Liputan6.com, Jakarta Pemerintah berencana untuk menerapkan sistem berbasis digital pada pelaksanaan Makan Bergizi Gratis (MBG) guna meningkatkan efektivitas penyaluran program.
Hal itu diungkapkan oleh Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Luhut Binsar Pandjaitan yang juga menjadi Ketua Komite Percepatan Transformasi Digital Pemerintah.
“Nanti misalnya seperti Makan Bergizi Gratis, semua akan kami digitalkan. Jadi, kita akan tahu persis berapa penerima manfaat, di mana yang sudah ada, apa kurangnya, dan sebagainya,” kata Luhut dikutip Antara, Selasa (26/8/2025).
Dengan cara itu, lanjut Luhut, Presiden Prabowo Subianto bisa mendapatkan data yang lengkap untuk menjadi landasan pengambilan keputusan kebijakan. Hal ini pada akhirnya diharapkan dapat membantu pemerintah menyusun kebijakan yang tepat untuk kesejahteraan masyarakat.
“Karena ide yang diberikan oleh Presiden dengan Makan Bergizi Gratis itu menurut saya ide yang sangat hebat. Tapi, eksekusinya perlu kita sama-sama bantu, sehingga itu bisa berjalan dengan baik,” tambahnya.
Luhut sebagai Penasihat Khusus Presiden Bidang Digitalisasi dan Teknologi Pemerintahan memimpin Komite Percepatan Transformasi Digital Pemerintah, yang merupakan tindak lanjut dari Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2025.
Percepatan Transformasi Digital
Mandat percepatan transformasi digital pemerintahan pertama kali diberikan Presiden sekitar tujuh bulan lalu. Menindaklanjuti arahan tersebut, tim kecil dibentuk untuk mendalami strategi digitalisasi yang dapat dijalankan.
Komite ini bertugas melaksanakan tiga agenda utama, yaitu digitalisasi program bansos, digitalisasi perizinan usaha, dan peningkatan integrasi komponen Digital Public Infrastructure (DPI).
Untuk digitalisasi program bansos, komite bakal memulai implementasi perdana pada September 2025 di Banyuwangi, Jawa Timur, yang menjadi wilayah uji coba (piloting project).
Luhut mengatakan penerapan digitalisasi bansos akan diperluas ke daerah lain bila uji coba di Banyuwangi menunjukkan hasil yang baik. Komite akan melihat perkembangan hingga Desember mendatang sambil menyosialisasikan ke kabupaten/kota lainnya agar mereka bisa bersiap untuk mengimplementasikan sistem bansos digital.
“Kalau Banyuwangi sampai Oktober-Desember bagus, nanti pada Januari 2026 Presiden bisa mencanangkan secara nasional. Dan kalau ini terjadi, saya kira dalam 1-2 tahun ke depan, kita secara bertahap terus akan menjadi satu,” tuturnya.
Jadi Pemasok Susu MBG, UMKM Sweet Sundae Raup Omzet Susu hingga Rp 1 Miliar
Sebelumnya, Sweet Sundae, UMKM binaan Bank Indonesia di Yogyakarta, kini ikut berperan dalam program unggulan Presiden Prabowo Subianto, Makan Bergizi Gratis (MBG).
Owner sekaligus Co-Founder Sweet Sundae, Yuki Rahmayanti, mengaku keterlibatan usahanya dalam program Makan Bergizi Gratis datang tanpa rencana.
"Awalnya tidak direncanakan. Tapi pihak MBG datang sendiri, banyak tamu datang sekitar Desember (2024)," kata Yuki saat ditemui di tempat produksi Sweet Sundae, di Yogyakarta, Jawa Tengah, Jumat (22/8/2025).
Yuki bercerita sejak Februari 2025, Sweet Sundae resmi menyalurkan produk ke sejumlah Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG).
Proses kerja sama berlangsung cukup ketat, dimulai dari pengiriman Letter of Intent (LOI), balasan surat penawaran, hingga penandatanganan kontrak kerja sama lima tahun.
Dalam pelaksanaan, pihak Sweet Sundae menerapkan aturan pembayaran tunai. Yuki menyebut langkah ini diambil karena sempat mengalami kendala keuangan pada Februari lalu.
"Kami selektif, minta pembayaran cash (tidak tempo) karena sempat chaos Februari kemarin. Sekarang stabil," ujarnya.
Adapun rata-rata, Sweet Sundae memasok antara 3.000 hingga 3.600 porsi susu per SPPG setiap hari. Saat ini, lima SPPG telah bermitra di antaranya SPPG Magelang, Purworejo, Cilacap, dan Semarang, Pacitan dan pekan depan diperkirakan bertambah delapan lagi sehingga total mencapai 13 SPPG.
Produksi Susu dan Gelato
Yuki menyampaikan, terdapat dia produk andalan Sweet Sundae yang masuk ke program MBG yakni susu segar dan gelato. Ia menjelaskan, susu segar diprioritaskan untuk kebutuhan gizi anak, sementara gelato juga banyak diminati karena mendukung pariwisata.
Meski rasa susu yang dipasok plain tanpa tambahan rasa, kebutuhan tetap tinggi. Dari sisi produksi, kapasitas sangat fluktuatif, namun dalam sebulan bisa mencapai hampir 1 ton gelato.
Dari sisi omzet, gelato menyumbang sekitar Rp500 juta per bulan, sementara susu segar lebih besar, hampir Rp1 miliar. Pencapaian ini menjadikan program MBG sebagai peluang pasar yang signifikan bagi Sweet Sundae.
"Gelato, kurang lebih Rp500 juta. Susu, lebih besar, hampir Rp1 miliar," imbuhnya.