Liputan6.com, Jakarta - Bank Dunia (World Bank) membocorkan tips untuk Indonesia dalam menghadapi ketidakpastian dan gejolak perekonomian global.
Seperti diketahui, perekonomian global tengah dihadapi berbagai guncangan dalam beberapa bulan terakhir, salah satunya akibat perang dagang AS-China hingga ketegangan antara Iran dan Israel di Timur Tengah.
Country Director Bank Dunia untuk Indonesia dan Timor Leste, Caroline Turk menilai bahwa reformasi struktural menjadi salah satu langkah penting bagi Indonesia menghadapi dampak gejolak ekonomi global.
“Respons terbaik terhadap ketidakpastian global oleh semua negara, termasuk Indonesia, adalah mempercepat agenda reformasi domestik. Agenda yang disoroti oleh pemerintahan Presiden Prabowo Subianto berfokus pada deregulasi, perbaikan lingkungan bisnis, menarik investasi swasta, dan penguatan sumber daya manusia,” ujar Caroline dalam pidatonya di Jakarta, Seni (23/6/2025).
“Ini mencakup reformasi struktural yang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas ekonomi dan menciptakan lapangan kerja yang lebih baik dan menguntungkan semua masyarakat Indonesia,” tuturnya.
Caroline kembali mengutip prospek ekonomi global terbaru yang dirilis Bank Dunia, di mana perkiraan pertumbuhan ekonomi global telah direvisi menjadi 2,3% untuk tahun 2025, dan 2,4% untuk tahun 2026.
Ekonomi Indonesia Resilien
“Bagi pasar negara berkembang, prospek global yang lemah ini membatasi kemampuan untuk meningkatkan penciptaan lapangan kerja dan mengurangi kemiskinan ekstrem karena persyaratan perdagangan memburuk, investasi asing langsung menjadi lebih lemah, arus modal menjadi lebih tidak stabil, dan secara umum ada lebih banyak tekanan pada keseluruhan posisi ekonomi makro,” jelasnya.
Meski demikian, Bank Dunia melihat bahwa ekonomi Indonesia melanjutkan pertumbuhan resilien meski sedikit lebih rendah dari target 5%.
“(Namun) tingkat pertumbuhan ini melampaui tingkat pertumbuhan rata-rata negara-negara berpendapatan menengah dan kawasan Asia Timur-Pasifik secara umum. Pertumbuhan yang tangguh ini juga muncul atau mungkin disebabkan oleh dan didorong oleh indikator-indikator ekonomi makro yang positif secara keseluruhan. Inflasi yang rendah, penyangga keuangan yang memadai, keduanya berkontribusi pada ketahanan yang tertanam dalam ekonomi Indonesia,” jelas Caroline.
“Hal ini merupakan bukti pengelolaan ekonomi makro yang bijak oleh otoritas fiskal dan moneter Indonesia,” tambahnya.
Bank Dunia Kucur Pinjaman ke RI Rp 34,8 Triliun
Sebelumnya, Bank Dunia menyetujui dua investasi bernilai besar untuk paket pembiayaan campuran senilai USD 2,128 miliar atau Rp34,8 triliun di Indonesia.
Lembaga pinjaman internasional itu mengungkapkan, dana tersebut bertujuan membantu peningkatan lapangan kerja, mendorong pertumbuhan ekonomi, dan meningkatkan akses energi bersih di seluruh Indonesia.
Ini juga merupakan pinjaman pertama yang disetujui untuk mendukung target Pemerintah Indonesia mencapai status negara berpendapatan tinggi pada tahun 2045.
“Reformasi dan investasi yang kami dukung dengan paket pembiayaan campuran senilai lebih dari USD 2 miliar ini akan membantu melaksanakan prioritas utama pemerintah dan memajukan tujuan Bank sendiri untuk menciptakan lapangan kerja dan memajukan akses energi di salah satu ekonomi terbesar dan paling dinamis," kata Manuela V. Ferro, Wakil Presiden Bank Dunia, Asia Timur dan Pasifik dalam keterangan resmi di Washington D.C, dikutip Kamis (19/6/2025).