Liputan6.com, Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menegaskan pelindungan konsumen merupakan prioritas utama dalam pengawasan sektor jasa keuangan, termasuk industri financial technology (fintech) peer-to-peer lending/pinjaman daring (pindar).
Menanggapi informasi yang beredar di media massa dan media sosial mengenai keluhan masyarakat yang menerima dana secara tiba-tiba dari aplikasi milik PT Kredit Utama Fintech Indonesia (Rupiah Cepat) tanpa melakukan pengajuan pinjaman, OJK telah:
1. Menerima pengaduan dari masyarakat terkait hal ini;
2. Memanggil dan meminta klarifikasi dari pihak penyelenggara Rupiah Cepat;
3. Meminta Rupiah Cepat untuk:
a. melakukan proses investigasi lanjutan atas dugaan pelanggaran yang terjadi dan melaporkan ke OJK; serta
b. memberikan respons dan tanggapan terhadap pengaduan konsumen sesuai ketentuan.
“OJK mengimbau masyarakat untuk selalu berhati-hati dalam menerima tawaran pinjaman dari entitas manapun, dan senantiasa menjaga dengan baik kerahasiaankata sandi (password)/one time password (OTP) perangkat yang digunakan guna menghindari terjadinya penyalahgunaan dari pihak yang tidak bertanggungjawab,” ujar Plt Kepala Departemen Literasi, Inklusi Keuangan dan Komunikasi OJK M.Ismail Riyadi seperti dikutip dalam keterangan resmi, Rabu (21/5/2025).
Ia juga meminta masyarakat segera melaporkan kepada OJK apabila menemukan indikasi pelanggaran melalui kontak OJK 157 atau layanan konsumen melalui WhatsApp di 081-157-157-157 atau Aplikasi Portal Perlindungan Konsumen (APPK).
OJK: Pengguna Pindar Banyak Ibu Rumah Tangga
Sebelumnya, Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Departemen Literasi, Inklusi Keuangan, dan Komunikasi OJK, M. Ismail Riyadi, mengungkapkan bahwa perempuan mendominasi penggunaan produk keuangan digital, khususnya di sektor fintech. Berdasarkan data, sebanyak 50,3 persen peminjam di fintech adalah perempuan, sedikit lebih tinggi dibandingkan laki-laki yang sebesar 49,7 persen.
"Data menyatakan 50,3 persen dari peminjam di fintech itu perempuan, ya sama sebenarnya 49,7 persen (laki-laki) jadi perempuan lebih banyak menggunakan," kata Ismail dalam acara SiCantiks "Sahabat Ibu Cakap Literasi Keuangan Syariah, di Menara Radius Prawiro, Jakarta, Senin (28/4/2025).
Namun, Ismail menekankan tingginya akses keuangan ini belum sepenuhnya dibarengi dengan tingkat literasi keuangan yang memadai. Dia menuturkan, literasi keuangan termasuk pengelolaan keuangan sangat penting, terlebih perempuan berperan besar dalam keluarga sebagai 'Menteri Keuangan', 'Menteri Pendidikan', dan 'Menteri Kesejahteraan'.
"Karenanya kita menganggap ibu-ibu menjadi sasaran yang tepat untuk kita garap di dalam literasi dan inklusi dengan membekali informasi-informasi dan pengetahuan tentang keuangan secara benar dan juga keuangan syariah secara khususnya," ujarnya.
Kata Ismail, sayangnya tingkat inklusi keuangan perempuan, terutama ibu rumah tangga, masih tergolong rendah. Data OJK mencatat tingkat inklusi perempuan baru mencapai 40,19 persen, sementara literasi keuangan syariah di kalangan perempuan hanya 13,32 persen.
OJK Nantikan data SNLIK BPS
Ismail menyebutkan, pihaknya tengah menantikan hasil terbaru Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) yang akan dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada awal Mei 2025.
Berdasarkan sinyal sementara, ada indikasi tingkat literasi dan inklusi perempuan mengalami sedikit penurunan dibandingkan laki-laki, berbeda dengan survei sebelumnya di mana perempuan mencatat angka lebih tinggi.
"Tetapi yang saya dengar data sementara, perempuan yang awalnya lebih tinggi dibanding per laki-laki di dalam segmentasi ini survei ini, kalau di survei ini memang perempuan literasinya lebih tinggi dibanding laki-laki," ujarnya.
Ungkap Modus Penipuan
Meski demikian, ia optimistis, perbedaan angka tersebut tidak akan terlalu besar. Ia juga menekankan pentingnya upaya bersama untuk memperkuat literasi dan inklusi keuangan perempuan di masa depan.
"Ini menjadi PR kita, meskipun pasti angkanya tidak beda-beda tipis ya dengan laki-laki tetapi tahun sebelumnya itu laki-laki lebih tinggi dan sekarang perempuan kemungkinan ya sinyal yang disampaikan itu menurun, jadi laki-laki lebih tinggi," ujarnya.
OJK Ungkap Modus Penipuan Scam
Ismail mengimbau masyarakat agar segera melaporkan kasus penipuan keuangan ke layanan Indonesia Anti-Scam Center (IASC). Ia mengungkapkan bahwa kecepatan pelaporan menjadi faktor krusial dalam menekan kerugian akibat penipuan.
"Kecepatan menjadi sangat penting di dalam IASC. Sekali ketipu, dalam waktu kurang dari 5 menit, segera telpon untuk bisa diblokir," ujarnya.
Ia menjelaskan, scammer biasanya segera membagi-bagi dana hasil penipuan ke beberapa rekening bank atau mengubahnya menjadi aset kripto agar sulit dilacak. Namun, dengan respons cepat, penyelamatan dana tetap bisa dilakukan.
"Karena dari scamer ini, itu akan melarikan uangnya dari, dipecah-pecah melalui beberapa bank, kemudian juga terakhir ini juga diarahkan kepada kripto, untuk bisa tidak dilacak gitu," jelasnya.