Harga Cabai Turun Drastis, Demo Tak Surutkan Aktivitas Jual-Beli di Pasar Tradisional

2 weeks ago 16

Liputan6.com, Jakarta Suasana di pasar tradisional, Pasar Anyar, Bogor, Senin (1/9/2025), dipenuhi aktivitas jual beli sejak pagi. Kabar baik datang bagi para pembeli, karena harga sejumlah bahan pangan terpantau stabil bahkan cenderung lebih murah dibanding pekan lalu.

Di lapak pedagang sayur, harga cabai yang sebelumnya kerap meroket kini berada di kisaran Rp30–40 ribu per kilogram, “Kalau hari ini harganya normal sih, nggak ada kenaikan apa-apa. Cabai juga kan nggak terlalu mahal sekarang, masih murah lah,” ujar Ahmad (23), penjual lapak sayur di pasar Anyar, Bogor.

Cabai rawit merah yang sebelumnya sempat menembus Rp70 ribu per kilogram, kini turun drastis menjadi Rp30 ribu per kilogram. Harga serupa juga berlaku untuk cabai merah besar dan cabai hijau, masing-masing Rp30 ribu per kilogram. Sementara itu, cabai merah kecil masih bertahan di kisaran Rp40 ribu per kilogram.

Untuk bumbu dapur, harga terpantau stabil. Bawang merah dijual Rp40 ribu per kilogram, sedangkan bawang putih Rp35 ribu per kilogram. Kondisi ini membuat pedagang maupun pembeli merasa lebih lega karena kebutuhan pokok kembali ramah di kantong.

Tak hanya cabai, sejumlah sayuran lain juga relatif murah. Tomat dijual Rp10 ribu per kilogram, kentang Rp15 ribu per kilogram, wortel Rp8 ribu per kilogram, timun Rp8 ribu per kilogram, sawi Rp5 ribu per kilogram, dan jagung kupas Rp10 ribu per kilogram.

Harga pangan yang saat ini stabil dan relatif turun membuat pembeli merasa lebih lega. Kondisi ini berpengaruh langsung pada pola belanja masyarakat di pasar tradisional.

Masyarakat Tetap Berbelanja

Mama Dita (41), seorang pembeli di Pasar Anyar menuturkan, belanja kebutuhan dapur dilakukan hampir setiap hari sesuai kebutuhan rumah tangga. “Belanja cabai, belanja tomat, apa aja sesuai kebutuhan hari-hari. Kalau ini habis, beli ya begitu aja lah tiap hari. Hari ini masih stabil sih, kalau hari ini ga ada penaikan,” ujarnya.

Ia mengaku, harga yang naik atau turun sangat menentukan jumlah barang yang dibeli. “Mengaruhi, lebih sedikit belanjanya. Lebih sedikit, jadi pembeli juga berkurang karena kan mahal. Jadi mereka jadinya beli sekilo atau seperempat jadi setengah ons gitu,” katanya.

Sebaliknya, ketika harga sedang murah, pembeli justru cenderung membeli lebih banyak. “Mempengaruhi, lebih banyak pembelinya lagi kalau murah malah ngeborong. Kalau lagi harga murah pasti banyak yang ngeborong bahan-bahan buat ini, kayak cabai, bawang. Lebih banyak yang ngeborong lagi soalnya murah. Kalau mahal mereka juga belinya sedikit,” tambahnya.

Menurut Ahmad, jumlah pembeli di pasar tradisional cenderung stabil setiap harinya. Lonjakan biasanya hanya terjadi pada akhir pekan atau di awal bulan, ketika banyak masyarakat baru menerima gaji.

“(Pembeli) stabil sih, biasanya meningkat di akhir pekan dan awal bulan,” kata Ahmad sambil melayani pembeli yang berbelanja dilapaknya.

Bumbu Dapur Jadi Barang yang Banyak Dicari

Ia menambahkan, dari sekian banyak komoditas, bumbu dapur menjadi barang yang paling banyak dicari pembeli. Cabai, bawang merah, dan bawang putih hampir selalu menjadi belanjaan utama. “Cabai sih, cabai, bawang, bumbu-bumbuan aja yang paling laku. Soalnya itu kebutuhan harian buat masak,” ujarnya.

Meski beberapa hari terakhir terjadi aksi demonstrasi di sejumlah titik, Ahmad mengaku penjualan tetap berjalan normal. Mereka menyebut aktivitas belanja masyarakat tidak terpengaruh oleh kondisi tersebut.

“Engga sih, ga berpengaruh. Sama aja, aktivitas biasa aja. Karena kan impactnya ga sampe ke sini. Yang pada aktivitas, pada ke pasar ya ke pasar, belanja ke pasar,” ujarnya.

Ia juga menegaskan, distribusi barang masih berjalan lancar tanpa hambatan. “Distribusi engga sih, ga terhambat. Karena kan distribusi cabai sayuran ini dilakuinnya subuh, malam, jam 2–3. Jadi ga ada hambat, sama sekali ga ada hambatan,” tambahnya.

Mama Dita juga menyebut aksi demonstrasi yang terjadi belakangan ini tidak berpengaruh langsung pada aktivitas belanja di pasar. Menurutnya, kondisi pasar berjalan seperti biasa tanpa terganggu situasi di luar. “Biasa-biasa aja sih. Jadi kalau di pasar tuh ga terpengaruh biasa-biasa aja,” katanya.

Daya Beli Masyarakat Menurun

Meski begitu, ia mengakui situasi ekonomi secara umum memang sedang lesu. Hal ini berdampak pada daya beli masyarakat yang menurun. “Emang sekarang ekonominya memang lagi turun drastis ya. Karena di pasar juga sepi pembeli, ga seperti yang dulu-dulu rame. Kalau sekarang memang ekonomi lagi turun, jadi daya belinya juga kurang,” tambahnya.

Terkait dengan perkiraan harga bahan pangan ke depan, pedagang menilai pergerakan harga sangat bergantung pada kondisi pasokan dan permintaan. Menurut mereka, harga bisa saja tetap stabil jika stok mencukupi. Namun, ketika terjadi peningkatan permintaan, harga berpotensi naik.

“Tergantung ya, tergantung pemakaiannya juga. Kalau supply-nya segini-gini aja, kalau demandnya banyak (permintaan konsumen terhadap suatu barang pada waktu tertentu) kan jadi mahal. Yang biasanya stabil sehari-hari, tiba-tiba ada acara tertentu kan demandnya jadi banyak,” kata Ahmad.

Read Entire Article
Kaltim | Portal Aceh| | |