Trump Tak akan Kembalikan Minyak dan Tanker Sitaan dari Venezuela

2 hours ago 4

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump menegaskan bahwa Pemerintah AS akan mempertahankan minyak mentah dan kapal tanker yang disita di perairan dekat Venezuela.

“Kita akan mempertahankannya,” kata Trump, dikutip dari CNBC, Selasa (23/12/2025).

Pernyataan tersebut menandai eskalasi terbaru kebijakan keras Washington terhadap pemerintahan Presiden Venezuela Nicolas Maduro, sekaligus berpotensi berdampak pada dinamika pasar energi global.

Trump menyebut, minyak mentah hasil sitaan tersebut tidak akan dikembalikan. Menurutnya, Pemerintah AS masih mempertimbangkan berbagai opsi pemanfaatan minyak tersebut, mulai dari menjualnya ke pasar, menyimpannya sebagai aset strategis, hingga memasukkannya ke dalam cadangan minyak strategis.

Selain minyak mentah, Trump juga memastikan kapal-kapal tanker yang disita akan tetap berada di bawah kendali AS.

“Mungkin kita akan menjualnya, mungkin kita akan menyimpannya, mungkin kita akan menggunakannya dalam cadangan strategis,” tutur Trump tentang minyak yang disita. “Kita juga akan menyimpan kapal-kapalnya,” tambah Trump.

Sudah Cegat 2 Kapal

Langkah ini dilakukan seiring diperketatnya sanksi dan blokade terhadap kapal tanker minyak yang masuk atau keluar dari Venezuela. AS diketahui telah menyita sebuah kapal tanker besar pada 10 Desember lalu yang membawa lebih dari satu juta barel minyak mentah.

Pemerintah AS juga mencegat kapal tanker kedua pada akhir pekan, dan Trump mengonfirmasi bahwa pihaknya tengah mengejar kapal tanker ketiga yang diduga melanggar sanksi.

Trump menyatakan tindakan tersebut sah karena kapal-kapal itu berasal dari Venezuela, negara yang berada di bawah sanksi AS. Ia menegaskan bahwa proses penyitaan berjalan sesuai rencana dan menyebut tekanan terhadap Caracas akan terus ditingkatkan.

Tekanan Energi dan Implikasi Pasar Global

Venezuela merupakan anggota pendiri Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan memiliki cadangan minyak terbesar di dunia. Meski produksinya menurun akibat krisis ekonomi dan sanksi internasional, Venezuela masih mengekspor sekitar 749.000 barel minyak per hari sepanjang tahun ini.

Lebih dari separuh ekspor tersebut dikirim ke China, menjadikan kebijakan AS berpotensi memengaruhi rantai pasok energi global.

Selain penyitaan kapal tanker, pemerintahan Trump juga dilaporkan melakukan pengerahan militer besar-besaran di kawasan Karibia. AS berdalih operasi tersebut bertujuan menekan aktivitas penyelundupan narkoba.

Namun, sejumlah pihak mempertanyakan legalitas serangan terhadap kapal-kapal yang dituduh terlibat, dan isu ini kini berada di bawah pengawasan Kongres AS.

Ancaman Trump

Trump bahkan mengancam akan memperluas operasi tersebut ke wilayah darat. Ia menegaskan, AS tidak akan mentoleransi masuknya narkoba ke negaranya, dengan pernyataan keras bahwa pihak yang mencoba melanggar akan menghadapi konsekuensi serius.

“Kami akan memulai program yang sama di darat,” tuturnya. “Jika mereka ingin datang melalui darat, mereka akan menghadapi masalah besar. Mereka akan hancur berkeping-keping, karena kami tidak ingin orang-orang kami diracuni,” ancam Trump.

Kebijakan agresif ini tidak hanya meningkatkan ketegangan geopolitik di Amerika Latin, tetapi juga berpotensi memengaruhi harga minyak dan stabilitas pasar energi global, terutama di tengah ketidakpastian ekonomi dunia.

Read Entire Article
Kaltim | Portal Aceh| | |