Liputan6.com, Jakarta - Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira memperkirakan bahwa posisi rupiah berpeluang menembus level Rp 16.300 pada momen Idul Adha 2025.
“(Rupiah) punya potensi menguat di 16.300 (terhadap USD). Penguatan kurs Tupiah didorong oleh penurunan rating surat utang pemerintah AS sehingga ada windfall investasi portfolio ke negara berkembang termasuk ke Indonesia,” ungkap Bhima kepada Liputan6.com di Jakarta, Rabu (21/5/2025).
Namun di tengah kondisi daya beli yang masih lesu, apakah momen Idul Adha dapat membantu mendongkrak kinerja ekonomi?
Bhima memperkirakan momen Idul Adha akan memberikan dampak yang relatif kecil pada perekonomian domestik.
“Pertama, masyarakat cenderung berada di sekitar rumah tidak melakukan perjalanan dan berbelanja di mal atau pusat perbelanjaan,” ungkap Bhima.
“Idul Adha jadi momen yang lebih menguatkan kohesi sosial lingkungan sekitar. Memasak dan memakan daging kurbannya juga di rumah,” lanjutnya.
Alhasil, efek ke pendapatan transportasi hingga restoran dan perhotelan jauh lebih kecil dibanding momen libur lebaran Idul Fitri dan natal-tahun baru, jelas Bhima.
Kedua, jika ada kenaikan ekonomi maka lebih terkait transaksi jual beli hewan kurban. Bhima menyebut, daerah sentra penghasil sapi dan kambing yang akan mendapat manfaat dari hasil transaksi sekitar Rp 19 triliun per tahun.
BI Turunkan Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia jadi 4,6%-5,4% di 2025
Bank Indonesia (BI) merevisi pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi 4,6-5,4 persen pada 2025, sedikit lebih rendah dari kisaran perkiraan sebelumnya 4,7–5,5 persen.
"Dengan realisasi PDB triwulan I 2025 dan mencermati dinamika perekonomian global, Bank Indonesia memprakirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia 2025 berada dalam kisaran 4,6–5,4 persen, sedikit lebih rendah dari kisaran prakiraan sebelumnya 4,7–5,5 persen," kata Perry dalam RDG Mei 2025, Rabu (21/5/2025).
Perry mengatakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia perlu terus diperkuat sehingga dapat memitigasi dampak ketidakpastian global akibat kebijakan tarif resiprokal AS.
BI mencermati, pertumbuhan ekonomi triwulan I 2025 tercatat 4,87 persen (yoy), lebih rendah dari triwulan IV 2024 sebesar 5,02 persen (yoy).
PDB triwulan I 2025 didukung konsumsi rumah tangga sejalan aktivitas dan mobilitas masyarakat yang meningkat selama periode libur tahun baru dan Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Idulfitri.
Pertumbuhan Ekonomi RI Diprediksi Membaik di Semester II
Lebih lanjut, Perry mengatakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia diprakirakan akan membaik pada semester II 2025 didorong peningkatan permintaan domestik, termasuk dari kenaikan belanja pemerintah.
Berbagai respons kebijakan perlu makin diperkuat untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, antara lain melalui penguatan permintaan domestik serta optimalisasi peluang peningkatan ekspor.
Dalam kaitan ini, bauran kebijakan moneter dan makroprudensial Bank Indonesia yang didukung percepatan digitalisasi sistem pembayaran terus disinergikan dengan kebijakan stimulus fiskal Pemerintah, termasuk dukungan terhadap implementasi program Asta Cita Pemerintah.