Liputan6.com, Jakarta - Hari Koperasi Nasional (Harkopnas) ke-78 menjadi momen reflektif untuk menilai sejauh mana minat dan partisipasi pemuda dalam dunia koperasi. Di tengah tren individualisme dan gaya hidup modern, koperasi kerap dipandang usang dan tidak relevan.
Hal ini disayangkan oleh Ketua Umum Kesatuan Pelajar Pemuda dan Mahasiswa Pesisir Indonesia (KPPMPI), Hendra Wiguna, yang berharap munculnya perubahan perspektif di kalangan generasi muda.
“Oleh karena itu, kami berharap koperasi yang terbangun dan hadir merupakan hasil dari kesadaran dan kesukarelaan untuk membangun sebuah usaha milik bersama sebagaimana semangat berkoperasi yang disampaikan oleh Bung Hatta,” ujar Hendra dalam keterangan tertulis, Senin (14/7/2025).
Menurutnya, Bung Hatta memandang koperasi sebagai sarana untuk membawa masyarakat menuju kemajuan dan kesejahteraan bersama. Dalam konteks masyarakat pesisir, Hendra melihat koperasi sebagai jalan keluar dari belenggu kemiskinan yang masih menghantui banyak nelayan kecil.
Meski digitalisasi kerap diangkat sebagai pendekatan segar untuk menarik minat pemuda, Hendra mengingatkan bahwa nilai-nilai dasar koperasi jangan sampai tergerus.
“Kondisinya sekarang, tidak sedikit koperasi yang berubah watak menjadi seperti korporasi,” ungkapnya.
Jangan Hanya karena Instruksi
Ia menegaskan, koperasi seharusnya tidak dibentuk karena instruksi atau kebijakan semata. Sebaliknya, koperasi harus tumbuh melalui proses panjang yang mengakar pada kesadaran kolektif, serta mengandung unsur pendidikan, kesetaraan, dan solidaritas rakyat.
Lebih jauh, Hendra menyoroti pentingnya menjaga prosedur dan substansi koperasi sejak awal pendiriannya. Dominasi intervensi eksternal dapat menghilangkan ruh kemandirian koperasi. Dalam konteks perikanan, ia menekankan bahwa koperasi seharusnya mampu meningkatkan kesejahteraan pelaku usaha perikanan, terutama nelayan kecil.
“Idealnya, koperasi nelayan itu harus mempermudah operasional nelayan. Misalnya dalam menghadapi perubahan iklim, koperasi bisa membangun rumpon agar jarak tempuh nelayan menjadi lebih pendek, sehingga hemat BBM, biaya operasional, dan waktu,” jelas Hendra.
Solusi Pengangguran di Pesisir
Lebih jauh lagi, koperasi bisa bertransformasi menjadi penyedia BBM bersubsidi, es, logistik, hingga pelaku pengolahan hasil laut. Namun untuk mewujudkan koperasi nelayan yang ideal, keterlibatan pemuda pesisir sangat diperlukan. Keterampilan mereka perlu ditingkatkan agar mampu mengambil peran strategis dalam proses pendirian dan pengelolaan koperasi.
Menurut Hendra, Harkopnas tahun ini harus menjadi momen evaluasi: “Sejauh mana kita mampu menjaga warisan ekonomi kerakyatan ini, dan sejauh mana koperasi yang terbentuk tetap otonom dan independen.”
Hendra juga menyoroti tingginya angka pengangguran pemuda, khususnya di wilayah pesisir. Ia mendorong pemerintah untuk lebih serius menyiapkan generasi muda agar berani berwirausaha di sektor kelautan dan perikanan melalui koperasi.
Langkah Konkret
Ia mengusulkan tiga langkah konkret:
- Pendidikan yang kontekstual, khususnya tentang koperasi dan usaha sektor kelautan perikanan, agar pemuda tidak ragu terjun ke dunia usaha ini dengan pemahaman yang matang.
- Membangun konektivitas koperasi dengan berbagai pemangku kepentingan, sehingga koperasi memiliki daya saing, ruang inovasi, dan peluang berkembang.
- Memberikan perlindungan hukum dan kelembagaan kepada koperasi dan anggotanya, agar koperasi tidak sekadar lahir, tapi juga berkelanjutan.
Hendra menegaskan bahwa ukuran keberhasilan koperasi bukan semata pada omzet, melainkan pada seberapa besar manfaatnya bagi para anggota.
“Bertambahnya jumlah koperasi tidak berarti apa-apa jika umur koperasinya pendek dan tidak membawa dampak bagi anggotanya,” pungkasnya.