Rupiah Lesu Hari Ini 23 terhadap Dolar AS Buntut Iran Ancam Tutup Selat Hormuz

6 hours ago 5

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali mengalami pelemahan memasuki awal pekan pada Senin, 23 Juni 2025. 

Pelemahan Rupiah terhadap dolar AS terjadi setelah Iran mengancam menutup selat Hormuz yang menjadi jalur logistik minyak dunia dan perdagangan global. Rupiah ditutup melemah 95 poin terhadap dolar AS (USD), setelah sebelumnya sempat melemah 115 point di level Rp16.492 dari penutupan sebelumnya di level Rp16.396. 

"Sedangkan untuk perdagangan besok, mata uang Rupiah fluktuatif namun ditutup menguat di rentang Rp16.450 - Rp16.500,” ungkap pengamat mata uang, Ibrahim Assuaibi dalam keterangannya di Jakarta, Senin (23/6/2025).

Ibrahim mengamati, pasar terus merespons negatif kondisi global yang terus meningkat akibat ekskalasi di Timur Tengah terus memanas, setelah AS melancarkan penyerangan terhadap fasilitas nuklir Iran. Peristiwa tersebut mendorong harga minyak mentah melambung tinggi. 

"Harga minyak sangat mudah terpengaruh oleh dinamika geopolitik. Kondisi ini mengancam stabilitas pasokan minyak global dan inflasi yang akan meningkat,” papar Ibrahim.

Indonesia sendiri diperkirakan masih mengimpor minyak mentah hingga 1 juta barrel perhari untuk memenuhi kebutuhan konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM).

Harga Minyak Dunia Berisiko Melonjak

Ibrahim menyebut, ancaman terbesar dari konflik Iran-Israel terhadap ekonomi Indonesia berasal dari potensi lonjakan harga minyak dunia.   

Selain itu, Ibrahim mengingatkan, pelemahan Rupiah juga dikhawatirkan implikasi fiskal yang cukup serius, terutama terhadap beban subsidi pemerintah. 

"Saat harga minyak dunia naik dan rupiah melemah, maka harga keekonomian bahan bakar minyak (BBM) otomatis melonjak,” sebutnya.

Pasar Amati Keputusan Iran Soal Penutupan Selat Hormuz

Ibrahim mengungkapkan, pasar mencerna serangan AS terhadap situs nuklir Iran selama akhir pekan.

"Investor sekarang mengamati bagaimana Teheran akan menanggapi serangan itu,” katanya.

Fokus utama saat ini berada pada Selat Hormuz, jalur pelayaran utama untuk Asia dan Timur Tengah, yang diblokir oleh Teheran. Laporan media Iran mengatakan Teheran sedang mempertimbangkan langkah tersebut. 

Sementara itu di Asia, sektor manufaktur Jepang tumbuh pada bulan Juni, kenaikan bulanan pertamanya dalam 11 bulan, karena produksi lokal dan pertumbuhan inventaris membantu mengimbangi permintaan yang lemah. Sektor jasa Jepang juga tumbuh lebih cepat, yang menunjukkan permintaan lokal membaik karena upah yang lebih tinggi.

"Fokus minggu ini adalah pada data inflasi untuk bulan Juni, yang akan dirilis Jumat ini, yang akan memberikan lebih banyak petunjuk tentang inflasi lokal. Inflasi Jepang terus meningkat dalam beberapa bulan terakhir, membuat investor waspada terhadap potensi kenaikan suku bunga oleh Bank Jepang,” imbuhnya.

Read Entire Article
Kaltim | Portal Aceh| | |