Miliarder yang Benci Kekayaan: Kisah Pemilik Patagonia Tolak Tahta Orang Terkaya

22 hours ago 8

Liputan6.com, Jakarta - Bagi banyak pebisnis, masuk dalam jajaran miliarder dunia adalah puncak kesuksesan—menempatkan mereka sejajar dengan nama-nama besar seperti Warren Buffett, Bill Gates, dan Jeff Bezos.

Dikutip dair Yahoo Finance, Kamis (25/9/2025), bagi Yvon Chouinard, pendiri perusahaan perlengkapan outdoor Patagonia, status itu justru menjadi mimpi buruk. Ia menyebut hari ketika dirinya dimasukkan Forbes ke dalam daftar miliarder pada 2017 sebagai “salah satu hari terburuk dalam hidupnya.”

“Hal itu benar-benar membuat saya kesal,”  ujarnya saat dimasukkan ke dalam daftar miliarder Forbes 2017, menurut kutipan dari buku Dirtbag Billionaire: How Yvon Chouinard Built Patagonia, Made a Fortune, and Gave It All Away karya David Gelles. “Saya tidak punya USD 1 miliar di bank. Kamu tahu, Saya bahkan tidak mengendarai Lexus.”

Seumur hidupnya, Chouinard dikenal sebagai pemanjat tebing sejati. Ia terbiasa tidur di mobil atau di lantai tanah di alam liar, hidup hanya dengan USD 1 sehari, bahkan pernah makan makanan kaleng penyok untuk bertahan hidup. Kehidupan sederhana itu membuat status miliarder yang disandangnya semakin kontras.

Kini di usia 86 tahun, ia tidak menganggap miliarder sebagai gelar yang harus dibanggakan, melainkan “bukti kegagalan kebijakan” akibat ketimpangan antara si kaya dan si miskin. Ia bahkan meminta stafnya menghapus namanya dari daftar orang terkaya.

Namun menjual Patagonia—perusahaan dengan valuasi sebesar USD 3 miliar atau membawa perusahaan itu melantai pada bursa saham bukanlah sebuah pilihan.

Bagaimana Pendiri Patagonia Berhasil Menghapus Namanya dari Daftar Orang Terkaya di Dunia

Menjual perusahaan akan membuat Chouinard berubah dari kaya aset menjadi memiliki miliaran dolar di bank—mengalahkan tujuan dari tindakan tersebut.

Saya juga menolak IPO. “Saya sama sekali tidak menghormati pasar saham,” tegas Chouinard. “Begitu Anda melantai pada bursa saham, Anda kehilangan kendali. Fokusnya hanya untuk memaksimalkan keuntungan bagi pemegang saham. Anda kehilangan semua kendali dan kemudian Anda menjadi perusahaan yang tidak bertanggung jawab.”

Sebagai solusi, pada tahun 2022 Chouinard dan keluarganya memutuskan untuk mengalihkan kepemilikan Patagonia kepada sebuah trust dan organisasi nirlaba. Dengan begitu, sekitar USD 100 juta keuntungan tahunan Patagonia digunakan untuk melawan perubahan iklim dan melindungi lahan liar.

“Semoga ini bisa memengaruhi bentuk kapitalisme baru yang tidak berakhir dengan segelintir orang kaya dan banyak orang miskin,” katanya kepada The New York Times. “Kami akan memberikan sebanyak mungkin uang kepada orang-orang yang benar-benar bekerja menyelamatkan planet ini.”

Selain itu, langkah ini juga membuat Patagonia terhindar dari beban pajak besar bila diwariskan langsung ke anak cucu Chouinard.

Lahirnya Miliarder Baru Setiap Minggunya

Sikap Chouinard mencerminkan kekhawatiran lebih luas soal ketimpangan. Survei Pew Research Center menunjukkan lebih dari seperempat orang dewasa di AS, lintas partai politik, menilai keberadaan individu dengan kekayaan miliaran dolar adalah hal buruk.

Meski demikian, mayoritas warga Amerika, yakni 55 persen, tetap tidak peduli. Upaya dari pada miliarder mengambil inisiatif untuk menyumbangkan kekayaan mereka. Pada 2010, Warren Buffett bersama Bill dan Melinda French Gates menggagas The Giving Pledge, komitmen menyumbangkan 50 persen kekayaan untuk filantropi semasa hidup. Hingga kini, para penandatangan janji itu diperkirakan telah menyumbangkan USD 206 miliar. Namun, menurut Institute for Policy Studies, mayoritas dana hanya masuk ke yayasan pribadi, dan kurang dari 4 persen peserta benar-benar menepati janji sepenuhnya.

Upaya memberi kembali juga dilakukan oleh beberapa miliarder. Pada 2010, Warren Buffett bersama Bill dan Melinda French Gates menggagas The Giving Pledge, komitmen menyumbangkan 50 persen kekayaan untuk filantropi semasa hidup. Hingga kini, para penandatangan janji itu diperkirakan telah menyumbangkan USD 206 miliar. Namun, menurut Institute for Policy Studies, mayoritas dana hanya masuk ke yayasan pribadi, dan kurang dari 4 persen peserta benar-benar menepati janji sepenuhnya.

Sementara itu, jumlah miliarder terus bertambah. Menurut Oxfam, pada 2024 pertumbuhan jumlah miliarder meningkat tiga kali lebih cepat dibanding tahun sebelumnya—rata-rata hampir empat orang baru setiap minggu. Di AS saja, kekayaan para miliarder bertambah USD 1,4 triliun sepanjang 2024, dengan tambahan 74 orang miliarder baru.

Tahun ini, kekayaan Larry Ellison naik hingga USD 175 miliar menurut Bloomberg Billionaire Index. Ia sempat melampaui Elon Musk sebagai orang terkaya di dunia, meski posisi Musk kembali kokoh dengan kekayaan mencapai USD 440 miliar berkat Tesla dan SpaceX.

Read Entire Article
Kaltim | Portal Aceh| | |