2 Perusahaan China ke Indonesia, Harga Kelapa Petani Bakal Naik

54 minutes ago 2

Liputan6.com, Jakarta - CEO BPI Danantara Rosan Roeslani, menjelaskan masuknya dua perusahaan China ke sektor hilirisasi kelapa berawal dari rendahnya harga yang diterima petani. Ia optimistis, seiring perusahaan China masuk ke Indonesia dapat mendorong kenaikan harga kelapa petani.

Ia menuturkan, selama ini, kelapa Indonesia dikirim ke China dalam bentuk mentah, sehingga harga jual ditekan oleh ongkos logistik yang cukup besar. Kondisi tersebut membuat margin petani semakin tipis dan kurang menguntungkan.

"Awalnya kenapa waktu kita approach ke mereka, karena tadinya kelapa kita itu diekspor ke China. Ekspor ke China, mereka ngitung biaya logistik. Jadi harga jual petaninya itu rendah, kurang baik. Itulah yang kita yakinkan,” kata Rosan saat ditemui usai menghadiri PLN CEO Forum, di ICE BSD, Tangerang Selatan, Rabu (26/11/2025).

Untuk mengatasi ini, Danantara melakukan pendekatan ke investor China agar proses hilirisasi dilakukan langsung di Indonesia. Dengan fasilitas pengolahan berada di dalam negeri, kebutuhan biaya logistik ekspor dapat dihilangkan. 

Dampaknya, harga kelapa di tingkat petani diproyeksikan meningkat karena nilai tambah tidak lagi keluar dari Indonesia.

"Mereka mau investasi di sini sehingga harga jual kelapanya para petani bisa menjadi lebih tinggi. Karena tidak ada lagi biaya logistik yang mesti dikirimkan. Dan itu penyerapan,” ujarnya.

Rosan menegaskan, strategi ini tidak hanya soal menarik investor, tetapi memastikan petani menjadi pihak yang menerima manfaat nyata. Menurut dia, hilirisasi akan menciptakan struktur harga yang lebih sehat sekaligus membuat penyerapan kelapa jauh lebih stabil.

Serap 10.000 Pekerja, Proyek Hilirisasi Siap Beroperasi

Salah satu proyek hilirisasi yang sudah berjalan saat ini memiliki kebutuhan bahan baku yang sangat besar, yakni mencapai 500 juta butir kelapa per tahun. 

Proyek tersebut ditargetkan selesai tahun ini, sehingga aktivitas produksi bisa mulai memberikan kontribusi penuh pada rantai pasok industri dalam negeri. Kehadiran fasilitas ini juga menandakan bahwa hilirisasi komoditas perkebunan mulai bergerak ke skala industri besar.

Dalam fase awal operasional, Rosan mengatakan proyek tersebut mampu menyerap sekitar 5.000 tenaga kerja. Seiring peningkatan kapasitas produksi dan perluasan lini produk turunan, kebutuhan tenaga kerja diproyeksikan meningkat menjadi 10.000 orang pada tahun berikutnya. 

“Kelapanya per tahun itu 500 juta butir per tahun untuk yang satu proyek yang sudah berjalan. Dan insya Allah tahun ini selesai. Untuk tahun pertama, penyerapan kerjanya 5.000 orang. Nanti kalau sudah tahun depan, penyerapan kerjanya sampai 10.000 orang,” pungkasnya.

Investasi Hilirisasi Tembus Rp 431 Triliun, Sektor Ini Penyumbang Terbesar

Sebelumnya, Pemerintah mencatat realisasi investasi hilirisasi sebesar Rp431,4 triliun sepanjang Januari–September 2025, meningkat 58,1 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Lonjakan ini terjadi seiring diperketatnya kebijakan pemerintah yang tidak lagi mengizinkan ekspor bahan mentah dan mewajibkan proses pengolahan dilakukan di dalam negeri.‎‎

Wakil Menteri Investasi dan Hilirisasi, Todotua Pasaribu, menegaskan bahwa hilirisasi kini menjadi fondasi utama transformasi ekonomi Indonesia.

“Kita sudah masuk ke kebijakan yang tidak lagi mengizinkan sumber daya alam diekspor dalam bentuk raw material. Setidaknya proses tier pertama harus dilakukan di dalam negeri,” ujarnya dikutip Kamis (10/11/2025).

‎Ia menjelaskan bahwa hilirisasi telah menjadi kerangka kebijakan nasional yang dirancang secara strategis oleh Kementerian Investasi dan Hilirisasi. Pemerintah membangun peta jalan yang memuat 28 komoditas prioritas dalam delapan kelompok besar, dengan tujuan menarik investasi berorientasi ekspor dan menciptakan nilai tambah yang lebih besar bagi ekonomi nasional.‎‎

Kenaikan Realisasi Investasi

Menurut Todotua, kenaikan realisasi investasi yang mencapai Rp 431,4 triliun didorong terutama oleh sektor mineral, diikuti perkebunan dan kehutanan, migas, serta perikanan. Ia menyebut capaian tersebut menandai perubahan struktural dalam komposisi investasi Indonesia.

“Tahun lalu totalnya hanya sekitar Rp42,9 triliun. Kenaikan tahun ini membuktikan bahwa hilirisasi memberikan impact langsung pada peningkatan investasi nasional,” katanya.‎‎

Dalam paparannya, Todotua menegaskan bahwa kekayaan sumber daya alam Indonesia merupakan modal besar yang tidak dimiliki banyak negara. Dengan populasi lebih dari 280 juta jiwa dan posisi geopolitik yang berada pada tulang punggung jalur perdagangan global, Indonesia menurutnya memiliki peluang strategis untuk mempercepat industrialisasi.

“Indonesia ini luar biasa. Apa yang dicari ada di sini. Kita berada pada backbone geopolitik timur–barat dan utara–selatan, dengan ALKI II sebagai penggerak ekonomi internasional,” ujarnya.‎‎

Read Entire Article
Kaltim | Portal Aceh| | |