dari Doo Financial Futures, Lukman Leong, menilai bahwa penguatan rupiah ini dipicu oleh sentimen global yang berkaitan erat dengan kebijakan moneter AS. Pasar keuangan merespons ekspektasi pemangkasan suku bunga acuan oleh The Federal Reserve (The Fed).

Melemahnya kurs dolar AS terjadi seiring dengan meningkatnya harapan pasar bahwa bank sentral Amerika Serikat tersebut akan kembali memangkas suku bunga acuan mereka di masa depan. Situasi ini memberikan angin segar bagi rupiah, yang berpotensi menguat lebih lanjut terhadap dolar AS. Para pelaku pasar kini terus memantau setiap sinyal dari Washington guna menentukan arah investasi mereka ke depan.

Penguatan Rupiah Didorong Ekspektasi Kebijakan The Fed

Penguatan nilai tukar rupiah pada 23 Desember 2025 tidak terlepas dari sentimen global yang berpusat pada kebijakan moneter Amerika Serikat. Analis Lukman Leong dari Doo Financial Futures menjelaskan bahwa melemahnya kurs dolar AS menjadi pemicu utama. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya ekspektasi pasar terhadap langkah The Federal Reserve (The Fed) untuk memangkas suku bunga acuan mereka.

Pasar mengantisipasi bahwa The Fed akan kembali melakukan pemangkasan suku bunga di masa mendatang, bahkan diproyeksikan terjadi pada tahun 2026. Proyeksi ini menciptakan tekanan jual pada dolar AS, sehingga memberikan ruang bagi mata uang lain, termasuk rupiah, untuk menguat. Pergerakan USD IDR sangat sensitif terhadap perubahan ekspektasi ini.

Hingga saat ini, The Fed telah melakukan pemangkasan suku bunga total sebesar 70 basis poin (bps), yang menempatkan suku bunga AS di kisaran 3,5 persen hingga 3,75 persen. Pemangkasan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin pada Desember 2025 ini secara luas diperkirakan akan membawa biaya pinjaman ke level terendah sejak 2022. Ini menjadi sentimen positif bagi pasar keuangan global, termasuk Indonesia.

Read Entire Article
Kaltim | Portal Aceh| | |