Liputan6.com, Jakarta - Pasar global tengah memperhatikan perkembangan dari Iran yang tengah mempertimbangkan untuk menutup Selat Hormuz. Pasalnya, penutupan jalur perairan tersebut dikhawatirkan dapat menimbulkan implikasi serius pada pengiriman logistik minyak dan perdagangan dunia.
Lantas, seberapa besar peran Selat Hormuz terhadap ekonomi global?
Melansir CNN, Senin (23/6/2025) Selat Hormuz, yang terletak di antara Teluk Persia dan Teluk Oman hanya berjarak 21 mil pada titik tersempitnya.
Namun, wilayah tersebut menjadi satu-satunya jalur untuk mengirim minyak mentah dari Teluk Persia, dengam Iran mengendalikan sisi utaranya.
Sekitar 20 juta barel minyak, atau sekitar seperlima dari produksi global harian, mengalir melalui selat tersebut setiap hari, menurut Badan Informasi Energi AS (EIA).
EIA bahkan menyebut Selat Hormuz sebagai "titik kritis minyak."
Manajer portofolio senior di perusahaan investasi energi Tortoise Capital, Rob Thummel mengatakan bahwa potensi gangguan pada rute laut di Selat Hormuz akan menyebabkan harga minyak melonjak hingga USD 100 per barel.
Seorang penasihat terkemuka pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, telah menyerukan penutupan Selat tersebut.
“Selat Hormuz sangat penting bagi kesehatan ekonomi global,” katanya.
Penutupan Selat Hormuz Berisiko bagi Negara Asia
Penutupan Selat diperkirakan berisiko bagi Tiongkok dan ekonomi Asia lainnya, yang bergantung pada minyak mentah dan gas alam yang dikirim melalui jalur air tersebut.
EIA memperkirakan bahwa 84% minyak mentah dan 83% gas alam cair yang melewati Selat Hormuz tahun lalu masuk ke pasar Asia.
Vandana Hari, pendiri dan CEO Vanda Insights, yang melacak pasar energi, melihat pemblokiran Selat Hormuz tidak akan menimbulkan risiko yang luas di luar Asia.
"Iran akan kehilangan banyak hal dan sangat sedikit, jika ada, yang akan diperoleh dengan mencoba menutup Selat," kata Hari.
“Iran tidak mampu mengubah negara-negara tetangganya yang memproduksi minyak, yang selama ini bersikap netral atau bahkan bersimpati terhadap negara tersebut saat menghadapi serangan Israel dan AS, sama seperti tidak memicu kemarahan pasar minyak mentah utamanya, Tiongkok,” ucapnya.
Tiongkok dan India Menjadi Negara Pembeli Minyak Terbesar dari Iran
Tiongkok, pembeli minyak terbesar dari Iran, mengimpor 5,4 juta barel per hari melalui Selat Hormuz pada kuartal pertama tahun ini, sementara India dan Korea Selatan mengimpor masing-masing 2,1 juta dan 1,7 juta barel per hari, menurut perkiraan EIA.
Sebagai perbandingan, AS dan Eropa hanya mengimpor masing-masing 400.000 dan 500.000 barel per hari, dalam periode yang sama, menurut EIA.
Pada konferensi pers hari Senin (23/6/2025), Kementerian Luar Negeri Tiongkok menekankan pentingnya Teluk Persia dan perairan di sekitarnya untuk perdagangan internasional, dengan mengatakan bahwa menjaga keamanan dan stabilitas di kawasan tersebut melayani kepentingan bersama masyarakat internasional.
“Tiongkok menyerukan kepada masyarakat internasional untuk meningkatkan upaya untuk mendorong de-eskalasi konflik dan untuk mencegah kekacauan regional memberikan dampak yang lebih besar pada pembangunan ekonomi global,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok, Guo Jiakun.
Adapun Menteri Perminyakan dan Gas Alam India Hardeep Singh Puri berusaha meyakinkan investor bahwa negara tersebut telah mendiversifikasi pasokan minyaknya dalam beberapa tahun terakhir.