Liputan6.com, Labuan Bajo Indonesia tercatat sebagai negara dengan tarif impor paling rendah di Asia ke Amerika Serikat (AS), mengungguli negara-negara emerging market lainnya.
Hal ini menjadi peluang strategis bagi Indonesia untuk meningkatkan ekspor ke pasar AS yang sangat potensial.
“Tarif impor kita ke AS lebih rendah dibanding negara Asia lainnya, bahkan emerging market. Ini bisa jadi momentum untuk kita menjadi pemasok baru bagi AS,” ujar Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA), David Sumual dalam Editor Briefing Bank Indonesia, Labuan Bajo, Jumat (18/7/2025).
Peluang Ekspor Lebih Besar ke Pasar AS
Pasar AS mencatat surplus perdagangan lebih dari USD 15 miliar, menjadikannya lahan subur bagi eksportir Indonesia.
David menekankan, dengan tarif yang rendah, Indonesia memiliki peluang untuk mengisi kekosongan suplai akibat bergesernya mitra dagang utama AS.
“AS sedang mencari supplier baru. Ini kesempatan kita untuk perluas ekspor ke sana,” jelas David.
Menurutnya, selisih tarif 2–3 persen saja bisa memberikan perbedaan besar bagi pelaku usaha Indonesia agar lebih kompetitif.
Diplomasi Dagang dan Peran Pemerintah
Upaya pemerintah Indonesia untuk menjaga dan bahkan menurunkan tarif impor ke AS juga diapresiasi.
Tarif di bawah 20 persen dianggap sudah sangat baik, dan target penurunan hingga 19 persen terus diupayakan, termasuk melalui jalur diplomasi ekonomi.
“Upaya lobi dari pengusaha maupun pemerintah, termasuk kemungkinan kontak langsung Presiden terpilih Prabowo Subianto dengan Donald Trump, menunjukkan keseriusan menjaga posisi Indonesia,” kata David.
Ia juga menambahkan bahwa kekhawatiran akan adanya tambahan tarif karena status Indonesia sebagai anggota BRICS belum tampak relevan saat ini.
Diversifikasi Pasar Lewat UE-CEPA
Selain pasar AS, Indonesia juga mengincar pasar Eropa melalui perjanjian perdagangan bebas Indonesia-Uni Eropa (UE-CEPA). Hal ini memungkinkan Indonesia untuk memiliki “dua kaki” dalam ekspor: AS dan Eropa.
“Selama ini produk kita sulit masuk ke Eropa. UE-CEPA membuka jalan baru,” ujar David. Ia menambahkan, pemerintah juga mendorong investasi dari AS ke Indonesia dengan memberikan insentif, termasuk kemudahan perizinan, agar perusahaan AS mau berproduksi di Indonesia dan menyerap lebih banyak tenaga kerja lokal.