Liputan6.com, Jakarta - Proses penyelesaian perundingan Indonesia–European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU-CEPA) memasuki babak baru. Tonggak penting ini ditandai dengan penandatanganan dan pertukaran surat (exchange of letters) antara Pemerintah Indonesia dan Komisi Eropa sebagai bentuk kesepakatan politik tingkat tinggi untuk mempercepat finalisasi perundingan yang telah berlangsung sejak 2016.
Pertukaran surat dilakukan antara Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dan Komisioner Perdagangan Uni Eropa Maroš Šefčovič. Dalam pertemuan yang diawali dengan sesi tête-à-tête, kedua pejabat tinggi ini menegaskan komitmen bersama untuk segera menyelesaikan seluruh isu substansial yang masih tersisa secara seimbang dan saling menguntungkan.
"Saya menyampaikan apresiasi atas komitmen berkelanjutan dan keterlibatan konstruktif dari Uni Eropa. Dukungan Komisioner Maroš dan Tim Perunding kedua negara sangat berarti dalam seluruh proses perundingan IEU-CEPA," ujar Menko Airlangga.
Komisioner Maroš menambahkan, “Kesepakatan politik ini menjadi capaian paling penting dalam proses perundingan yang telah berlangsung sejak tahun 2016. Kami berdedikasi untuk memperkuat hubungan dengan kawasan Asia Tenggara, dan IEU-CEPA menjadi instrumen kunci untuk itu.”
Akses Pasar Lebih Luas
Dengan penduduk lebih dari 285 juta jiwa, Indonesia menawarkan potensi pasar yang besar dan dinamis. Di sisi lain, Uni Eropa dengan lebih dari 400 juta penduduk merupakan salah satu kekuatan ekonomi global. IEU-CEPA akan membuka akses pasar yang lebih luas dengan menghapuskan sekitar 80% pos tarif, menciptakan peluang perdagangan dan investasi yang lebih signifikan bagi kedua pihak.
Didukung Langsung oleh Kepala Negara
Pengumuman resmi pencapaian ini juga disampaikan dalam pertemuan bilateral antara Presiden RI Prabowo Subianto dan Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen di Brussels, pada hari yang sama. Keduanya menegaskan komitmen untuk mempercepat penyelesaian IEU-CEPA sebagai bagian dari penguatan hubungan strategis Indonesia-Uni Eropa.
“Perjanjian ini juga akan membantu memperkuat rantai pasok bahan baku kritis yang penting bagi industri teknologi bersih dan baja Eropa. Saya kini menantikan penyelesaian perjanjian ini secara cepat,” kata Presiden Von der Leyen.
Presiden Prabowo turut menyampaikan apresiasi atas kerja keras tim perunding dari kedua pihak. Ia menyebut pencapaian ini sebagai "terobosan strategis", yang menandai tidak adanya lagi perbedaan utama antara Indonesia dan Uni Eropa.
“Saya juga sangat senang melihat para menteri dan komisioner dari kedua belah pihak berhasil mencapai, yang saya sebut, terobosan strategis. Saat ini, tidak ada lagi isu utama yang menjadi perbedaan antara Uni Eropa dan Indonesia dan itu adalah sesuatu yang luar biasa,” ujar Presiden Prabowo.
Langkah Akhir Menuju Penandatanganan
Proses perundingan IEU-CEPA telah berlangsung selama hampir satu dekade, melibatkan 19 putaran formal serta berbagai pertemuan antar-sesi. Di pihak Indonesia, koordinasi teknis dilakukan oleh Direktorat Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional, Kementerian Perdagangan.
Hadir dalam pertemuan bilateral di Brussels antara lain Sekretaris Kemenko Perekonomian Susiwijono Moegiarso, Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi dan Investasi Edi Prio Pambudi, Asisten Deputi Kerja Sama Ekonomi Bilateral Irwan Sinaga, Direktur Kerja Sama Intrakawasan dan Antarkawasan Amerika dan Eropa Kemlu Nidya Kartikasari, serta Chief Negotiator Uni Eropa, Fabien Gehl.
Dengan kesepakatan politik ini, jalan menuju penandatanganan IEU-CEPA pada tahun 2025 semakin terbuka lebar—sekaligus menjadi simbol kemitraan ekonomi yang lebih kuat dan saling menguntungkan antara Indonesia dan Uni Eropa.