Menko Airlangga Joget Pacu Jalur Usai Bahas Kerja sama RI-AS

1 day ago 5

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mencuri perhatian usai menggelar konferensi pers terkait Joint Statement antara Indonesia dan Amerika Serikat.

Tak hanya memberikan penjelasan soal respons pemerintah terhadap kesepakatan dagang dua negara, Menko Airlangga juga sempat berjoget "Pacu Jalur", tarian yang tengah viral di media sosial.

Aksi joget itu dilakukan pada Kamis (24/7/2025) di hadapan para awak media yang hadir dalam agenda resmi tersebut. Dengan ekspresi sumringah, Airlangga memperagakan beberapa gerakan khas joget pacu jalur, yang belakangan ini kerap muncul dalam berbagai unggahan netizen.

Suasana konferensi yang sebelumnya penuh nuansa serius langsung mencair. Para jurnalis dan staf yang hadir tampak terhibur melihat sisi santai dari pejabat senior kabinet tersebut.

Bahkan beberapa di antaranya mengabadikan momen tersebut dan membagikannya di media sosial. Joget pacu jalur sendiri berasal dari budaya tradisional masyarakat Riau. yang kini kembali naik daun berkat kreativitas pengguna media sosial.

Aksi Menko Airlangga ini pun dinilai sebagai bentuk kedekatan pemerintah dengan budaya lokal, serta semangat positif di tengah dinamika kerja sama internasional yang sedang berkembang.

Mengenal Istilah Pacu Jalur

Istilah aura farming mengacu pada tindakan seseorang yang dinilai keren atau mampu membangun "aura moment," sehingga terlihat layaknya tokoh utama. Dalam konteks pacu jalur, tren ini menampilkan bocah-bocah pendayung dengan gerakan khas memutar tangan dan mengayun untuk menjaga keseimbangan di atas perahu yang melaju cepat, diiringi lagu "Young Black & Rich" karya Melly Mike.

Gerakan ikonis dalam pacu jalur ternyata memikat hati warganet global, memicu banyak video meme meniru gaya keren ala pendayung jalur. Festival Pacu Jalur, yang masuk agenda Kharisma Event Nusantara (KEN), digelar setiap Agustus di Tepian Narosa, Taluk Kuantan, Kabupaten Kuantan Singingi, Riau.

Secara etimologi, "pacu" berarti perlombaan, sementara "jalur" merujuk pada perahu. Jadi, pacu jalur secara sederhana dapat diartikan sebagai "perlombaan mendayung perahu." Atraksi ini dimulai dengan letupan meriam karbit sebanyak tiga kali, yang berfungsi sebagai aba-aba bagi peserta, mengingat luasnya arena dan riuhnya ribuan penonton.

Asal Muasal Pacu Jalur

Setiap jalur yang berlomba diawaki beberapa peran penting: tukang concang (pemberi aba-aba), tukang pinggang (juru mudi), tukang tari, dan tukang onjay. Setelah meriam karbit diletupkan, mereka berlomba menerobos arus Sungai Kuantan menuju garis finis.

Setiap jalur, yang biasanya dibuat sepanjang kurang lebih 40 meter, membutuhkan biaya hingga Rp100 juta per unit, yang didanai secara swadaya oleh masyarakat Kuansing, menunjukkan semangat gotong royong yang kuat. Setiap perahu akan didayung 50─60 orang, tergantung panjangnya.

Kepala Dinas Pariwisata (Kadispar) Riau, Roni Rakhmat, menyebut bahwa menurut tradisi lisan masyarakat setempat, pacu jalur awalnya adalah sarana transportasi menyusuri Sungai Batang Kuantan, dari hulu Kuantan hingga Cerenti.

Read Entire Article
Kaltim | Portal Aceh| | |