Terima Banyak Karangan Bunga Usai Rumah Dijarah, Sri Mulyani Ucapkan Terima Kasih

1 day ago 8

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani mendapatkan dukungan yang ditunjukkan dari karangan bunga yang diterima. Karangan bunga yang diterima itu setelah penjarahan di rumah Sri Mulyani pada Minggu, 31 Agustus 2025.

Sri Mulyani pun mengunggah foto karangan-karangan bunga yang bertuliskan dukungan untuknya di akun instagram resminya @smindrawati. Sri Mulyani mengucapkan terima kasih atas dukungan yang diterimanya.

"Terima kasih dukungan dan ucapan simpati yang disampaikan,” ujar dia seperti dikutip dari akun instagramnya.

Ia yakin bangsa Indonesia terus membangun dan memperbaiki Indonesia dengan damai  dan kerja sama menjaga persatuan.

"Saya yakin bangsa Indonesia, seluruh rakyatnya ingin terus membangun dan memperbaiki Indonesia dengan damai, gotong royong dan kerja sama menjaga persatuan. Inilah sumber inspirasi dan kekuatan kita,” tulis dia.

Sri Mulyani memastikan pihaknya akan terus bekerja keras, jujur, adil dan terbuka. “Kami akan terus bekerja keras, jujur, adil, terbuka, transparan, dan akuntabel dalam mengemban amanat, harapan serta kepercayaan publik,” ujar dia.

Sri Mulyani pun mengajak untuk terus menjaga Indonesia. “Mari kita jaga bersama Indonesia. Bekerja, bangkit lagi untuk meneruskan perjuangan mencapai Indonesia adil makmur dan sejahtera. Karena saya yakin, tidak ada perjuangan yang sia-sia untuk Indonesia,” tulis dia.

Pilu Sri Mulyani, Lukisan Pribadi jadi Sasaran Penjarahan

Sebelumnya, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menyampaikan kesedihan mendalam usai rumah pribadinya menjadi sasaran penjarahan pada akhir Agustus 2025. Salah satu yang paling membekas adalah hilangnya lukisan bunga yang memiliki nilai emosional tinggi baginya.

Bendahara negara ini mengatakan, pria berjaket merah dengan helm hitam terlihat memanggul lukisan tersebut dengan tenang keluar dari rumah Sri Mulyani.

“Laki-laki berjaket merah memakai helm hitam tampak memanggul Lukisan cat minyak Bunga diatas kanvas ukuran cukup besar. Dia membawa jarahannya dengan tenang, percaya diri keluar dari rumah pribadi saya yang menjadi target operasi jarahan hari minggu akhir Agustus 2025 dini hari,” tulis Sri Mulyani dalam akun instagram pribadinya, Rabu (3/9/2025).

Ia menegaskan, hilangnya lukisan itu sama dengan lenyapnya rasa aman, kepastian hukum, dan perikemanusiaan.

Lukisan 17 Tahun Lalu

Dia menuturkan, lukisan Bunga itu bagi penjarah pasti dibayangkan bernilai sekedar seperti lembaran uang. Namun bagi Sri Mulyani, lukisan Bunga yang ia lukis 17 tahun lalu adalah hasil dan simbol perenungan serta kontemplasi diri, sangat pribadi.

“Seperti rumah tempat anak-anak saya tumbuh dan bermain, sangat pribadi dan menyimpan kenangan tak ternilai harganya. Lukisan Bunga itu telah raib lenyap seperti lenyapnya rasa aman, rasa kepastian hukum dan rasa perikemanusiaan yang adil dan beradab di bumi Indonesia,” ujarnya.

Tragedi yang Viral di Media Sosial

Penjarahan rumah Sri Mulyani terekam dan tersebar luas di media sosial. Beberapa pelaku bahkan tampak diwawancara dengan nada bangga tanpa rasa bersalah. “Lukisan,” jawab salah satu penjarah saat ditanya barang apa yang berhasil dibawa. Fenomena ini, menurut Sri Mulyani, menunjukkan betapa hukum dan akal sehat seakan hilang.

“Bagi penjarah rumah dan barang-barang tersebut hanyalah sekedar target operasi. Para penjarah seperti berpesta, bahkan diwawancara reporter media: "dapat barang apa mas?" - dijawab ringan, dengan nada sedikit bangga tanpa rasa bersalah : " lukisan",” ungkapnya.

Ia menilai, kondisi tersebut tidak hanya merugikan dirinya secara pribadi, tetapi juga melukai martabat bangsa.

“Hilang hukum, hilang akal sehat dan hilang peradaban dan kepantasan, runtuh rasa perikemanusiaan. Tak peduli rasa luka yang tergores dan harga diri yang dikoyak yang ditinggalkan. Absurd...!,” ujarnya.

Duka Lebih Besar Kehilangan Nyawa

Sri Mulyani juga menekankan bahwa tragedi terberat dari kerusuhan tersebut bukan sekadar kehilangan harta benda, tetapi nyawa manusia. 

Beberapa korban meninggal dunia tercatat, di antaranya Affan Kurniawan, Muhammad Akbar Basri, Sarinawati, Syaiful Akbar, Rheza Sendy Pratama, Rusdamdiansyah, dan Sumari.

Sri Mulyani menegaskan, dalam kerusuhan tidak pernah ada pemenang. Menutup pernyataannya, Sri Mulyani menyerukan agar masyarakat tidak menyerah pada kekuatan perusak. Ia mengajak semua pihak untuk menjaga Indonesia sebagai rumah bersama.

“Dalam kerusuhan tidak pernah ada pemenang. Yang ada adalah hilangnya akal sehat, rusaknya harapan, runtuhnya fondasi berbangsa dan bernegara kita, negara hukum yang berperikemanusiaan yang adil dan beradab. Indonesia adalah rumah kita bersama,” ujarnya.

“Jangan biarkan dan jangan menyerah pada kekuatan yang merusak itu. Jaga dan terus perbaiki Indonesia bersama, tanpa lelah, tanpa amarah dan tanpa keluh kesah serta tanpa putus asa,” tutup Sri Mulyani.

Read Entire Article
Kaltim | Portal Aceh| | |