Liputan6.com, Jakarta Menteri Koordinator Bidang Pangan Zulkifli Hasan mengungkap pengadaan beras oleh Perum Bulog akan ditambah menjadi 4 juta ton tahun ini. Angka ini lebih tinggi dari ketentuan sebelumnya sebesar 3 juta ton untuk tahun 2025.
Adapun, pengadaan beras lokal ini akan dihitung sebagai cadangan beras pemerintah (CBP). Dia mengatakan, penambahan batas pengadaan beras ini dilakukan agar harga gabah di tingkat petani anjlok. Mengingat, masih ada tugas Bulog untuk menyerap hasil panen lokal hingga musim panen selesai.
"Cadangan beras yang tadinya (dalam) Inpres (Instruksi Presiden) 3 juta, perlu kita naikkan menjadi 4 juta (ton) agar harga tidak turun lagi harga gabahnya," kata Zulkifli di Kantor Kemenko Pangan, Jakarta, Kamis (17/7/2025).
Seperti diketahui, pada musim panen pertama, Bulog sudah menyerap sekitar 2,7 juta ton, sehingga tinggal tersisa ruang sedikit lagi mencapai batas pengadaan yang ditetapkan. Sementara itu, CBP yang dikuasai Bulog sudah mencapai 4,2 juta ton.
Aturan soal Beras
Aturan yang akan direvisi yakni Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 6 Tahun 2025 tentang Pengadaan dan Pengelolaan Gabah/Beras Dalam Negeri serta Penyaluran Cadangan Beras Pemerintah (CBP). Beleid itu mengatur pengadaan beras Bulog sebesar 3 juta ton.
"Mengenai cadangan beras pemerintah, kemarin kan Inpres-nya 3 juta, Bulog perlu lebih banyak (menyerap), karena ini kan musim jalan terus, musimnya ini bagus ini, mendukung sepanjang tahun tidak ada el nino, hujan terus," terangnya.
Usulan Mentan Amran Sulaiman
Diberitakan sebelumnya, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman mengusulkan penyerapan beras dari produksi lokal ditingkatkan jadi 4,5 juta ton tahun ini. Untuk itu, dia pun mengusulkan adanya perubahan aturan Instruksi Presiden (Inpres).
Adapun, saat ini Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 6 Tahun 2025 menetapkan Perum Bulog harus menyerap sebesar 3 juta ton untuk 2025 ini. Sedangkan, dalam 6 bulan pertama Bulog sudah membeli 2,7 juta ton beras petani lokal, artinya hanya tersisa kuota penyerapan 300 ribu ton lagi, sedangkan pada Agustus 2025 mendatang ditargetkan masuk puncak musim panen kedua.
"Target kita serapan beras tahun ini 3 juta ton, padahal posisi sudah hampir 2,7 (ton diserap Bulog) berarti tinggal 300 (ribu ton). Artinya apa? Satu bulan kedepan (dikhawatirkan) tidak ada pembelian beras lagi, padahal masuk panen kedua," kata Amran dalam Rapat Kerja dengan Komisi IV DPR RI, di Jakarta, Rabu (2/7/2025).
Usul Revisi Aturan
Untuk itu, dia mengusulkan adanya revisi Inpres Nomor 6 Tahun 2025. Usulannya menaikkan serapan beras Bulog menjadi 4,5 juta ton.
"Nah ini kami butuh dukungan mungkin apakah nanti masukan kesimpulan, kita harus ubah Inpres lagi untuk tambahan dalam Inpres kalau bisa empat koma, kalau usul kami 4,5 juta ton," ujarnya.
Dia menjelaskan, pada paruh pertama 2025 ini, Bulog sudah membeli sekitar 2,6 juta ton beras hasil panen lokal. Angka ini baru didapat dari puncak masa panen pertama 2025. Sedangkan, masih ada lagi musim panen yang tersisa sepanjang 2025 ini kedepannya.