Harga Minyak Anjlok ke Level Terendah, Ini Kekhawatiran Investor

12 hours ago 7

Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak mentah melemah pada perdagangan hari Jumat dan menetap di level terendah dalam tiga minggu. Penurunan harga minyak ini ditekan khawatir pelaku pasar tentang berita negatif dari Amerika Serikat (AS) dan China serta tanda-tanda peningkatan pasokan.

Namun, penurunan harga minyak mentah dibatasi oleh optimisme bahwa kesepakatan perdagangan AS dengan sejumlah negara mitra dapat mendorong pertumbuhan ekonomi global dan permintaan minyak di masa mendatang.

Mengutip CNBC, Sabtu (26/7/2025), harga minyak mentah berjangka Brent turun 74 sen atau 1,1% menjadi USD 68,44 per barel. Sementara harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS turun 87 sen atau 1,3% menjadi USD 65,16 per barel.

Harga penurunan pada Jumat ini merupakan terendah untuk Brent sejak 4 Juli dan WTI sejak 30 Juni. Untuk minggu ini, Brent turun sekitar 1% dengan WTI turun sekitar 3%.

Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen akan bertemu Presiden AS Donald Trump pada hari Minggu di Skotlandia. Para pejabat dan diplomat Uni Eropa mengatakan mereka berharap dapat mencapai kesepakatan kerangka kerja perdagangan akhir pekan ini.

Perekonomian zona Euro tetap tangguh menghadapi ketidakpastian yang meluas akibat perang dagang global. Hal ini terlihat dari sejumlah data ekonomi.

Bahkan ekonomi tetapi tangguh meskipun para pembuat kebijakan Bank Sentral Eropa tampaknya meredam spekulasi pasar bahwa tidak akan ada lagi penurunan suku bunga.

Data AS dan China

Di AS, pesanan baru untuk barang modal buatan AS secara tak terduga turun pada bulan Juni sementara pengiriman produk-produk tersebut meningkat secara moderat, menunjukkan bahwa belanja bisnis untuk peralatan melambat secara signifikan pada kuartal kedua.

Trump mengatakan ia memiliki pertemuan yang baik dengan Ketua Federal Reserve Jerome Powell dan mendapat kesan bahwa kepala bank sentral AS tersebut mungkin siap untuk menurunkan suku bunga. Suku bunga yang lebih rendah mengurangi biaya pinjaman konsumen dan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi serta permintaan minyak.

Di China, Kementerian Keuangan mengungkapkan bahwa ekonomi negara terbesar kedua di dunia, pendapatan fiskal turun 0,3% dalam enam bulan pertama dibandingkan tahun sebelumnya. Angka ini mempertahankan tingkat penurunan antara Januari dan Mei.

AS sedang bersiap untuk mengizinkan mitra-mitra PDVSA milik negara Venezuela, dimulai dengan perusahaan minyak besar AS, Chevron, untuk beroperasi dengan pembatasan di negara yang terkena sanksi, ungkap sumber pada hari Kamis.

para analis ING menulis dalam laporannya, hal ini dapat meningkatkan ekspor minyak Venezuela sedikit lebih dari 200.000 barel per hari (bph), berita yang akan disambut baik oleh para penyuling AS, karena akan mengurangi pengetatan di pasar minyak mentah yang lebih berat.

Perundingan Nuklir Iran

Iran mengatakan akan melanjutkan perundingan nuklir dengan negara-negara Eropa setelah percakapan yang "serius, jujur, dan terperinci" pada hari Jumat, pertemuan tatap muka pertama sejak Israel dan AS mengebom Iran bulan lalu.

Venezuela dan Iran adalah anggota Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC). Setiap kesepakatan yang dapat meningkatkan jumlah minyak yang dapat diekspor oleh salah satu negara yang terkena sanksi akan meningkatkan jumlah minyak mentah yang tersedia untuk pasar global.

OPEC mengatakan komite pemantauan bersama tingkat menteri (JMMC) yang dijadwalkan bersidang pada hari Senin tidak memiliki wewenang pengambilan keputusan atas tingkat produksi.

Empat delegasi OPEC+ mengatakan panel OPEC+ akan meningkatkan produksi minyak ketika bertemu, menekankan bahwa kelompok produsen tersebut ingin memulihkan pangsa pasar sementara permintaan musim panas membantu menyerap kelebihan barel.

OPEC+ mencakup OPEC dan sekutu seperti Rusia.

Read Entire Article
Kaltim | Portal Aceh| | |