Produksi Beras Indonesia Diproyeksi Tembus 31 Juta Ton pada Oktober 2025

2 weeks ago 19

Liputan6.com, Jakarta Badan Pusat Statistik (BPS) memprediksi produksi beras di Indonesia mencapai 31 juta ton hingga Oktober 2025 mendatang. Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman mengungkapkan faktor pendorongnya.

Amran bilang prediksi produksi beras BPS itu naik dari periode yang sama tahun lalu. Hitungannya, ada kenaikan sekitar 3,27 juta ton.

"Itu Oktober, produksi kita, sampai Oktober BPS ya, (prediksi) BPS Oktober produksi kita mencapai 31 juta ton. Jadi naik 3,27 juta ton. Itu kabar gembira," ucap Amran, ditemui di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Pangan, Jakarta, Senin (1/9/2025).

Menurutnya, faktor terbesarnya didorong dari optimalisasi lahan (oplah) lahan pertanian. Hal ini memfokuskan panen dari satu lahan sawah meningkat berkali lipat.

Meski begitu, ada faktor lainnya seperti dampak positif dari irigasi pertanian yang didorong pemerintah.

"Sebagian (irigasi), tetapi yang paling membuat produksi naik adalah optimalisasi lahan, dulu 1 kali tanam menjadi 2 kali atau 3 kali," terangnya.

Prediksi BPS

Badan Pusat Statistik (BPS) memprediksi produksi beras Januari-Oktober 2025 mencapai 31,04 juta ton. Angka ini naik 12,16 persen atau setara 3,37 juta ton dari periode Januari-Oktober 2024 lalu.

"Produksi beras sepanjang Januari-Oktober 2025 diperkirakan mencapai 31,04 juta ton atau mengalami peningkatan 3,37 juta ton atau 12,16 persen dibandingkan dengan periode yang sama pada 2024," kata Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini dalam konferensi pers Rilis BPS, Senin (1/9/2025).

Peningkatan sejalan dengan perkiraan peningkatan produksi beras 3,14 juta ton di September 2025 dan 2,7 juta ton di Oktober 2025. Adapun luas panen padi Januari-Oktober diperkirakan mencapai 10,12 juta hektare atau naik 11,90 persen.

Jual Beras Murah

Sebelumnya, Kementerian Pertanian bersama kementerian/lembaga terkait, Satgas Pangan, TNI, Polri, serta BUMN pangan melaksanakan Gerakan Pangan Murah (GPM) Serentak di 7.285 kecamatan di seluruh Indonesia.

Program ini menjadi langkah konkret pemerintah untuk menjaga stabilitas harga pangan pokok, mengendalikan inflasi, dan memastikan masyarakat dapat mengakses pangan dengan harga yang lebih terjangkau.

Salah satu titik utama pelaksanaan GPM berlangsung di halaman Kantor Pusat Kementerian Pertanian, Jakarta Selatan. Ribuan paket beras SPHP (Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan) disediakan untuk masyarakat.

Pasar Harus Sehat, Harga Harus Dijaga

Menteri Pertanian Amran Sulaiman menekankan pentingnya intervensi pemerintah untuk menjaga stabilitas pangan, bukan hanya sesaat tetapi berkesinambungan.

“TNI, Polri, Kejaksaan, Satgas Pangan, hingga BUMN pangan semua men-support. Ini bukan tiba-tiba, tapi sejak dua sampai tiga bulan lalu atas arahan Bapak Presiden kita sudah melakukan operasi rutin tiap hari. Dan ini bukan berhenti di hari ini saja, akan terus berlanjut di seluruh daerah. Kalau pasar di sini masih membutuhkan, kami lanjutkan. Kalau pasar di daerah lain masih meminta, kita teruskan. Prinsipnya, pemerintah hadir memastikan pangan tetap tersedia dengan harga yang wajar,” ujar Amran, Sabtu (30/8/2025).

Amran juga menyoroti fenomena anomali harga pangan yang tidak selalu bergerak sesuai logika ketersediaan stok.

“Sekarang irigasi sudah beres, pupuk dari sisi produksi dan regulasi sudah beres, oplah sudah beres, bahkan stok gudang saat ini tertinggi sepanjang sejarah. Tetapi ada anomali, stok banyak harga malah naik. Contoh paling konkret adalah minyak goreng. Kita ini produsen terbesar dunia, tapi harga bisa naik. Ada faktor anomali di dalam. Inilah yang kita intervensi. Pasar harus sehat. Jangan sampai rakyat terbebani. Karena menjaga harga pangan ini vital bagi kehidupan masyarakat,” tegasnya.

Read Entire Article
Kaltim | Portal Aceh| | |