DEN Ungkap Simulasi Dampak Tarif Impor Trump 19% ke Indonesia

1 month ago 27

Liputan6.com, Jakarta - Dewan Ekonomi Nasional (DEN) mengungkapkan simulasi ekonomi dengan dua skenario utama seiring tarif impor Trump yakni 32% dan 19%.

Dari hasil simulasi menunjukkan, skenario kedua memberikan dampak ekonomi yang jatuh lebih positif. Produk Domestik Bruto (PDB) akan naik 0,5% didorong oleh peningkatan investasi dan konsumsi. Demikian seperti dikutip dari Antara, Kamis (17/7/2025).

Penyerapan tenaga kerja naik 1,3%, sementara kesejahteraan masyarakat tumbuh 0,6%. Simulasi juga prediksi lonjakan investasi hingga 1,6%, yang menunjukkan potensi relokasi industri global ke Indonesia, terutama di sektor-sektor padat karya seperti tekstil, garmen, alas kaki, furnitur, serta perikanan.

"Indonesia menjadi negara dengan tambahan tarif AS paling rendah dibandingkan negara yang memiliki surplus perdagangan dengan AS dan juga diantara negara ASEAN lainnya. Ini tentunya memberikan kesempatan yang besar bagi Indonesia," ujar  Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Luhut Binsar Pandjaitan.

Ia menuturkan, penyesuaian tarif itu adalah bagian dari langkah kebijakan yang bersifat strategis untuk memperkuat rantai pasok, menarik investasi berbasis nilai tambah serta memperkuat posisi Indonesia sebagai mitra dagang yang dihormati.

“Kita tidak sedang memberi karpet merah untuk pihak luar, tetapi justru membuka jalan yang lebih besar bagi produk dan pelaku usaha Indonesia untuk bersaing di pasar global. Ini adalah diplomasi ekonomi dengan visi jangka panjang yang jelas, yang berlandaskan kepentingan nasional,” kata Luhut.

Dalam kesepakatan tersebut, Indonesia mengambil langkah strategis dengan menyederhanakan tarif terhadap sebagian besar produk impor dari AS. Langkah ini merupakan bagian dari pendekatan timbal balik yang dinilai terukur dan menguntungkan kedua belah pihak.

"Kebijakan ini bukanlah konsesi sepihak, melainkan strategi untuk membuka peluang investasi, mendorong transfer teknologi, dan memperluas akses pasar ekspor Indonesia secara lebih kompetitif," kata Luhut.

Buka Peluang Industri Padat Karya

Penurunan tarif itu pun dinilai membuka peluang besar bagi industri padat karya di Indonesia seperti tekstil dan produk tekstil, alas kaki, serta furnitur untuk memperluas akses pasar di AS dengan hambatan biaya yang lebih rendah.

Selain mendorong ekspor, kebijakan itu juga disebut berpotensi menarik minat investor asing untuk merelokasi industrinya ke Indonesia, demi memanfaatkan keunggulan tarif dalam mengakses pasar AS.

DEN juga melihat kesepakatan ini sebagai pijakan penting untuk mempercepat agenda deregulasi dan menurunkan biaya logistik serta produksi di dalam negeri (high cost economy).

Dengan demikian, bukan hanya ekspor yang terdorong, tetapi juga daya saing ekonomi nasional secara menyeluruh.

"DEN percaya bahwa arah kebijakan ekonomi nasional yang tepat dan berbasis data akan menjadi kunci dalam mengakselerasi pertumbuhan inklusif dan berdaya saing di era global," kata Luhut.

Menghitung Risiko Barang AS Bebas Bea Masuk ke Indonesia

Sebelumnya, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump telah mengumumkan kalau barang dari Indonesia akan dikenakan tarif impor 19 persen. Sebaliknya, barang dari Negeri Paman Sam akan dibebaskan dari tarif-tarif untuk masuk ke Tanah Air. Lantas, bagaimana risikonya?

Ekonom Institute for Development of Economic and Finance (Indef), Tauhid Ahmad mencatat sejumlah poin risiko yang akan ditanggung negara pascakesepakatan tarif tersebut. Pertama, kas negara akan kehilangan pendapatan atas pembebasan tarif bea masuk barang AS.

"Ketika itu di-nol maka otomatis bea impor dari luar, terutama barang-barang dari Amerika akan enggak dapat uang kita begitu," kata Tauhid saat dihubungi Liputan6.com, Kamis (17/7/2025).

Kedua, dengan naiknya tarif jadi 19 persen untuk masuk ke AS, Tauhid khawatir kinerja ekspor RI ke sana akan menurun. Pada konteks ini, penerimaan negara atas ekspor juga dikhawatirkan ikut turun.

"Itu berarti penerimaan negara kita juga kurang gitu ya karena bea keluarnya kita agak berkurang lah. Karena volumenya berkurang, kemungkinan berkurang (pendapatan negara)," ucap Tauhid.

Ketiga, Indonesia berpotensi kehilangan sebagian investasi dari AS. Misalnya, atas kewajiban investor asing untuk memenuhi Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN). Ketika hal ini dinilai jadi hambatan yang diminta Trump untuk dihapus, Indonesia pun berpeluang kehilangan pendapatan dari aspek ini.

Impor Barang AS Meningkat

Keempat, impor barang dari Amerika Serikat (AS) diprediksi meningkat. Mengingat kemungkinan Donald Trump tak terpaku pada komoditas-komoditas tertentu saja. 

Tauhid memandang, AS akan meningkatkan ekspor komoditas yang sebelumnya kecil masuk ke Indonesia. Ditambah lagi, komoditas yang bersaing dengan negara lain, seperti sapi atau susu.

"Biasanya kita (impor) dari Australia atau New Zealand, tapi kalau misalnya kita kasih (tarif) 0 persen, bisa jadi masuk dari Amerika," ungkap Tauhid.

Pengusaha Berembuk

Diberitakan sebelumnya, Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) akan berembuk dalam menghitung dampak lanjutan pasca pengenaan tarif impor 19% dari Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Termasuk kaitannya pada penghapusan tarif masuk barang-barang asal AS.

Ketua Umum Apindo, Shinta Widjaja Kamdani menyampaikan sebagian produk asal Negeri Paman Sam sudah dikenakan tarif impor rendah, berkisar 0-5%. Namun, dia akan membahas kembali dampak turunannya secara lebih lanjut.

"Kami melihat untuk penghapusan tarif impor oleh Indonesia terhadap produk AS, secara umum sebagian besar produk tersebut saat ini memang sudah memiliki tarif rendah, nol hingga lima persen," kata Shinta saat dihubungi Liputan6.com, dikutip Kamis (17/7/2025).

Komoditas Penting

Pada pembahasan dengan pelaku usaha nantinya, Shinta akan mendalami dampak produk atas negosiasi tarif Trump yang telah berjalan. "Dalam hal ini kita akan melihat dan mendalami lagi dampaknya secara product by product dari hasil negosiasi yang ada," kata dia.

Komoditas Penting

Mengenai komoditas yang akan diimpor oleh Indonesia dari AS, Shinta bilang memang banyak yang dibutuhkan oleh industri dalam negeri. Ini merupakan bagian dari negosiasi untuk mengurangi defisit neraca perdagangan AS atas tarif resiprokal.

"Perlu juga dicatat bahwa dalam kesepakatan ini, Indonesia berkomitmen meningkatkan impor sejumlah produk strategis dari Amerika Serikat, di mana sejumlah komoditas ini memang merupakan produk dan komoditas yang dibutuhkan bagi industri dalam negeri," ujar dia.

"Seperti yang sudah kami rekomendasikan sebelumnya kepada pemerintah yaitu mendorong skenario mutually beneficial melalui peningkatan impor komoditas strategis dari AS, seperti kapas, jagung, produk dairy, kedelai, dan crude oil," imbuh Shinta.

Read Entire Article
Kaltim | Portal Aceh| | |